Yang Penting Hemat

Sabtu, 08 Februari 2025 | 07:30 WIB
Yang Penting Hemat
[ILUSTRASI. Jurnalis KONTAN Adi Wikanto. (Ilustrasi KONTAN/Indra Surya)]
Adi Wikanto | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menjalankan efisiensi anggaran dengan memangkas belanja negara hingga Rp 306,69 triliun. Langkah berani ini patut mendapat acungan jempol karena tujuannya menghilangkan belanja negara yang dianggap boros. 

Namun pada praktiknya, pemangkasan dana belanja yang mencapai 8,4% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 menimbulkan banyak dampak negatif. Mega proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) berpotensi mangkrak karena anggaran diblokir. Hal itu dikonfirmasi langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo.

Di luar proyek infrastruktur, kinerja aparatur sipil negara (ASN) pun berpotensi terganggu akibat efisiensi biaya operasional kantor.

Pasalnya, efisiensi tersebut memotong banyak dana belanja seperti alokasi bahan bakar minyak (BBM) untuk pejabat pimpinan, alokasi anggaran daya listrik-air-telepon, hingga hilangnya operasional mobil jemputan pegawai. 

Memang, penghematan anggaran adalah langkah baik yang harus dijalankan pemerintah, Namun, penghematan anggaran harus berlangsung secara proporsional dan tidak mendadak agar semua instansi pemerintah bisa melakukan penyesuaian. Janganlah asal potong anggaran dengan prinsip "yang penting hemat". 

Di sisi lain, penghematan anggaran  tidak bisa dilakukan di tingkat bawah. Efisiensi anggaran harusnya dilakukan dari atas dengan restrukturisasi birokrasi di pucuk pimpinan yang tentunya memiliki gaji lebih besar dibandingkan PNS bawah. 

Agar hemat anggaran, Presiden seharusnya melakukan perampingan birokrasi. Namun kenyataannya, struktur kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran sangat gemuk dengan menambah jumlah kementerian dari 34 menjadi 48. 

Keberadaan wakil menteri juga harus ditinjau ulang. Saat ini ada 55 wakil menteri yang gaji dan tunjangannya beda tipis dengan menteri. 

Lalu, setiap menteri juga memiliki staf ahli dan staf khusus, maksimal masing-masing 5 orang. Dengan demikian, ada ratusan staf ahli dan staf khusus di Kabinet Merah Putih.

Padahal, di setiap instansi pemerintah sudah ada direktur jenderal (dirjen) dan direktur yang memang telah ahli di bidangnya. Sudah menjadi tugas Dirjen dan direktur untuk bekerja sesuai instruksi menteri, tak perlu lagi staf . 

Pemborosan anggaran seperti ini harusnya juga dihindari bukan!

Selanjutnya: Stagnasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Bagikan

Berita Terbaru

Pemerintah Pangkas Anggaran, Sektor Infrastruktur Ikut Tersungkur
| Sabtu, 08 Februari 2025 | 09:52 WIB

Pemerintah Pangkas Anggaran, Sektor Infrastruktur Ikut Tersungkur

Infrastruktur menguat jika suku bunga tetap rendah Sentimen negatif berasal dari pelemahan rupiah dan ketidakpastian ekonomi

Suram, Dalam Sepekan IHSG Ambrol Hingga 5%
| Sabtu, 08 Februari 2025 | 09:07 WIB

Suram, Dalam Sepekan IHSG Ambrol Hingga 5%

Faktor internal yang cukup signifikan menyetir IHSG berasal dari data BPS terkait deflasi di bulan Januari 2025.

Sentimen Perang Dagang Bikin Mata Uang Komoditas Lesu
| Sabtu, 08 Februari 2025 | 09:00 WIB

Sentimen Perang Dagang Bikin Mata Uang Komoditas Lesu

Kenaikan sejumlah mata uang komoditas terhadap dolar AS disebabkan oleh nilai tukar dolar AS yang tertekan.

Berlomba Menggenjot Valuasi, Memicu Kasus E-Fishery
| Sabtu, 08 Februari 2025 | 08:50 WIB

Berlomba Menggenjot Valuasi, Memicu Kasus E-Fishery

Tech winter mengubah permainan gim valuasi. Venture capital hanya tertarik membiayai valuasi yang untung dan bertumbuh.

Profil Emiten Baru yang Menyasar Ceruk Bisnis dari Usaha Jasa Maklon
| Sabtu, 08 Februari 2025 | 08:20 WIB

Profil Emiten Baru yang Menyasar Ceruk Bisnis dari Usaha Jasa Maklon

Meneropong profil bisnis emiten anyar berbendera PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT) di sektor kesehatan 

BI Waspadai Dampak Lonjakan Inflasi AS
| Sabtu, 08 Februari 2025 | 08:08 WIB

BI Waspadai Dampak Lonjakan Inflasi AS

Ketidakpastian meningkat dan berdampak terhadap aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia

Pemerintah Menugaskan Impor 200.000 Daging
| Sabtu, 08 Februari 2025 | 08:01 WIB

Pemerintah Menugaskan Impor 200.000 Daging

Penugasan disepakati dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) yang dipimpin Menteri Koordinator Pangan Zulkifli Hasan

Cadangan Devisa Bakal Tergerus Risiko Pelemahan Rupiah
| Sabtu, 08 Februari 2025 | 07:57 WIB

Cadangan Devisa Bakal Tergerus Risiko Pelemahan Rupiah

Cadangan devisa RI akhir pada Januari 2025 sebesar US$ 156,1 miliar, rekor tertinggi sepanjang sejarah 

Asa Agar Ekonomi Positif Berkat Dorongan Insentif
| Sabtu, 08 Februari 2025 | 07:51 WIB

Asa Agar Ekonomi Positif Berkat Dorongan Insentif

Pemerintah kembali menggulirkan sejumlah insentif pajak, mulai dari PPh Pasal 21, PPN, hingga PPnBM  DTP

Yang Penting Hemat
| Sabtu, 08 Februari 2025 | 07:30 WIB

Yang Penting Hemat

Penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah harusnya juga menyasar efisiensi struktur organisasi pemerintahan.

INDEKS BERITA

Terpopuler