Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Maizal Walfajri
| Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor berdatangan ke bank-bank kecil yang memerlukan tambahan modal inti untuk memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam dua bulan ke depan, semua bank umum konvensional sudah harus memiliki modal inti minimal Rp 2 triliun.
PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) kini resmi dikendalikan oleh PT Finaccel Teknologi lndonesia atau Kredivo setelah financial technology (fintech) itu menguasai 40% saham BBSI per 15 Oktober 2021. Jumlah itu meningkat dari sebelumnya 24%.
Kredivo membeli saham dari pemegang saham eksisting lain. Berdasarkan keterbukaan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), kepemilikan PT Sun Land Investama berkurang dari sebelumnya 19,76% menjadi 13,2%. Porsi PT Sun Antarnusa Investment juga menyusut dari 14,94% menjadi 10,5%, dan Sudjono Suriadi yang sebelumnya masih menguasai 25% kini tinggal 20%.
Perubahan struktur pemegang saham BBSI ini terjadi menjelang rights issue yang akan digelar pada November 2021. BBSI akan rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 434.782.609 saham baru atau 12,56% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Tapi belum jelas apakah Kredivo akan jadi pembeli siaga dalam rights issue itu.
Sementara PT Bank Mayora kabarnya akan diakuisisi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Per Juni 2021, modal inti bank ini masih Rp 1,2 triliun. Bank Mayora sejatinya sudah berencana menambah modal lewat initial public offering (IPO) sejak 2019. Namun, hingga kini belum bisa terlaksana.
Sekretaris Perusahaan Bank Mayora Yenni N mengaku, selama beberapa tahun ini memang banyak institusi yang menawarkan untuk bekerja sama membesarkan Bank Mayora. "Penguatan modal itu rencananya berupa penambahan modal dari pemegang saham. Sebelumnya pemegang saham sudah komitmen menambah inti Bank Mayora," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (20/10).
Sebelumnya, Novita Anggraini Direktur Keuangan BNI mengatakan, akselerasi kapabilitas digital memang sudah menjadi bagian dari program transformasi BNI. "Itu melalui akuisisi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 1 atau BUKU 2 yang sehat dan kolaborasi dengan perusahaan teknologi global," kata Novita.
Sejumlah bank kecil lainnya juga mengambil jalan menerbitkan saham baru. PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) baru saja kelar menggelar rights issue. APRO Financial Co. Ltd resmi menyuntikkan modal tambahan ke DNAR sebesar Rp 499,83 miliar lewat hajatan itu. Pasca rights issue APRO mengempit 91,89% saham DNAR, meningkat dari sebelumnya 90,26%.
PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) juga akan rights issue sebesar Rp 4,8 triliun pada Desember mendatang. Namun, CT Group lewat Mega Corpora yang sudah memegang 90% saham BBHI tidak akan mengeksekusi seluruh haknya. "Sisanya akan dialihkan ke beberapa investor strategis," tulis manajemen BBHI dalam prospektus rights issue.
Dengan asumsi Mega Corpora hanya akan mengeksekusi 30% haknya maka kepemilikannya di BBHI akan berkurang menjadi 60,8% pasca rights issue. Porsi investor strategis 29,13% dan masyarakat 10%.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.