Yen Rontok ke Titik Terendah dalam 34 Tahun, Otoritas Jepang Siap Beraksi

Kamis, 11 April 2024 | 10:00 WIB
Yen Rontok ke Titik Terendah dalam 34 Tahun, Otoritas Jepang Siap Beraksi
[ILUSTRASI. Seorang karyawan perusahaan forex online, Gaitame.com, berjalan di depan monitor yang menampilkan kurs USD/JPY, Tokyo, Jepang, 11 November 2022. REUTERS/Issei Kato]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki, Kamis (11/4), mengatakan bahwa otoritas tidak akan mengesampingkan langkah apa pun untuk menghadapi perubahan nilai tukar yang berlebihan. Pernyataan Suzuki muncul setelah nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap yen melonjak ke level tertinggi selama 34 tahun terakhir.

"Kami tidak hanya melihat level (dolar/yen) seperti 152 yen atau 153 yen (per dolar) tetapi juga menganalisis latar belakangnya," kata Suzuki kepada wartawan.

Suzuki menegaskan, Tokyo tidak menginginkan pergerakan kurs yang berlebihan, dan penting bagi mata uang untuk bergerak stabil dan mencerminkan fundamental.

Berbicara di parlemen, Suzuki kemudian mengatakan meskipun pelemahan yen memiliki kelebihan dan kekurangan, dia selalu mengkhawatirkan dampaknya terhadap harga.

Baca Juga: Harga Emas Melorot dari Rekornya Menyusul Data Inflasi AS yang Panas

Komentarnya muncul setelah nilai tukar yen melemah melewati level 153 per dolar. Itu merupakan rekor terendah sejak tahun 1990. Dolar AS menguat setelah data terbaru, Rabu (10/4) memperlihatkan inflasi di AS yang kuat. Pada Kamis, nilai tukar dolar AS terhadap yen senilai 152,90.

Pelaku pasar telah mewaspadai tanda-tanda intervensi yen dari otoritas Jepang.

Jepang terakhir kali melakukan intervensi di pasar mata uang pada tahun 2022. Untuk menopang yen, Tokyo mengintervensi pasar di tahun itu, pertama pada September, lalu sekali lagi di bulan Oktober.

Diplomat mata uang terkemuka Jepang, Masato Kanda, di hari yang sama mengatakan bahwa pergerakan yen baru-baru ini berlangsung cepat dan dia tidak akan mengesampingkan langkah apa pun.

Namun baik Suzuki maupun Kanda menolak mengatakan apakah penurunan yen semalam dianggap berlebihan. "Saya tidak memikirkan tingkat tertentu (dolar/yen) namun volatilitas yang berlebihan mempunyai dampak negatif terhadap perekonomian," kata Kanda, yang menjabat Wakil Menteri Keuangan untuk Urusan Internasional, kepada wartawan.

Baca Juga: Pemerintah Jepang Siap Kucurkan Stimulus Ekonomi US$ 113 Miliar

"Langkah-langkah yang terjadi belakangan ini sangat cepat. Kami ingin merespons dengan tepat tindakan-tindakan yang berlebihan, tanpa mengesampingkan pilihan apa pun," ujarnya.

"Kami selalu siap untuk merespons situasi apa pun," kata Kanda ketika ditanya apakah pihak berwenang bersiap melakukan intervensi di pasar mata uang untuk menopang yen.

“Dibandingkan dengan tahun 2022 ketika Jepang melakukan intervensi untuk membendung melemahnya yen yang menembus angka 145 terhadap dolar, otoritas Jepang tampaknya kurang memiliki tekad untuk mempertahankan yen kali ini,” kata Masafumi Yamamoto, kepala strategi valas di Mizuho Securities.

"Mengingat kekuatan dolar mencerminkan ekonomi AS yang solid dan perbedaan suku bunga antara Jepang dan Amerika Serikat yang terbuka lebar, pihak berwenang Jepang mungkin merasa hal itu tidak akan berguna bahkan jika mereka melakukan intervensi sekarang," imnbuh dia.

Bagikan

Berita Terbaru

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:58 WIB

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini

Saham ritel berpotensi bangkit di sisa 2025. Simak proyeksi pertumbuhan laba 2026 dan rekomendasi saham ACES, MIDI, hingga ERAA.

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:40 WIB

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan

Penerapan sejumlah regulasi baru dan tingginya inflasi medis akan mempengaruhi bisnis asuransi jiwa di Indonesia di 2026

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:17 WIB

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?

Prospek kinerja DSNG di 2026 dinilai solid berkat profil tanaman sawit muda dan permintaan CPO yang kuat.

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:15 WIB

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana

Langkah ini  untuk menyederhanakan proses, meningkatkan kepastian layanan, dan memperkuat tata kelola pendaftaran produk investasi reksadana. 

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:11 WIB

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini

Kontrak tersebut terkait tambang Blackwater. Perpanjangan kontrak yang diperoleh pada 21 Desember 2025 tersebut bernilai sekitar A$ 740 juta. 

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:45 WIB

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya

Emiten sektor semen berpeluang memasuki fase pemulihan pada 2026 setelah melewati tahun yang menantang.

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras

Tercatat 290 perusahaan memperoleh tax holiday, dengan 102 perusahaan telah beroperasi dan merealisasikan investasi sebesar Rp 480 triliun.

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi

Kebijakan pemangkasan produksi nikel oleh Pemerintah RI diharapkan mendongkrak harga sehingga akan berefek positif ke emiten.

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:42 WIB

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan

Hingga saat ini, total investasi Grup Astra di bidang jasa kesehatan telah mencapai sekitar Rp 8,6 triliun.

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:39 WIB

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah

Kenaikan M2 lebih banyak ditopang oleh peningkatan uang kuasi, terutama simpanan berjangka dan tabungan di perbankan. ​

INDEKS BERITA

Terpopuler