Wake Up Call: Alternatif Selain Saham BBCA

Senin, 05 Desember 2022 | 07:15 WIB
Wake Up Call: Alternatif Selain Saham BBCA
[]
Parto Kawito | Direktur PT Infovesta Utama

KONTAN.CO.ID - Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) merupakan saham fenomenal yang tidak hanya menduduki kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia. Kenaikan harganya juga memberikan kesejahteraan bagi investornya. Terlebih dengan dicapainya harga all time high Rp. 9.300 di 30 November lalu, saat tulisan ini dibuat.

Dengan demikian, sejak IPO pada 11 Mei 2000 di Rp 1.400 dan memperhitungkan pemecahan nilai nominal saham sebanyak empat kali, yakni dari 1 menjadi 2 tahun 2001, dari 2 jadi 4 pada tahun 2004 kemudian dari 4 jadi 8 di tahun 2008 dan terakhir tahun 2021 dari 8 menjadi 40, maka harga Rp 9.300 setara Rp 372.000. Bayangkan dari Rp 1.400 jadi Rp 372.000, berarti cuan BBCA sekitar 266 kali lipat dari IPO. Ini menjadikan saham BBCA “pilihan mudah” bagi investor saham yang ingin tidur nyenyak.

Yang tidak mudah itu adalah menjawab pertanyaan, selain BBCA, saham apa lagi yang bisa bikin investor tidur nyenyak? Tentu banyak saham yang bisa diajukan dengan segudang argumen yang masuk akal.

Penulis mencoba membatasi pembahasan hanya pada saham perbankan dengan kondisi yang mirip BBCA. Bukan berarti hanya saham ini saja yang patut dilirik atau paling bagus. Juga tentu saja, tidak ada jaminan kinerja masa datang akan sebaik masa lalu.

Meninjau kapitalisasi pasar, hanya dua saham bank yang besarnya mendekati BBCA, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Pendekatan kapitalisasi pasar perlu terutama untuk investor yang mengutamakan likuiditas, bertipe relatif moderat dan jangka panjang.

Penulis mencari tahu return dari ketiga saham bank tersebut. Dari tiga saham, BBRI masuk pasar modal paling akhir, yaitu 10 November 2003. Maka periode pengamatan dimulai dari tanggal tersebut hingga 30 November 2022 saat tulisan ini dibuat.

Return kumulatif yang dihasilkan berturut-turut: BBCA 5.136,5%, BBRI 5.007,7% dan BMRI 2.305,7%. Bandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang “hanya” naik 1.042,0%.

 

 

Dari sini terlihat kinerja BBCA dan BBRI relatif bersaing. Bila dilihat dari grafiknya sejak IPO, BBRI malah sempat di atas BBCA, hingga tanggal 10 Maret 2020 kinerjanya mulai sama dan disalip pada pertengahan tahun ini. Sedangkan return BMRI terpaut lebih dari separuh.

Tanpa berusaha mengecilkan saham BMRI, penulis selanjutnya mengerucutkan pilihan pada saham BBRI. Adapun dari sisi risiko yang dihitung dari Annualized Standard Deviation, memang BBRI relatif lebih berisiko dibandingkan BBCA.

Tambahan informasi mengenai kinerja return BBCA dan BBRI yang berhasil dihimpun, dengan kumulatif return tersebut, maka didapat return bulanan dari kedua saham selama periode pengamatan adalah 1,74% untuk BBCA dan 1,73% untuk BBRI. Return bulanan ini bahkan lebih bagus daripada return yang dijanjikan oleh koperasi bodong.

Sedangkan bila return di-breakdown menjadi return per bulan dari sejak BBRI IPO, maka didapat return bulanan terendah BBRI -36,11% dan sebesar -14,55% untuk BBCA. Terlihat BBRI lebih berisiko. Lalu return tertinggi BBRI di 38,10%, tidak jauh dari BBCA di 31,91%.

Bagaimana dengan kinerja fundamentalnya? Ditinjau dari profitabilitas selama sembilan bulan 2022, BBRI mencatat pertumbuhan net interest income 16,3%, sementara BBCA sebesar 9,3%. Pertumbuhan operating income BBRI sebesar 13,7% dan BBCA 8,9%. Lalu pertumbuhan net profit BBRI 105,3% dan BBCA 24,8%. Pertumbuhan BBRI lebih baik dari BBCA karena dasar perhitungan pertumbuhan BBRI yang lebih rendah.

Dalam hal perbandingan rasio return on average asset, BBRI dan BBCA sama kuat, yakni di angka 3,1% vs 3.1%. Sementara return on average equity BBRI sebesar 17,85% dan BBCA 18,6%. Tampak BBCA lebih unggul menggunakan modalnya untuk menghasilkan laba bersih.

LDR BBRI sebesar 97,5%. Sementara BBCA 66,5%. Alhasil, BBCA lebih leluasa menggelontorkan kreditnya. Sedangkan Gross NPL ratio, yang merupakan nilai pinjaman tidak perform dibandingkan total nilai pinjaman, sebesar 3,1% untuk BBRI dan 2,2% BBCA. Lagi-lagi BBCA lebih unggul.

 

 

Dari segi Capital Adequacy Ratio (CAR), BBRI sebesar 26,1% dan BBCA 25,4%. CAR keduanya sama-sama kuat. NPL coverage ratio BBRI sebesar 278,8%, mirip BBCA yang sebesar 247,9%.

Secara valuasi multiple, price earning ratio (PER) BBRI sebeasr 14,5 kali, tampak lebih murah dibandingkan BBCA 29,7 kali. Dari sisi price to book value (PBV), BBRI 2,54 kali, juga jauh di bawah BBCA, 5,41 kali.

Menilik angka-angka di atas, tampaknya BBRI layak dipertimbangkan sebagai alternatif selain saham BBCA bagi yang merasa valuasi BBCA sudah premium. BBRI menawarkan kinerja return yang mirip, fundamental yang tidak kalah, dengan valuasi secara multiple hampir separuh BBCA.

Tinggal masalah prospek ke depan yang penulis tidak bahas. Namun dengan target konsumen UMKM yang menjadi penopang ekonomi dan tahan banting di saat kondisi ekonomi krisis sekalipun, maka BBRI tetap mempunyai prospek yang menjanjikan di mata penulis.

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA