Tren Harga Batubara Topang Kinerja Emiten

Senin, 01 Agustus 2022 | 04:10 WIB
Tren Harga Batubara Topang Kinerja Emiten
[]
Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren harga batubara masih melaju. Efek  perang Rusia dan Ukraina yang membuat pasokan gas Rusia terhambat membuat sejumlah negara Uni Eropa memutuskan beralih ke batubara.

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan, kebijakan geopolitik negara anggota Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) atas sanksi ekonomi berupa larangan impor komoditas dari Rusia, membuat harga berbagai komoditas bergejolak, termasuk batubara. Sanksi tersebut justru membuat Uni Eropa kewalahan dan kembali menggunakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). 

Maklum Uni Eropa bergantung pada pasokan gas Rusia, yang selama ini memenuhi rata-rata 30% dari kebutuhan. Negara seperti Jerman, pasokan gas dari Rusia memenuhi sekitar 49% kebutuhan, Italia 46%, dan Prancis sekitar 24%. 

Baca Juga: Golden Energy Mines (GEMS) Meningkatkan Produksi di Kuartal Kedua 2022

Sejak Uni Eropa melarang impor batubara dari Rusia, Indonesia dan negara lainnya, seperti AS, Australia, Afrika Selatan dan Kolombia, menjadi negara tujuan utama Uni Eropa untuk memasok kebutuhan batubara.

Emiten-emiten batubara, seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), akan lebih mudah mendapatkan harga lebih tinggi serta margin besar. Namun, kata Felix, keuntungan itu tak dapat sepenuhnya dipenuhi, karena Indonesia dilanda curah hujan tinggi semester satu lalu. Efeknya produksi kurang maksimal. 

Alhasil, realisasi produksi hingga Mei 2022 masih 41% dari target produksi 2022, yaitu 663 juta ton. Hanya saja, peningkatan harga batubara global akan tetap berdampak baik bagi emiten batubara. 

Pasalnya, penjualan emiten pada umumnya memiliki jeda harga (price lag) selama tiga sampai enam bulan. "Ini bertranslasi kepada kepastian peningkatan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) di 2022," papar Felix.

Memang, harga batubara cenderung mulai turun. Meski begitu, harga akan bertahan di level tinggi. Analis DBS Vickers Sekuritas Indonesia William Simadiputra memperkirakan, harga batubara Newcastle di US$ 200 per ton tahun ini dan US$ 110 per ton pada tahun depan.

Baca Juga: Saham Kapitalisasi Jumbo Bergerak Dinamis, Intip Rekomendasi yang Menarik Dikoleksi

William menilai, harga batubara yang tinggi saat ini tak akan bertahan lama di tengah ketakutan terjadinya resesi. Tapi ada faktor yang bisa membuat harga tetap tinggi, yakni restocking batubara yang terus dilakukan Jerman dan negara seperti China. 

Royalti batubara

Tambah lagi, di tengah kecamuk perang, pasar kehilangan sekitar 10% ekspor batubara global dari Rusia. Sementara negara lain seperti Indonesia belum gencar meningkatkan produksi. 

Karena itu, William menilai emiten batubara masih punya ruang untuk mempertahankan kinerja positif. Lalu, emiten juga melakukan aksi korporasi yang bisa menopang harga saham. ADRO misalnya, memperpanjang program pembelian kembali (buyback) saham. 

Emiten batubara juga bisa mendapat manfaat positif dari pembentukan badan layanan umum (BLU). Dalam riset 5 Juli 2022, analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menulis, pembentukan BLU batubara akan jadi era baru sektor batubara di Indonesia. 

Baca Juga: Harga Batubara Meningkat, Penjualan Pick Up Hilux Toyota Astra (TAM) Naik

"Kami meyakini penerima manfaat utama pembentukan BLU adalah penambang batubara yang sebagian besar volume penjualan di domestik, PTBA misalnya," tulis Hasan.

Perubahan  royalti pemegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK) juga akan memberi sentimen positif. Pemerintah memang menaikkan royalti untuk penambang batubara dari tarif tunggal 13,5% jadi berkisar 14%-27%.

Besaran royalti akan ditetapkan tergantung harga batubara acuan (HBA). Jika harga batubara di atas US$ 100, berapapun besar harga, royalti yang harus dibayar 27%. Aturan ini menguntungkan jika harga batubara tinggi seperti saat ini. Hasan menilai ADRO salah satu emiten yan akan menikmati skema ini.

Felix dan Hasan menyematkan rating overweight untuk sektor batubara dengan saham ADRO sebagai pilihan utama. Hasan juga merekomendasikan PTBA.             

Beberapa saham emiten batubara yang layak menjadi pilihan diantaranya sebagai berikut:  

Indo Tambangraya (ITMG)
ITMG menargetkan produksi sepanjang 2022 mencapai 17,5 juta ton hingga 18,8 juta ton. Sedangkan penjualan ditargetkan sebesar 20,5 juta ton hingga 21,5 juta ton. Target ini cenderung stagnan karena ada penutupan tambang Kitadin Embalut dan Tandung Mayang, seiring berakhirnya kontrak penambangan pada Februari 2022.
Rekomendasi: Buy Target harga: Rp 47.000
Hasbie, Trimegah Sekuritas

Baca Juga: Tren Pemulihan Ekonomi China Gagal, Aktivitas Pabrik di Juli Kontraksi Mengejutkan

Adaro Energy (ADRO)
ADRO menargetkan angka produksi sepanjang tahun 2022 di kisaran 58 juta hingga 60 juta ton. ADRO juga mendapat keuntungan dari kenaikan harga batubara. Selain itu, ADRO memiliki lini bisnis terdiversifikasi untuk memitigasi risiko harga batubara termal. Salah satunya segmen mineral aluminium, lewat PT Adaro Aluminium Indonesia.
Rekomendasi: Buy Target harga: Rp 3.950
Juan Harahap, Mirae Asset Sekuritas

Harum Energy (HRUM)
Krisis energi di India menjadi berkah bagi HRUM. Di kuartal satu lalu, HRUM mencatatkan pertumbuhan penjualan ke India, seiring pasokan batubara dari China yang melambat. HRUM juga aktif diversifikasi bisnis ke segmen nikel dan baru memulai produksi smelter nikel Infei Metal Industry (IMI) di tahun ini.
Rekomendasi: Buy Target harga: Rp 3.400
Andreas Yordan Tarigan, Sucor Sekuritas

Bukit Asam (PTBA)
PTBA menetapkan target produksi dan penjualan masing-masing sebanyak 36,4 juta ton dan 37,1 juta ton batubara tahun ini. Emiten pelat merah ini juga punya sejumlah proyek pengembangan usaha, seperti proyek PLTU Sumsel-8, proyek PLTS Bali-Mandara, serta angkutan batubara Tanjung Enim-Perajen dan Tanjung Enim-Kramasan.
Rekomendasi: Buy Target harga: Rp 4.600
Felix Darmawan, Panin Sekuritas

Baca Juga: Curah Hujan Menjadi Salah Satu Faktor yang Mempengaruhi Produksi Batubara ITMG

Bagikan

Berita Terbaru

Kinerja Mitra Pinasthika Mustika (MPMX) Tertekan Daya Beli
| Jumat, 07 November 2025 | 04:20 WIB

Kinerja Mitra Pinasthika Mustika (MPMX) Tertekan Daya Beli

Pendapatan MPMX dari segmen bisnis distribusi dan ritel serta asuransi melandai, berbarengan dengan tekanan margin pada segmen transportasi.

Tantangan Perekonomian Global 2026
| Jumat, 07 November 2025 | 04:16 WIB

Tantangan Perekonomian Global 2026

Bagi Indonesia, menjaga kredibilitas di mata pasar internasional sama pentingnya dengan menjaga kesejahteraan masyarakat di dalam negeri.

Multifinance Didorong Memperluas Pasar Syariah
| Jumat, 07 November 2025 | 04:15 WIB

Multifinance Didorong Memperluas Pasar Syariah

OJK mendorong pengembangan industri keuangan syariah agar semakin menjangkau seluruh lapisan masyarakat. 

Akui Bukan SWF Biasa, Mari Kupas Jati Diri BPI Danatara
| Kamis, 06 November 2025 | 15:25 WIB

Akui Bukan SWF Biasa, Mari Kupas Jati Diri BPI Danatara

Danantara merupakan SWF berbasis BUMN sehingga tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban pelayanan publik (public servic obligation).

Anak Usaha TLKM Buka Suara Soal Kepailitan TELE dan Investasi Rp 1,39 Triliun
| Kamis, 06 November 2025 | 13:53 WIB

Anak Usaha TLKM Buka Suara Soal Kepailitan TELE dan Investasi Rp 1,39 Triliun

PT PINS Indonesia, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), akhirnya buka suara menanggapi kabar kepailitan PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE)

Ruang Pendanaan Masih Terbatas, PELNI Buka Opsi Tambah Kapal dari Penjualan Tiket
| Kamis, 06 November 2025 | 13:46 WIB

Ruang Pendanaan Masih Terbatas, PELNI Buka Opsi Tambah Kapal dari Penjualan Tiket

Penyertaan Modal Negara sudah tak lagi digunakan sehingga beberapa upaya diluncurkan PT Pelni guna memastikan kelanjutan investasi armada.

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit
| Kamis, 06 November 2025 | 10:29 WIB

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) membukukan kinerja positif di sepanjang sembilan bulan tahun 2025.

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025
| Kamis, 06 November 2025 | 10:21 WIB

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025

Pertumbuhan laba itu disokong lonjakan pendapatan usaha PIPA yang mencapai 30,49% secara tahunan jadi Rp 25,89 miliar per September 2025

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji
| Kamis, 06 November 2025 | 10:17 WIB

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji

Sejumlah emiten properti mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di sepanjang periode Januari-September 2025

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi
| Kamis, 06 November 2025 | 10:08 WIB

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) membidik pertumbuhan produksi emas 68.000 ons sampai 72.000 ons hingga akhir 2025.​

INDEKS BERITA