Terus Numpuk, Perusahaan BUMN Punya Total Utang Rp 6.710 Triliun

Jumat, 24 September 2021 | 07:17 WIB
Terus Numpuk, Perusahaan BUMN Punya Total Utang Rp 6.710 Triliun
[ILUSTRASI. Holding Perkebunan Nusantara Gelar Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-75 di Empat Lokasi Berbeda Secara Virtual.]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Selama lima tahun terakhir (2016-2020), Badan usaha Milik Negara (BUMN) terus menumpuk utang. Pada tahun lalu, total kewajiban perusahaan pelat merah mencapai Rp 6.710 triliun atau meningkat 9,6% dibandingkan tahun 2019. 

Ditambah hantaman pandemi Covid-19, tumpukan utang menyebabkan sejumlah BUMN tergopoh-gopoh berjalan. Ambil contoh, utang PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang jatuh tempo per Mei 2021 sebesar Rp 70 triliun atau US$ 4,9 miliar dari total utang senilai Rp 140 triliun.
 
Kemudian utang PT Perkebunan Nusantara (Persero) yang mencapai Rp 43 triliun. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) juga memiliki utang Rp 40 triliun. Belum lagi utang PLN per 30 Juni 2021 tercatat mencapai Rp 643,86 triliun, kemudian utang Pertamina yang mencapai Rp 600 triliun. 
 
Di saat utang bertumpuk, kontribusi BUMN ke negara pun terlihat minim. Misalnya, pada tahun lalu, BUMN hanya menyumbang laba bersih senilai Rp 41 triliun, atau merosot 75,60% dibandingkan 2019. Pendapatan korporasi pelat merah juga menyusut 15,72% year-on-year (yoy) menjadi Rp 1.957 triliun pada 2020.
 
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengemukakan, total liabilitas BUMN yang senilai Rp 6.710 triliun itu masih harus dirinci. Dia membeberkan, sekitar 31% dari total liabilitas tersebut merupakan utang pendanaan. Artinya, utang pendanaan BUMN sampai tahun lalu mencapai Rp 2.080 triliun.
 
"Kemudian hampir 47% merupakan dana pihak ketiga sektor perbankan, sisanya merupakan pendanaan utang usaha dan utang lain-lain," kata Arya saat dihubungi KONTAN, Kamis (23/9).
Menurut dia, tingkat utang BUMN masih tergolong sehat dari sisi perusahaan. Secara kolektif, BUMN memiliki rasio utang pendanaan terhadap total modal di bawah 45%. "Rasio ini masih terjaga selaras dengan rasio sejenis untuk perusahaan-perusahaan investment grade," ujar dia.
 
Setiap BUMN pun memiliki strategi dan roadmap dalam pengelolaan utangnya. Oleh sebab itu, dia mengklaim utang BUMN masih dalam kategori aman dan tidak mengkhawatirkan. "Kan biasa namanya bisnis punya utang, sepanjang utangnya untuk pengembangan bisnisnya," ucap Arya.
 
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menilai kinerja perusahaan tidak bisa hanya dilihat dari besaran utang. Perlu juga mencermati ekuitas, total aset, serta piutang BUMN. Hal terpenting, kata dia, bisnis yang dijalani BUMN tetap berjalan.
 
"Kalau utang BUMN saat ini saya nggak khawatir, operasinya kan masih berjalan. Kalau sudah kayak Evergrande baru itu persoalan, usahanya udah nggak jalan, utang ribuan trilun, dan itu hanya satu perusahaan lho. Ini kan total seluruh BUMN," ujar Piter.
 
Utang BUMN seperti PT PLN dan BUMN Karya sebagian juga berasal dari penugasan pemerintah. Kendati begitu, mereka memiliki aset yang besar. Kehadiran Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (LPI/INA) bisa menjadi angin segar untuk pendanaan dan membiayai proyek strategis, khususnya bagi BUMN Karya. "Masalahnya kan di likuiditas. Jadi istilahnya duitnya belum berputar. Kalau duitnya sudah berputar, persoalan utang ini masih dalam koridor yang aman," ujar Piter.
 
Dalih minta PMN
 
Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov justru melihat, pemanfaatan utang BUMN perlu diidentifikasi. "Pak Erick (Menteri BUMN) juga sudah menyampaikan kemarin, dari utang yang dulu ada potensi korupsi terselubung," kata dia kepada KONTAN, kemarin.
 
Jangan sampai, ujung-ujungnya tumpukan utang BUMN malah membebani negara. Misalnya dengan terus meminta kucuran Penyertaan Modal Negara (PMN). Padahal, struktur utang di APBN pun terus meroket. "Jadi dari utang BUMN ini pemerintah sebetulnya perlu memperhitungkan risiko sistemik, terhadap fiskal, perbankan, bagaimana efek dominonya," ungkap Abra.     

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terbaru

Pendapatan HRTA Meningkat 42%, Simak Strategi Bisnis dan Rekomendasi Sahamnya
| Kamis, 07 November 2024 | 10:22 WIB

Pendapatan HRTA Meningkat 42%, Simak Strategi Bisnis dan Rekomendasi Sahamnya

Momentum koreksi dinilai analis menjadi peluang untuk masuk ke saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA)

Pemanis Dividen Saat Bursa Pahit
| Kamis, 07 November 2024 | 09:39 WIB

Pemanis Dividen Saat Bursa Pahit

Musim pembagian dividen interim emiten mulai bergulir usai rilis laporan keuangan periode sembilan bulan 2024

Pertamina Geothermal (PGEO) Mengejar Target Kapasitas PLTP
| Kamis, 07 November 2024 | 09:34 WIB

Pertamina Geothermal (PGEO) Mengejar Target Kapasitas PLTP

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) optimistis, target penambahan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) bakal tercapai. 

Trump Menguji Kesabaran Pasar
| Kamis, 07 November 2024 | 09:31 WIB

Trump Menguji Kesabaran Pasar

Kabar kemenangan Trump memicu tekanan di pasar keuangan, karena itu analis memangkas target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Kabar CVC Capital Mau Divestasi Saham KEJU, Potential Gain bisa Tembus Rp 100 Miliar
| Kamis, 07 November 2024 | 08:53 WIB

Kabar CVC Capital Mau Divestasi Saham KEJU, Potential Gain bisa Tembus Rp 100 Miliar

CVC Capital Partners mulai berinvestasi di PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) pada 8 Juli 2022 setelah memborong 18,13% saham di harga Rp 1.126.

Tujuh BUMN Perlu Perawatan Khusus
| Kamis, 07 November 2024 | 07:20 WIB

Tujuh BUMN Perlu Perawatan Khusus

Kinerja BUMN tersebut dipengaruhi permintaan yang lesu, utang dan salah kelola sehingga menekan kinerja.

Parlemen Minta Ojol Masuk dalam Revisi UU LLAJ
| Kamis, 07 November 2024 | 07:15 WIB

Parlemen Minta Ojol Masuk dalam Revisi UU LLAJ

Selama ini aturan ojek online baru diatur oleh beleid setingkat peraturan menteri dan bukan dengan undang-undang.

RITS Berharap MLFF Diterapkan Pada Kuartal I-2025
| Kamis, 07 November 2024 | 07:15 WIB

RITS Berharap MLFF Diterapkan Pada Kuartal I-2025

RITS masih menanti kepastian dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terkait kapan teknologi MLFF akan diimplementasikan.

Prabowo Undang Singapura Garap IKN dan Food Estate
| Kamis, 07 November 2024 | 07:10 WIB

Prabowo Undang Singapura Garap IKN dan Food Estate

Presiden Prabowo Subianto membahas beberapa kerjasama bilateral dengan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong.

Awas, Badai PHK Massal Belum Berlalu
| Kamis, 07 November 2024 | 07:10 WIB

Awas, Badai PHK Massal Belum Berlalu

Bukapalak dan KFC melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan di tengah kinerja yang mengalami kerugian.

INDEKS BERITA

Terpopuler