Tantangan Perekonomian Global 2026
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua tahun terakhir seolah menandai babak baru dalam sejarah ekonomi global, bukan karena krisis, melainkan karena perlahan tapi pasti dunia memasuki era pertumbuhan rendah dan ketidakpastian tinggi. Fitch Ratings memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya 2,4% pada 2025 dan 2,3% pada 2026, jauh di bawah rata-rata historis pra-pandemi sebesar 3%. IMF sedikit lebih optimistis, dengan proyeksi 3,2% dan 3,1%, namun tetap menegaskan bahwa dunia sedang bergerak ke arah low-growth equilibrium. Apa yang kita saksikan bukan sekadar perlambatan siklus ekonomi, melainkan pergeseran struktur global, dari keterbukaan menuju fragmentasi, dari efisiensi menuju ketahanan (resilience), dan dari konsensus multilateral menuju kompetisi geoekonomi.
Katalis utama perubahan ini datang dari Amerika Serikat, negara yang selama tujuh dekade menjadi simbol globalisasi. Pemerintahan baru di Washington menegaskan kebijakan America First 2.0, menaikkan tarif efektif rata-rata hingga 16%, tertinggi sejak 1936. Negara-negara Asia seperti India, Jepang, Korea Selatan dan Indonesia bahkan menghadapi tarif lebih tinggi, antara 17%-36%. Dampaknya sistemik. Rantai pasok global yang dibangun selama tiga dekade terakhir kini terpecah.
Baca Juga: Akui Bukan SWF Biasa, Mari Kupas Jati Diri BPI Danatara
