Wilmar (CEKA) Incar Pebisnis UKM

Rabu, 26 Juni 2019 | 23:10 WIB
Wilmar (CEKA) Incar Pebisnis UKM
[]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) mengejar pertumbuhan kinerja keuangan maupun produksi 5% sepanjang tahun ini. Salah satu strategi mereka adalah merambah segmen pasar baru dari sektor usaha kecil menengah (UKM).

Kelak, Wilmar Cahaya bakal mendistribusikan produk ke pasar tradisional. Segmen anyar itu melengkapi daftar pelanggan terdahulu yakni perusahaan industri makanan dan minuman dengan skala cukup besar. "Kami kan bukan jual barang jadi, tapi bahan baku, sehingga kami akan terus mencari pelanggan baru," ujar Hairuddin Halim, Direktur PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, Selasa (25/6).

Tahun ini Wilmar Cahaya juga berniat lebih getol bersinergi dengan perusahaan lain di bawah payung Grup Wilmar International Limited. Kerjasama dengan perusahan afiliasi antara lain mencakup pembelian atau penjualan bahan baku, bahan pembantu serta produk turunan.

Asal tahu, Wilmar Cahaya memproduksi minyak nabati dan minyak nabati spesialitas (MNS). Perusahaan tersebut menggunakan bahan baku minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan inti sawit (palm kernel).

Mengintip materi paparan publik Juni 2019, Wilmar Cahaya menyuling 287.311 metrik ton minyak sepanjang tahun lalu. Perinciannya, 68.483 produksi pabrik Cikarang Jawa Barat dan 218.828 metrik ton produksi pabrik Pontianak Kalimantan Barat. Dengan target pertumbuhan 5% tahun ini, artinya mereka membidik volume penyulingan minyak sekitar 301.676 metrik ton.

Pabrik Cikarang memiliki kemampuan penyulingan 210 metrik ton per hari . Sedangkan pabrik Pontianak punya kemampuan 650 metrik ton per tahun. Selain penyulingan, masing-masing pabrik memiliki kemampuan lain seperti fraksinasi, hidrogenasi dan penghancuran inti sawit.

Sementara penjualan bersih CEKA tahun 2018 mencapai Rp 3,63 triliun. Alhasil, target pertumbuhan 5% tahun ini setara dengan penjualan sebesar Rp 3,81 triliun. Namun CEKA sadar jika perjalanan bisnis 2019 penuh tantangan. Persaingan pasar yang semakin ketat mendorong mereka untuk selalu menjaga kualitas produksi. Pada saat yang sama, perusahaan itu mesti menghemat biaya operasional.

Tantangan lain seperti potensi berkurangnya daya serap pasar minyak tengkawang. Ada pula risiko perubahan kebijakan pemerintah terhadap harga bahan bakar minyak (BBM), listrik, batubara, dan gas.

Bagi dividen

Sementara rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) kemarin (25/6) menyetujui pembagian dividen dari laba tahun buku 2018 kepada pemegang saham sebesar Rp 100 per lembar saham. "Totalnya Rp 59,5 miliar atau sekitar 64% dari laba tahun lalu," tutur Hairuddin.

Tahun lalu, CEKA meraih laba tahun berjalan Rp 92,65 miliar atau turun 13,75% year on year (yoy). Penurunan laba sejalan dengan penyusutan penjualan bersih 14,79% yoy. RUPST kemarin juga menyetujui pengunduran diri Hendri Saksti dari jabatan presiden komisaris.

Bagikan

Berita Terbaru

Investor Asing Tertarik Masuk, Harga Saham DADA Naik di Tengah Aksi Jual Pengendali
| Selasa, 26 Agustus 2025 | 20:28 WIB

Investor Asing Tertarik Masuk, Harga Saham DADA Naik di Tengah Aksi Jual Pengendali

Sejak April hingga pertengahan Agustus 2025, PT Karya Permata Inovasi Indonesia terus-menerus menjual saham DADA.

