Abu-abu Green Jobs
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhelatan satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka meriah diramaikan oleh para pembantu Presiden. Beragam informasi telah dilaporkan, mulai dari kinerja ekonomi, pertanian dan lain sebagainya. Namun yang luput untuk dilaporkan, janji green jobs yang pernah terlantun merdu saat kampanye.
Program green jobs alias lapangan kerja hijau belum menampakkan batang hidungnya dari laporan kinerja setahun. Sementara, green jobs merupakan cermin kesejahteraan dan juga indikator tumbuhnya industri hijau.
Belakangan ini, kita sama-sama merasakan suhu panas, tak hanya di Jakarta tetapi juga di daerah. Beberapa hari lalu, suhu di daerah Jawa menembus 38,2 derajat celcius. Suhunya bahkan di atas suhu normal tubuh manusia. Namun janji untuk menciptakan lapangan kerja hijau sebanyak 5 juta ini tak terdengar lagi kabarnya.
Sebaliknya, pemerintah tampak masih terjebak dalam paradigma pembangunan berbasis ekstraksi sumber daya alam ketimbang ekonomi hijau yang berkelanjutan. Padahal, potensi green jobs di Indonesia dalam Laporan International Labour Organization (ILO, 2023) mencapai 4,4 juta pekerjaan hingga 2030.
Salah satu peluang lapangan kerja hijau datang dari proyek energi terbarukan, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah. Namun, hingga kini, arah kebijakan yang konkret memastikan transformasi tersebut masih jauh panggang dari api. Alih-alih memperkuat ekosistem industri hijau, pemerintah justru memperkokoh industri ekstraktif.
Sejatinya Bappenas telah meluncurkan Green Jobs Roadmap 2024–2030, namun hingga kini belum ada aturan turunan yang menjamin implementasi dan insentif bagi pelaku industri yang menerapkannya. Selain itu, peta jalan ini masih minim sosialisasi, terutama di kelembagaan pemerintah sendiri.
Satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran, sejatinya cukup untuk memperlihatkan komitmen green jobs ini. Namun, yang tampak justru kontinuitas kebijakan lama dengan kemasan baru. Tanpa ada kebijakan afirmatif, janji jutaan green jobs yang pernah dilontarkan dalam masa kampanye hanya akan menjadi pepesan kosong belaka.
Jangan sampai, pekerjaan hijau jangan dijadikan sebagai retorika semata. Pekerjaan hijau di banyak sektor sudah menjadi keharusan agar aktivitas ekonomi mengusung prinsip keberlanjutan. Jadi green jobs-nya mana?
