ADB: Ingin Berpenghasilan Tinggi, Indonesia Harus Diversifikasi Sektor Manufaktur

Jumat, 08 Februari 2019 | 13:05 WIB
ADB: Ingin Berpenghasilan Tinggi, Indonesia Harus Diversifikasi Sektor Manufaktur
[]
Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Diversifikasi sektor manufaktur Indonesia penting untuk mencapai target perekonomian berpenghasilan menengah atas. Sayangnya, saat ini struktur perekonomian Indonesia masih berbasis pertanian, sumber daya alam serta manufaktur dan jasa sederhana.

Bambang P.S. Brodjonegoro, Kepala Bappenas menyebut struktur perekonomian yang Indonesia miliki saat ini membuat Indonesia sulit mencapai tingkat pertumbuhan lebih tinggi. “Karena itu, membangun sektor manufaktur yang canggih menjadi penting agar pertumbuhan Indonesia lebih optimal dalam jangka menengah dan panjang,” ujar Bambang, seperti dikutip dari keterangan resmi bersama Bappenas dan Asian Development Bank (ADB), Jumat (8/2).

Sektor manufaktur Indonesia saat ini tidak terdiversifikasi dan hanya mengekspor jenis produk yang relatif sedikit. Ekspor utama Indonesia adalah sumber daya alam yang belum diproses dan barang manufaktur sederhana.

Di negara dengan perekonomian maju, industri manufaktur bersandar pada produk kompleks dan bernilai tinggi seperti mesin, bahan kimia atau elektronik. Memang, saat ini perusahaan Indonesia sudah terhubung dengan rantai global, namun kebanyakan hanya sebagai pemasok sumber daya alam.

Selain itu, porsi lapangan kerja manufaktur dalam lapangan kerja keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan perekonomian Asia berpenghasilan tinggi puluhan tahun lalu. sekitar 99% perusahaan manufaktur di Indonesia berukuran mikro atau kecil, sedangkan sektor makanan menjadi pemberi kerja terbesar di Indonesia.

“Pemerintah berperan penting dalam merevitalisasi sektor manufaktur melalui kerjasama yang lebih efektif dengan sektor ini,” kata Jesus Felipe, Penasihat di Departemen Penelitian Ekonomi dan Kerjasama Regional ADB.

Felipe menyebut, pemerintah perlu memulai dialog dengan sektor swasta agar dapat mengidentifikasi dan mengatasi hambatan terhadap pembangunan sektor manufaktur modern. “Para pembuat kebijakan dan sektor swasta harus bekerjasama guna menemukan produk-produk baru dan lebih canggih yang dapat dijadikan sarana diversifikasi bagi Indonesia,” katanya.

ADB menyusun laporan mengenai “Kebijakan untuk Mendukung Pembangunan Sektor Manufaktur Indonesia 2020-2024”. Laporan ini menganalisis prospek pertumbuhan Indonesia selama 2020 hingga 2024 dan membahas cara mendiversifikasikan serta meningkatkan sektor manufaktur Indonesia.

Sektor manufaktur menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju. Di China, misalnya pemerintah menggalakkan program “Made in China 2025”. Begitu juga negara maju lainnya seperti Amerika Serikat (AS), Australia dan negara-negara anggota Uni Eropa mengedepankan sektor manufaktur sebagai mesin pertumbuhannya dan melakukan reindustrializing setelah mengalami masa deindustrialisasi dalam beberapa dekade belakangan.

“Rencana reindustrializing ini seringkali melibatkan perubahan besar pada kebijakan dan institusi termasuk perubahan hak tanah, undang-undang perburuhan, praktik Pendidikan, peraturan perdagangan dan investasi, serta pengautran keuangan dan fiskal,” papar laporan tersebut.

Sektor manufaktur punya beberapa keunggulan untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.  Pertama, mengalihkan tenaga kerja tradisional dengan produktivitas rendah menjadi manufaktur dengan produktivitas tinggi. Laporan itu menyebut transfer sumber daya dari sektor manufaktur ke sektor jasa menciptakan beban struktural. ADB menyebut naiknya sektor jasa tak dibarengi dengan pertumbuhan agregat perkapita, yang cenderung melambat

Kedua, manufaktur memiliki potensi untuk mengejar ketinggalan produktivitas yang tak bisa dilakukan oleh sektor layanan atau jasa. Sektor manufaktur menunjukkan konvergensi tanpa syarat dalam hal produktivitas tenaga kerja.

Ketiga, barang-barang manufaktur memiliki elastisitas permintaan yang tinggi, setidaknya lebih tinggi daripada produk pertanian, dapat menggerakkan siklus yang baik. Ketika biaya di industri manufaktur turun, permintaan barang manufaktur bisa meningkat dan dapat menyebabkan lebih banyak investasi dalam kegiatan manufaktur. Pada akhirnya dapat memacu peningkatan permintaan lebih lanjut dan pengurangan biaya produksi.

“Negara yang memiliki spesialisasi dalam produk pertanian dan produk primer tidak akan mendapat untung dari perluasan pasar dunia untuk produk manufaktur,” kata laporan tersebut.

Keempat, sektor manufaktur menjadi penting terutama dalam kaitannya dengan neraca transaksi berjalan. Jika negara berkembang tak punya sektor manufaktur yang kuat, negara tersebut haru mengimpor barang-barang manufaktur dan dapat menyebabkan defisit perdagangan.

ADB mengatakan untuk menjadi negara dengan pernghasilan lebih tinggi, Indonesia harus mengembangkan berbagai ceruk dalam kegiatan manufaktur dengan kompleksitas dan bernilai tambah. 

 

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:15 WIB

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun

Insentif yang dimaksud, antara lain berupa insentif kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:04 WIB

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%

Data terbaru Mandiri Spending Index mengindikasikan belanja masyarakat hingga 8 Desember 2024 terkerek momentum Nataru

Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Mau Buka 1.000 Gerai Baru di Tahun 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 07:30 WIB

Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Mau Buka 1.000 Gerai Baru di Tahun 2025

AMRT menyebut adanya penutupan gerai di tahun ini merupakan bagian dari srategi eksansi di tahun depan.

Okupansi Hotel Metropolitan Land (MTLA) Naik Jelang Libur Nataru
| Senin, 23 Desember 2024 | 07:15 WIB

Okupansi Hotel Metropolitan Land (MTLA) Naik Jelang Libur Nataru

Periode Nataru di unit hotel yang dimiliki MTLA sudah terlihat mengalami kenaikan, seperti Hotel Horison Ultima Bekasi

INDEKS BERITA

Terpopuler