Berita *Interview

Justy Intan: Pakai Uang Nganggur untuk Investasi

Sabtu, 20 Juli 2019 | 07:40 WIB
Justy Intan: Pakai Uang Nganggur untuk Investasi

Reporter: Aloysius Brama | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di masa belianya, Justy Intan tidak pernah terpikir tentang dunia investasi. Tapi dunia tempat dia bekerja menjadi awal mula Direktur Utama PT Panca Global Kapital Tbk ini berkenalan dengan pasar modal dan investasi.

Wanita lulusan Manajemen Informatika ini pertama kali bekerja di dunia pasar modal pada tahun 1993, tepatnya di Panin Sekuritas. "Dahulu masih Panin Sekuritasindo," kenang Justy.

Bekerja di Panin, menurut petinggi emiten berkode PEGE ini, menjadi awal mula dia berkenalan dengan dunia investasi. Justy berkisah, meski tak memiliki latar belakang finansial sama sekali, dirinya tak segan untuk belajar.

Wanita kelahiran Pematang Siantar 49 tahun silam ini sudah mencoba beberapa instrumen investasi. Mulai dari saham, obligasi, dan reksadana.

Justy menuturkan, ketiga instrumen tersebut memiliki karakteristik berbeda. Pertama kali berinvestasi, Justy langsung menjajal investasi saham. "Bisa dibilang pekerjaan saya di Panin Sekuritas semakin mendekatkan saya dengan bagaimana cara kerja investasi saham," terang dia.

Ketika itu, Justy membeli beberapa lot saham. Tapi karena dia mengaku investor bertipe konservatif, Justy tidak memilih saham yang terlalu volatil. Ia menyadari karakteristik saham sebagai instrumen investasi yang bisa dibilang berisiko. "Investasi saham bisa untung berlipat, namun juga bisa rugi dalam jumlah berlipat, bahkan lebih banyak," kata dia.

Kenangan cut loss

Selain menimbang cuan, Justy menyebut, investor saham wajib menakar potensi kerugian yang bisa dialami. Lulusan STMIK Bina Nusantara ini menyarankan hal tersebut karena sudah makan asam garam berinvestasi di saham.

Meski dia bekerja di perusahaan yang berbisnis di pasar modal, toh dia a juga sering apes. "Selain untung, saya juga pernah cut loss 50%. Lebih dari itu juga pernah," kenang Justy.

Meski begitu, Justy tak kapok. Kerugian itu, menurut dia, merupakan bagian dari investasi dan risiko yang menyertai. Itulah mengapa Justy menganjurkan, agar uang investasi merupakan uang khusus di luar kebutuhan sehari-hari.

"Sehingga kita bisa menakar dan hitung, ada di kisaran berapa siap rugi. Kalau rugi, tidak mengganggu kebutuhan sehari-hari. Jangan hanya berpikir untung saja," papar Justy.

Pengalaman paling berharga yang didapat Justy adalah saat krisis pasar modal pada 1998 dan 2008. Saat itu banyak pelaku pasar modal mengalami kerugian besar. Meski sempat sedikit panik, Justy mengaku tidak bereaksi berlebihan.

Saat itu, Justy memutuskan untuk melepas beberapa saham dalam portofolionya. Namun ada saham yang sengaja ia pegang. "Karena saya percaya emiten dengan fundamental bagus akan prospektif setelah kondisi normal," ujar Justy.

Hingga saat ini, Justy mengaku masih berinvestasi di saham, terutama yang masuk dalam kategori blue chips. Menurut dia, saham-saham keping biru itu sudah jelas memiliki fundamental yang bagus. "Ada beberapa saham. Jumlahnya tidak banyak. Sekitar di bawah lima saham emiten," ujar dia.

Selain kenaikan harga saham, Justy juga mengincar dividen. Saham-saham yang ia pegang rata-rata berusia lebih dari tiga tahun. "Dari dividen bisa dapat lumayan. Rata-rata dapat sih, di bawah Rp 100 juta," kata Justy.

Dia mengaku tak punya strategi khusus dalam berinvestasi. Justy lebih banyak berinvestasi saham dalam jangka panjang. "Kadang kalau harga turun, itu cuma dinamika pasar sesaat saja," tutur dia.

Selain itu, ia juga berinvestasi di obligasi dan reksadana. Dua instrumen tersebut relatif minim risiko dibanding saham. "Saya juga tidak lihat setiap hari," jelas dia. Sebab Justy tak memiliki banyak waktu luang.

Terbaru