Upaya Rubel dan Yuan Menumbangkan Dollar AS

Sabtu, 10 September 2022 | 04:30 WIB
Upaya Rubel dan Yuan Menumbangkan Dollar AS
[]
Reporter: Akhmad Suryahadi, Yuliana Hema | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dominasi dollar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang dalam pembayaran internasional semakin goyah. Para pengamat mulai melihat sanksi terkait ekonomi yang dikenakan berbagai negara terhadap Rusia, akibat langkah Rusia menggelar agresi militer ke Ukraina, justru bisa berefek buruk ke dollar AS.

Sebagai gambaran, saat banyak mata uang dunia melemah di hadapan dollar AS, mata uang Rusia, rubel (RUB), justru menguat terhadap dollar AS. Jumat (9/9), kurs rubel naik 0,55% menjadi RUB 60,4338 per dollar AS. Sepanjang tahun ini, rubel menguat 19,6% terhadap the greenback. 

Penguatan rubel antara lain terjadi lantaran Rusia kini mensyaratkan penggunaan rubel untuk pembelian komoditas energi asal Rusia. Negara pecahan Uni Soviet ini juga menjalankan perdagangan internasional dengan China menggunakan mata uang negara masing-masing, yaitu rubel dan yuan (CNY). 

Baca Juga: Jadi Mata Uang Perdagangan Komoditas, Rubel Berpotensi Menggerus Dolar AS

Sutopo Widodo, Presiden Komisaris HFX Internasional Berjangka mengatakan, Rusia memang sudah lama ingin menumbangkan dominasi dollar AS. Konflik yang terjadi saat ini  benar-benar dimanfaatkan Rusia. 

Yuan juga ketiban untung dari fenomena ini. Mei lalu, Bloomberg melaporkan, perdagangan internasional yang menggunakan mata uang rubel dan yuan melesat 1.067% menjadi sekitar US$ 4 miliar.

Alhasil, pelaku pasar valas kini mulai mengamati gerak-gerik rubel dan yuan. "Kini banyak negara yang memasukkan rubel dan yuan menjadi cadangan devisa. Mereka menilai kedua negara itu berperan menentukan prospek pertumbuhan ekonomi dunia," kata Sutopo, kemarin (9/9). 

Meski begitu, yuan masih belum mampu melawan keperkasaan dollar AS. Jumat (9/9), kurs yuan turun 0,46% jadi CNY 6,9297 per dollar AS. Namun sepanjang tahun ini, dollar AS menguat 8,96% terhadap yuan. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi pun sepakat, sanksi ekspor pada Rusia malah menguntungkan Negeri Beruang Merah ini. "Sehingga rubel terus menguat," kata dia, Jumat (9/9).

Kendati begitu, Ibrahim menilai rubel masih belum cukup kuat untuk menandingi dominasi dollar AS. Penguatan rubel saat ini masih bergantung pada sejauh mana perkembangan perang Rusia dan Ukraina. Bila kedua negara berdamai, kemungkinan kurs rubel turun lagi. 

Baca Juga: Percaya Diri, Vladimir Putin: Mustahil untuk Mengisolasi Rusia

Sebaliknya, Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono menilai, kerjasama Rusia dengan China secara jangka panjang akan mengurangi dominasi dollar AS. Ini juga didorong dari proyek jalur sutra serta Belt Road Initiative (BRI) yang dicanangkan oleh China. 

Wahyu melihat, kedua proyek ini bakal memperkuat posisi yuan. "Sebenarnya ini bukan isu tunggal, tapi lebih kepada tren global," kata dia. 

Investasi rubel

Potensi penguatan rubel dan yuan membuat mata uang ini bisa dipertimbangkan untuk investasi valas. Secara umum, rubel  dinilai lebih menarik ketimbang yuan.
Alasannya, pergerakan nilai tukar yuan terhadap dollar AS dibatasi oleh Pemerintah China. Sehingga fluktuasi di yuan tidak terlalu besar. Yuan juga saat ini cenderung melemah terhadap dollar AS akibat kebijakan bank sentral China menurunkan suku bunga untuk mendongkrak ekonomi.

Toh, investasi yuan masih bisa dipertimbangkan bagi investor di dalam negeri. "Investasi di yuan masih  menarik karena Indonesia dan China masih cukup kuat, sebagai safe haven mata uang yuan bisa dikoleksi," ucap Ibrahim. 

Prediksi Wahyu, kurs yuan  terhadap dollar AS bergerak antara CNY 6,2- CNY 7,20 dalam jangka pendek, dan akhir tahun di posisi CNY 7,0. Sementara RUB diperkirakan bergerak dalam rentang RUB 50,00-RUB 80,00, dengan target di akhir tahun di RUB 65,00. 

Ibrahim memprediksi kurs rubel di akhir tahun mencapai RUB 45,50 per dollar AS. Sementara yuan berada di level CNY 7,45 per dollar AS.

Baca Juga: Putin: Tidak Peduli Seberapa Besar Seseorang Ingin Isolasi Rusia, Itu Tidak Mungkin

Bagikan

Berita Terbaru

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja
| Rabu, 26 November 2025 | 08:59 WIB

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja

SMGR sudah pulih, terutama pada kuartal III-2025 terlihat dari pencapaian laba bersih setelah pada kuartal II-2025 perusahaan masih merugi.

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid
| Rabu, 26 November 2025 | 08:53 WIB

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid

Simak analisis prospek saham rumah sakit HEAL, SILO, dan MIKA) tahun 2026 yang berpotensi disulut kenaikan iuran BPJS dan implementasi KRIS.

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS
| Rabu, 26 November 2025 | 08:45 WIB

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS

Pelaku pasar juga menunggu rilis sejumlah data makroekonomi penting seperti indeks harga produsen, penjualan ritel dan produksi industri AS.

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 08:22 WIB

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak

Dirjen Pajak Bimo Wijayanto mengungkapkan rencananya untuk memperketat syarat bagi mantan pegawai pajak untuk menjadi konsultan pajak

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat
| Rabu, 26 November 2025 | 08:17 WIB

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat

Ditjen Bea dan Cukai bakal memangkas kuota hasil produksi kawasan berikat yang didistribusikan ke pasar domestik

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik
| Rabu, 26 November 2025 | 08:10 WIB

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik

Mandiri Spending Index (MSI) per 16 November 2025, yang naik 1,5% dibanding minggu sebelumnya ke level 312,8

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK
| Rabu, 26 November 2025 | 07:53 WIB

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK

Keberhasilan Akuisisi LINK dan peluncuran FWA IRA jadi kunci pertumbuhan bisnis PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga
| Rabu, 26 November 2025 | 07:51 WIB

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga

Ditjen Pajak menemukan dugaan praktik underinvoicing yang dilakukan 463 wajib pajak                 

Menguak Labirin Korupsi Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 07:10 WIB

Menguak Labirin Korupsi Pajak

Publik saat ini tengah menantikan langkah tegas Kejaksaan Agung dalam memberantas korupsi sektor pajak.​

Pembunuh UMKM
| Rabu, 26 November 2025 | 07:00 WIB

Pembunuh UMKM

Jaringan ritel modern kerap dituding sebagai pembunuh bisnis UMKM dan ditakutkan bisa menjalar ke Kopdes yang bermain di gerai ritel.

INDEKS BERITA

Terpopuler