Tersandera Trump

Rabu, 09 Juli 2025 | 06:14 WIB
Tersandera Trump
[ILUSTRASI. TAJUK - R Cipta Wahyana]
Cipta Wahyana | Senior Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki semester kedua 2025, belum banyak berita positif di ranah industri manufaktur. Yang terbaru adalah pengenaan tarif impor resiprokal untuk produk Indonesia sebesar 32% oleh Presiden Donald Trump. 

Jika tarif impor tinggi itu tidak berubah, beberapa sektor industri dalam negeri yang banyak mengekspor ke Amerika Serikat (AS) tentu akan terpukul. Industri minyak sawit atau CPO salah satunya. Dengan tarif impor 32%, CPO Indonesia akan kalah bersaing dengan CPO Malaysia yang hanya dikenai tarif 25%. 

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) telah memperkirakan, bahwa tarif impor baru itu akan membuat ekspor CPO ke Amerika turun sekitar 15%-20%. Pangsa pasar CPO Indonesia di AS yang mencapai 85% akan tergerus.  

Kondisi ini tentu akan memberi tekanan tambahan terhadap industri manufaktur di dalam negeri. Padahal, selama ini, industri CPO merupakan salah satu industri berbasis komoditas yang relatif tahan banting karena harganya belum banyak terkoreksi. Nasib industri CPO jauh lebih baik ketimbang industri berbasis komoditas tambang seperti batubara dan nikel yang terpukul penurunan harga. Catatan saja, sumbangan industri CPO sekitar 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

Sebelumnya, pelemahan industri manufkatur dalam negeri juga terekam dalam indeks PMI Manufaktur yang masih berada di zona kontraksi 47,4 bulan Mei lalu. Indeks di bawah 50 menandakan manufaktur tidak melakukan ekspansi produksi. 

Pelemahan pertumbuhan kredit bank juga bisa menjadi pertanda bahwa ekspansi dan kinerja sektor manufaktur tertahan. Di luar itu, tentu saja, tren pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih terjadi menjadi bukti lain yang tak terelakkan. Jika “blusukan” ke korporasi, kita akan menemukan bahwa strategi “efisiensi” tengah populer. 

Memang, tarif 32% itu belum final. Masih ada ruang negosiasi sampai hari ini (waktu AS). Namun, gula-gula yang ditawarkan Pemerintah Indonesia kepada AS agar memperoleh tarif impor lebih murah berpotensi menimbulkan komplikasi lain. 

Misalnya soal janji membeli produk AS senilai US$ 34 miliar atau sekitar Rp 544 triliun. Di dalam negeri, siapa yang akan membeli produk-produk impor asal AS itu? Banyak pengamat dan ekonomi khawatir daya beli masyarakat yang lemah dan pebisnis yang sedang dalam mode efisiensi tak cukup kuat menyerapnya. Asal tahu saja, selama ini, pangsa pasar produk impor asal AS di Indonesia hanya 5,1%!

Bagikan

Berita Terbaru

Kinerja Erajaya Swasembada (ERAA) Masih Terus Ditopang Produk Premium
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 18:11 WIB

Kinerja Erajaya Swasembada (ERAA) Masih Terus Ditopang Produk Premium

Kinerja PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) terkerek berkat kehadiran gadget iPhone seri 16 yang masuk ke Indonesia pada April 2025.

Prospek TBIG Masih Datar, Pertumbuhan Bakal Tertahan di Semester II-2025
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 15:00 WIB

Prospek TBIG Masih Datar, Pertumbuhan Bakal Tertahan di Semester II-2025

Pertumbuhan di semester II-2025 dan tahun depan berpotensi melambat karena adanya proses integrasi jaringan XLS dan relokasi situs.

Profit 25,30% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Terbang Tinggi (2 Agustus 2025)
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 13:24 WIB

Profit 25,30% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Terbang Tinggi (2 Agustus 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 1 Agustus 2025 di Logammulia.com Rp 1.948.000 per gram, harga buyback Rp 1.793.000 per gram.

KKR Kembali Dikabarkan Mau Hengkang dari Nippon Indosari Corpindo (ROTI)
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 13:00 WIB

KKR Kembali Dikabarkan Mau Hengkang dari Nippon Indosari Corpindo (ROTI)

ROTI belum menerima informasi mengenai rencana konkret KKR sehubungan dengan rencana divestasi kepemilikan sahamnya di ROTI.

Pemangkasan Tantiem Direksi dan Komisaris Bikin Beban Emiten BUMN Lebih Ringan
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pemangkasan Tantiem Direksi dan Komisaris Bikin Beban Emiten BUMN Lebih Ringan

Pemangkasan tantiem untuk direksi dan komisaris BUMN bisa berdampak positif ke kinerja keuangan emiten BUMN

Kinerja Emiten Grup Indofood Semakin Yahud
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 08:54 WIB

Kinerja Emiten Grup Indofood Semakin Yahud

INDF mencatatkan kenaikan penjualan neto sebesar 4% menjadi Rp 59,84 triliun per semester I-2025 dibandingkan Rp 57,30 triliun tahun lalu.

Emiten Prajogo Pangestu Mengantongi Cuan Tebal
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 08:51 WIB

Emiten Prajogo Pangestu Mengantongi Cuan Tebal

 Berkat kontribusi anak-anak usahanya, laba bersih BRPT mencapai US$ 539,82 juta, meroket 1.464,89% yoy dari US$ 34,49 juta.

Neraca Dagang Surplus Besar Lagi
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 07:47 WIB

Neraca Dagang Surplus Besar Lagi

Lebih tingginya nilai ekspor dibanding impor membuat neraca perdagangan RI pada Juni 2025 mencetak surplus besar mencapai US$ 4,10 miliar

 Christian Kartawijaya, Direktur Utama INTP : Memilih Instrumen Berisiko Rendah
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 07:44 WIB

Christian Kartawijaya, Direktur Utama INTP : Memilih Instrumen Berisiko Rendah

Menurut dia, investasi itu layaknya menabung untuk menyediakan dana di masa depan dengan cara menunda pengeluaran hari ini.

Inflasi Juli 2025 Tertinggi Dalam Setahun
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 07:41 WIB

Inflasi Juli 2025 Tertinggi Dalam Setahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi tahunan Juli sebesar 2,37%, tertinggi sejak Juli 2024 lalu.

INDEKS BERITA

Terpopuler