KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemberlakuan tarif resiprokal oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan memiliki dampak yang luas. Pengenaan tarif secara sepihak itu, tidak cuma hanya mempengaruhi ekonomi negara Paman Sam, tetapi juga berdampak ke negara-negara mitra dagangnya.
Karena mudah dirunut sebab akibatnya, efek tarif ke perdagangan internasional, paling awal diramaikan. Pengenaan tarif jelas akan membuat harga barang yang diimpor AS semakin mahal.
Di atas kertas yang akan terjadi berikutnya, ekonomi AS akan melambat karena konsumsi masyarakat menurun. Perlambatan pertumbuhan juga diproyeksi terjadi di negara mitra dagang AS. Cuma jalannya saja yang berbeda, yaitu volume yang terpangkas berarti ekspor yang menurun.
Disrupsi dalam perdagangan barang akan bergaung juga ke pasar valuta, dan ranah investasi.
Imbas ke valuta asing yang paling kasat mata saat ini adalah kecenderungan dolar AS melemah. Indeks dolar, yang kerap menjadi indikator seberapa kuat the greenback, sepanjang tahun ini telah terpangkas sejak 7% pada akhir pekan kemarin.
Memang, sebagian penyebab pelemahan itu adalah kondisi makro ekonomi AS yang tengah lesu akibat perubahan kepemimpinan. Seperti yang dijanjikan di masa kampanyenya, Presiden Trump ingin menghilangkan sejumlah pungutan pajak.
Namun pemberlakuan tarif resiprokal disebut punya dampak lebih besar, karena lebih dari sebagian penurunan indeks dolar AS di tahun ini terjadi setelah liberation day. Demikian Trump menyebut hari pengumuman tarif resiprokal.
Sebagian pengamat pasar menyebut pelemahan dolar AS yang terjadi belakangan ini bukan tren yang lazim terjadi. Gerak dolar AS lebih dilihat sebagai sikap penguasa AS saat ini yang cenderung tidak nyaman dengan posisi dolar AS sebagai valuta yang kuat.
Catatan saja, dolar AS sudah menjadi cadangan devisa dunia sejak tahun 1944, sebagai hasil keputusan konferensi Woods Bretton. Dengan status sebagai valuta reserve, dolar merupakan valuta yang menjadi ukuran nilai aset di pasar global.
Itu berarti, pemodal yang memiliki income dalam valuta non dolar, harus ikut mempertimbangkan pergerakan dolar AS, saat membeli aset yang diperdagangkan di pasar global. Ambil contoh aset seperti emas atau bitcoin.
Bisa disimpulkan, di saat dolar bergerak cenderung melemah, tak ada lagi aset yang kebal dari penurunan nilai.