Tergantung pada Pasokan Rusia, Uni Eropa Batal Membahas Sanksi Pelarangan Impor

Kamis, 24 Maret 2022 | 11:57 WIB
Tergantung pada Pasokan Rusia, Uni Eropa Batal Membahas Sanksi Pelarangan Impor
[ILUSTRASI. Infografik: Pasokan minyak dan gas dari Rusia ke Uni Eropa]
Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Uni Eropa tak segan menjatuhkan berbagai sanksi ekonomi ke Rusia atas aksi Moskow melakukan aksi militer ke Ukraina. Namun sejauh ini, sanksi ekonomi yang diberlakukan Uni Eropa atas Rusia di sektor energi  terbilang terbatas.

Serangkaian sanksi untuk Rusia yang diumumkan Uni Eropa pekan lalu cuma mencakup satu larangan saja di sektor minyak dan gas. Sanksi itu adalah larangan untuk berinvestasi di sektor energi Rusia.

Wacana untuk memperluas sanksi bagi sektor energi Rusia hingga pelarangan impor minyak dan gas sempat menjadi agenda pembahasan Uni Eropa.  Namun dalam pertemuan awal pekan ini, menteri dari negara-negara anggota Uni Eropa yang membawahi urusan energi tidak mencapai kata sepakat.

Baca Juga: Balas Sanksi dari Barat, Putin Minta Negara yang Tidak Ramah Bayar Gas dalam Rubel

Pembahasan lebih lanjut tentang pelarangan impor minyak dan gas dari Rusia pun tidak berlanjut. Uni Eropa pun gagal mengikuti jejak sekutunya, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Inggris yang sudah melarang impor minyak dan gas dari Rusia.

Jika dibandingkan dengan AS dan Inggris, negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa memiliki ketergantungan pada pasokan komoditas bahan bakar fosil dari Rusia.

Saat ini, lebih dari separuh minyak yang diekspor Rusia, tepatnya 60%, membanjiri negara-negara anggota Uni Eropa. Menurut catatan International Energy Agency (IEA) dalam laporan bertajuk Oil Market dan Russian Supply, China menjadi negara tujuan terbesar kedua ekspor minyak Rusia, dengan pangsa sekitar sekitar 20%.

Hubungan dagang yang erat antara Uni Eropa dan Rusia juga terekam di komoditas gas. Mengutip laporan IEA yang bertajuk Gas Market and Russian Supply, kebutuhan gas di Uni Eropa sejatinya tidak berubah selama satu dekade terakhir. Namun, pasokan gas domestik di periode tersebut mengalami penurunan hingga sepertiga.

Baca Juga: Aktivitas Pabrik Jepang di Bulan Maret 2022 Meningkat di Tengah Konflik Rusia-Ukraina

Kekurangan pasokan domestik itu ditutup oleh gas dari Rusia. Selama satu dekade lebih pun pangsa pasar gas Rusia di Uni Eropa mengalami peningkatan. Jika di tahun 2009, Rusia memasok 25% dari kebutuhan gas Uni Eropa, maka di tahun 2021, angka itu naik menjadi 32%.

Angka itu memperlihatkan baik RUsia maupun Uni Eropa sama-sama saling membutuhkan. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak pada Rabu mengingatkan Uni Eropa untuk tidak gegabah mengenakan larangan impor atas minyak dan gas dari Rusia.

Novak menyebut, perluasan sanksi ekonomi hingga pelarangan impor minyak dan gas dari Rusia akan mengguncang pasar energi dunia. “Rusia merupakan pemasok terbesar. Rusia saat ini menguasai 40% pangsa pasar energi dunia. Jelas, pasar minyak dan gas dunia akan kolaps tanpa bahan bakar karbon Rusia jika sanksi ekonomi diberlakukan,” ujar dia seperti dikutip Reuters.

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA