Usai IPO, Indonesian Tobacco (ITIC) Geber Produksi dan Ekspansi

Sabtu, 13 Juli 2019 | 07:41 WIB
Usai IPO, Indonesian Tobacco (ITIC) Geber Produksi dan Ekspansi
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) bakal memperluas pasar ekspor ke India dan China. Kedua negara ini dipilih karena potensi pasarnya yang besar.

Penduduk China, misalnya, berdasarkan Worldometers berjumlah 1,4 miliar jiwa pada 2019. Jumlah ini setara 5,2 kali dari jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 269 juta jiwa. "Itu pasar sangat besar. Kami tak perlu garap semua, hanya 1%–2% dari pangsa pasar saja sudah sangat luar biasa," ujar Direktur Utama ITIC Djonny Saksono.

Djony bilang, perluasan pasar ekspor tersebut akan dimulai tahun ini. Khusus untuk ekspansi ke India, lanjut Djonny, berpotensi dilakukan pada September-Oktober 2019.

Sebelumnya, Indonesian Tobacco sudah mendistribusikan produknya ke kawasan Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Jepang dengan merek Pohon Sagu, Butterfly dan Papillon.

Meski begitu, hasil signifikan dari pengembangan pasar ekspor ini baru akan berkontribusi positif dalam jangka panjang. Alasan Djony, pola bisnis rokok dan tembakau tidak seperti bisnis lainnya.

Untuk itu, ITIC akan mencari mitra bisnis yang tepat untuk mengembangkan pasar di kedua negara tersebut. Bentuk kerjasama bisnis ini masih dalam proses peninjauan. Misalnya saja, bisa berupa kerjasama pemasaran atau sekadar penyuplai tembakau iris untuk mitra tersebut.

Indonesian Tobacco memproyeksikan, pengiriman tembakau bisa mencapai 50–100 ton per bulan. Namun, pemesanan biasanya lewat kontainer dengan kapasitas 8–10 ton senilai US$ 15.000 per kontainer.

Ekspansi ke luar negeri tersebut diharapkan bisa mengerek kinerja ITIC. Pada 2018, pendapatan bersih ITIC sebesar Rp 134,51 miliar. Dari situ, kontribusi pasar ekspor menyumbang 1,5%, sedangkan lokal 98,5%.

Di 2019, ITIC menargetkan pendapatan bisa tumbuh 26,38%–33,81% secara tahunan menjadi Rp 170 miliar-Rp 180 miliar. ITIC juga menargetkan peningkatan laba bersih 25% pada tahun ini menjadi Rp 10,3 miliar dari Rp 8,24 miliar di 2018.

Untuk menggapai target dan rencana ekspansi ke luar negeri, ITIC menargetkan bisa memproduksi tembakau iris 2.000 ton–2.500 ton tahun ini. Jumlah tersebut meningkat dari produksi 2018 yang sebesar 1.950 ton. Sepanjang semester I-2019, ITIC telah merealisasikan produksi sekitar 1.100 ton.

Perusahaan ini telah memiliki anggaran untuk membeli bahan baku lebih banyak sebesar Rp 60,01 miliar dari hasil penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO). Dana tersebut seluruhnya memang dianggarkan untuk modal kerja berupa pembelian bahan baku atau daun tembakau.

Pembelian tembakau dibagi berdasarkan segmen wilayah, yakni 25% dari Jawa Tengah yang meliputi Muntilan, Temanggung, Parakan dan Boyolali. Kemudian, sebanyak 50% dari Jawa Timur dan Madura, serta sisanya 25% dari Bali dan Lombok.

Merek yang dipasarkan di dalam negeri, diantaranya adalah Kuda Terbang, Anggur Kupu, Lampion Lilin, Roda Terbang, Bunga Sakura, Save, dan Manna. Tembakau iris buatan ITIC terdiri dari beragam ukuran. Mulai dari 25 gram, 40 gram, hingga 2.500 gram.

Pasar lokal

Perusahaan ini juga akan memperluas pasarnya ke daerah-daerah seperti Sumatra, Kalimantan, serta Jawa. Untuk wilayah Kalimantan, ITIC akan fokus ke provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Alasannya, perusahaan ini baru menjangkau wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Sementara untuk Sumatra, ITIC baru menjangkau Jambi dan Pekanbaru. Sementara di Jawa produk ITIC baru dijual di Jawa Tengah dan di sekitar Malang. Penjualan ini juga masih melalui perorangan dan dalam skala kecil.

"Program promosi dan pemasaran belum dikerjakan di Jawa. Inilah saat yang tepat untuk ekspansi di Jawa dengan jumlah penduduk yang paling banyak," kata Djonny kepada KONTAN, Jumat (12/7). Sebab sejak awal berdiri pada 1960, ITIC lebih fokus di pasar luar Jawa.

Di Sulawesi, distribusi terbesar ITIC adalah Gorontalo dan Manado. Kemudian, di Nusa Tenggara Timur, perusahaan telah menjangkau Kupang, Waingapu, Maumere, dan Atambua. ITIC juga mengklaim, hampir menguasai 100% pasar di Papua.

Bagikan

Berita Terbaru

Bangun Kosambi (CBDK) Suntik Modal Dua Anak Usaha Rp 2,79 Triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:48 WIB

Bangun Kosambi (CBDK) Suntik Modal Dua Anak Usaha Rp 2,79 Triliun

PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) mengumumkan dua transaksi afiliasi dengan nilai total Rp 2,79 triliun.

Hari Terakhir Tahun 2025, Mayoritas Bursa Asia Diprediksi Bergerak Mendatar
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:45 WIB

Hari Terakhir Tahun 2025, Mayoritas Bursa Asia Diprediksi Bergerak Mendatar

Pergerakan pasar dipengaruhi kombinasi profit taking akhir tahun.Kewaspadaan jelang rilis PMI China, serta risiko geopolitik.

Darma Henwa (DEWA) Raih Kredit Jumbo Rp 5 Triliun Dari BBCA dan BMRI
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:44 WIB

Darma Henwa (DEWA) Raih Kredit Jumbo Rp 5 Triliun Dari BBCA dan BMRI

PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengantongi fasilitas kredit jumbo dari PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 5 triliun. 

Genjot Laba 2026, Aracord Nusantara (RONY) Siap Transformasi Bisnis
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:39 WIB

Genjot Laba 2026, Aracord Nusantara (RONY) Siap Transformasi Bisnis

Transformasi mencakup penguatan bisnis energi dan logistik, khususnya yang berkaitan dengan elektrifikasi alat angkut di sektor pertambangan. ​

BLT Cuma Pendongkrak Daya Beli, Efeknya Ke Emiten Konsumer dan Ritel Masih Mini
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:32 WIB

BLT Cuma Pendongkrak Daya Beli, Efeknya Ke Emiten Konsumer dan Ritel Masih Mini

Emiten konsumer dan ritel tak bisa berharap banyak pada dampak bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 900.000 yang dikucurkan pemerintah. 

Prospek Perbankan 2026: Masih Sulit Lepas dari Bayang-Bayang Perlambatan Ekonomi
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:15 WIB

Prospek Perbankan 2026: Masih Sulit Lepas dari Bayang-Bayang Perlambatan Ekonomi

Ekonom memprediksi penyaluran kredit di tahun 2026 berpotensi tumbuh 9%, di atas proyeksi target tahun ini

Mengebut Pembangunan Huntara di Sumatra
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:05 WIB

Mengebut Pembangunan Huntara di Sumatra

Hingga akhir Desember 2025, tercatat sebanyak 47.149 unit rumah mengalami rusak berat akibat banjir dan tanah longsor di Aceh, dan Sumatra

Pro Kontra Aturan Kawasan Tanpa Rokok
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:05 WIB

Pro Kontra Aturan Kawasan Tanpa Rokok

Sektor perhotelan dan restoran merupakan sektor strategis dan padat karya di Jakarta sehingga kebijakan KTR perlu dirancang secara realistis

Penerbangan  ke Bali Menanjak
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:01 WIB

Penerbangan ke Bali Menanjak

Pergerakan pesawat harian mencapai 467 penerbangan, atau meningkat 10,14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu

Daya Ungkit Ekonomi Nataru
| Rabu, 31 Desember 2025 | 06:59 WIB

Daya Ungkit Ekonomi Nataru

Jika risiko inflasi dapat dikendalikan, Nataru akan berfungsi sebagai akselerator kemajuan ekonomi yang mulus menuju tahun 2026.

INDEKS BERITA

Terpopuler