Tata Kelola Bermasalah Bisa Menjerumuskan BUMN ke Perkara Rasuah

Jumat, 22 September 2023 | 07:15 WIB
Tata Kelola Bermasalah Bisa Menjerumuskan BUMN ke Perkara Rasuah
[]
Reporter: Ratih Waseso, Vendy Yhulia Susanto | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Apes benar nasib Mantan Direktur Utama (Dirut)
PT Pertamina Karen Agustiawan. Memasuki masa pensiun, dua kali ia harus terjerat kasus korupsi. Yang terbaru, ia terjerat kasus dugaan korupsi pengadaan liquefied natural gas (LNG) di Pertamina pada 2011-2021.

Sebelum ini, Karen terjerat di kasus investasi di blok Basker Manta Gummy (BMG) Australia. Pada medio 2019, Karen divonis 8 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider 4 bulan kurungan karena terbukti bersalah dalam kasus korupsi investasi blok BMG. Setelah mendekam di penjara selama 1,5 tahun sejak sidang vonis, Karen bebas dari Rumah Tahanan Kejaksaan Agung pada awal 2020. Dalam putusan kasasi, Mahkamah Agung membebaskan Karen dari segala tuntutan hukum kasus korupsi investasi blok BMG di Australia.

Merespons kasus terbaru Karen dalam dugaan korupsi pengadaan LNG, VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan,  Pertamina menghormati proses hukum yang sedang berjalan di KPK.

Pertamina juga mengedepankan asas praduga tidak bersalah, dan memberikan pendampingan dan bantuan hukum sesuai peraturan di perusahaan. "Dalam pengelolaan bisnis, Pertamina senantiasa menerapkan proses bisnis yang menjunjung tinggi prinsip good corporate governance (GCG)," ujar Fadjar, kemarin.

Sejatinya, jejak kasus rasuah di Grup Pertamina bukan kali ini saja. MA sempat menjatuhkan hukuman 8 tahun penjara kepada mantan Presdir Dana Pensiun Pertamina, M Helmi Kamal Lubis. Helmi dinyatakan korupsi bersama-sama hingga negara rugi Rp 612 miliar. Kasus bermula saat Helmi berkenalan dengan Edward Soeryadjaja pada 2014.

Kala itu, Edward adalah pemegang saham mayoritas PT Sugih Energi Tbk (SUGI). Dari perkenalan itu, mereka main mata. Helmi menggocek uang dari kas yayasan ke SUGI dengan cara membeli saham perusahaan itu.

Pengamat BUMN Toto Pranoto menilai, umumnya BUMN punya masalah GCG karena banyaknya intervensi pihak luar. Terlebih BUMN yang belum berstatus perusahaan terbuka (Tbk). Jadi, salah satu cara untuk meningkatkan GCG BUMN ialah mendorongnya berstatus terbuka. Dengan begitu, tercipta prinsip transparansi, akuntabilitas dan fairness.

"Bisa meminimalkan risiko intervensi yang kerap terjadi di BUMN," imbuh Toto.
Alternatif perbaikan GCG lainnya ialah memperbaiki kualitas dewan komisaris BUMN. Selanjutnya, perbaikan atau standardisasi layanan BUMN melalui pelayanan digital untuk mengurangi interaksi fisik. Terakhir, law enforcement yang harus diperkuat, sehingga ada efek jera terhadap pelanggar hukum di kalangan BUMN.  n

         

Bagikan

Berita Terbaru

Proyek Sampah Listrik Bagus tapi Risikonya Banyak
| Minggu, 02 November 2025 | 05:45 WIB

Proyek Sampah Listrik Bagus tapi Risikonya Banyak

Pemerintah menuju transformasi pengelolaan sampah berbasis energi. Harapannya, pemda benar-benar menyediakan lahan dan memasok sampah.

Mengejar Ambisi Produksi Amonia Hijau di Serambi Mekkah
| Minggu, 02 November 2025 | 05:15 WIB

Mengejar Ambisi Produksi Amonia Hijau di Serambi Mekkah

PT Pupuk Indonesia (Persero) menggabungkan green hydrogen dengan grey hydrogen guna menghasilkan green ammonia. Apa tantangannya?

Melirik Segarnya Cuan Bisnis Air Mineral Kemasan
| Minggu, 02 November 2025 | 05:05 WIB

Melirik Segarnya Cuan Bisnis Air Mineral Kemasan

Merek lokal produk air minum dalam kemasan (AMDK) menjamur di banyak daerah. Mereka berdiri tegap melawan dominasi konglomerasi besa. 

 
Layar Bisnis Samudera Indonesia (SMDR) Mengembang
| Minggu, 02 November 2025 | 04:20 WIB

Layar Bisnis Samudera Indonesia (SMDR) Mengembang

SMDR terus memperkuat ekspansi bisnis internasional dengan mendirikan anak usaha baru di negara Jepang.

Rupiah Relatif Tertekan Eksternal pada Sepekan Terakhir
| Minggu, 02 November 2025 | 04:15 WIB

Rupiah Relatif Tertekan Eksternal pada Sepekan Terakhir

Dalam sepekan, rupiah melemah 0,17% ke Rp 16.631 per dolar AS dari posisi pekan lalu di Rp 16.602 per dolar AS. 

Founder Heritage Amanah International Berinvestasi pada Generasi Muda
| Minggu, 02 November 2025 | 04:15 WIB

Founder Heritage Amanah International Berinvestasi pada Generasi Muda

Bagi Salina Nordin, Founder & Group CEO PT Heritage Amanah International, investasi tak hanya dilihat untuk mencapai keuntungan pribadi

Bursa Kripto Baru Masih Proses Perizinan di OJK
| Minggu, 02 November 2025 | 04:10 WIB

Bursa Kripto Baru Masih Proses Perizinan di OJK

Saat ini Indonesia telah memiliki satu bursa kripto yang terdaftar dan berizin OJK yaitu PT BursaKomoditi Nusantara (CFX).

TLKM Butuh Triliunan Rupiah untuk Lincah Jalankan Sejumlah Agenda Ekspansi
| Sabtu, 01 November 2025 | 15:00 WIB

TLKM Butuh Triliunan Rupiah untuk Lincah Jalankan Sejumlah Agenda Ekspansi

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) gencar melakukan sejumlah aksi bisnis hingga korporasi untuk membesarkan perusahaannya.

Eskposur Kecil Solana (SOL) Mampu Tingkatkan Imbal Hasil Portofolio Kripto
| Sabtu, 01 November 2025 | 13:00 WIB

Eskposur Kecil Solana (SOL) Mampu Tingkatkan Imbal Hasil Portofolio Kripto

Solana (SOL) berhasil menembus level US$ 200 atau sebesar Rp 3,32 juta seiring kabar peluncuran Exchange Traded Fund (ETF) berbasis koin ini.

BlackRock, Vanguard, Hingga WisdomTree Ubah Posisi di Saham Rokok Indonesia
| Sabtu, 01 November 2025 | 11:00 WIB

BlackRock, Vanguard, Hingga WisdomTree Ubah Posisi di Saham Rokok Indonesia

Pergerakan investor institusi asing di dua emiten rokok besar, GGRM dan HMSP, menunjukkan dinamika menarik sepanjang 2025.

INDEKS BERITA