PIK 2 Bakal Private Placement Rp 300 Miliar, Harga Saham PANI Malah Terkoreksi
| Selasa, 26 Agustus 2025 | 19:58 WIB

PIK 2 Bakal Private Placement Rp 300 Miliar, Harga Saham PANI Malah Terkoreksi

Marketing sales PANI bakal turun 42% YoY menjadi Rp 3,5 triliun akibat siklus perlambatan di pasar properti.

Danantara Dikabarkan bakal Menerbitkan Patriot Bond Senilai Rp 50 Triliun
| Selasa, 26 Agustus 2025 | 12:24 WIB

Danantara Dikabarkan bakal Menerbitkan Patriot Bond Senilai Rp 50 Triliun

Kabar mengenai Patriot Bond Danantara pertama kali terungkap lewat akun instagram pribadi Tantowi Yahya (@tantowiyahyaofficial) tanggal 23 Agustus

Membedah Katalis yang bisa Mendongkrak Kinerja Keuangan & Saham Vale Indonesia (INCO)
| Selasa, 26 Agustus 2025 | 10:47 WIB

Membedah Katalis yang bisa Mendongkrak Kinerja Keuangan & Saham Vale Indonesia (INCO)

Penjualan nikel saprolit akan memberikan tambahan pendapatan potensial sekitar US$ 56 juta di paruh kedua 2025.

Memantau Geliat Industri Bank Kustodian di Tahun 2025
| Selasa, 26 Agustus 2025 | 10:41 WIB

Memantau Geliat Industri Bank Kustodian di Tahun 2025

Industri bank kustodian di Indonesia dapat belajar dari negara yang lebih maju seperti India dan Vietnam. 

Saham TLKM Tetap di Atas 3.000 di Tengah Jual-Beli oleh JP Morgan & Credit Agricole
| Selasa, 26 Agustus 2025 | 08:43 WIB

Saham TLKM Tetap di Atas 3.000 di Tengah Jual-Beli oleh JP Morgan & Credit Agricole

Berdasar rata-rata target harga berdasarkan konsensus analis, potensi kenaikan harga saham TLKM sudah terbatas.

Valuasi Harga Saham HEAL Kian Premium Sejak Masuknya Grup Djarum, Masih Layak Beli?
| Selasa, 26 Agustus 2025 | 08:12 WIB

Valuasi Harga Saham HEAL Kian Premium Sejak Masuknya Grup Djarum, Masih Layak Beli?

Masuknya Grup Djarum membuka peluang bagi RS Hermina (HEAL) untuk menggarap ratusan ribu karyawan yang berada di bawah konglomerasi tersebut.

Anggaran BA BUN Bengkak, Rawan Jadi Pos Gelap
| Selasa, 26 Agustus 2025 | 07:54 WIB

Anggaran BA BUN Bengkak, Rawan Jadi Pos Gelap

Anggaran tahun depan dipatok Rp 525 triliun, naik signifikan 46,65% dibanding 2025 yang sebesar Rp 358 triliun.

Harga Saham EMTK Mengangkasa, Vanguard Group tak Mau Ketinggalan Kesempatan Jualan
| Selasa, 26 Agustus 2025 | 07:42 WIB

Harga Saham EMTK Mengangkasa, Vanguard Group tak Mau Ketinggalan Kesempatan Jualan

Sepanjang Agustus 2025 berjalan, investor asing institusi lebih banyak menjual saham EMTK ketimbang akumulasi.

Belanja Perpajakan Tak Ungkit Industri Pengolahan
| Selasa, 26 Agustus 2025 | 07:30 WIB

Belanja Perpajakan Tak Ungkit Industri Pengolahan

Meski belanja perpajakan digelontorkan, kinerja industri pengolahan justru semakin menunjukkan tanda-tanda kelesuan. 

INDEKS BERITA

Terpopuler