Akhir Kenangan Pahit

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 08:00 WIB
Akhir Kenangan Pahit
[ILUSTRASI. Jurnalis KONTAN Adi Wikanto. (Ilustrasi KONTAN/Indra Surya)]
Adi Wikanto | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tinggal hitungan hari, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakhiri masa tugas dari jabatan yang telah diembannya sejak 2014. Seyogyanya, pemimpin memberikan kenangan manis jelang purna tugas. Namun yang terjadi saat ini bagai si pungguk merindukan bulan. 

Banyak pil pahit yang harus ditelan masyarakat. Namun, Presiden Jokowi dengan kuasanya seakan tak peduli dan malah sibuk dengan hal-hal lain yang kurang urgen.

Salah satu bukti jelas adalah daya beli masyarakat yang terus melemah. Penurunan daya beli masyarakat terlihat sejak Mei 2024 dengan ditandai deflasi secara bulanan sebesar 0,03%. Hingga September 2024 lalu, deflasi telah terjadi selama lima bulan berturut-turut dengan tingkat deflasi yang semakin besar.

Dari 150 kabupaten/kota yang dihitung Badan Pusat Statistik (BPS),  88 wilayah mengalami deflasi pada September 2024. Mei 2024, hanya 71 kabupaten/kota yang deflasi. 
Saat daya beli melemah, simpanan masyarakat di bank umum tergerus. Mantap, masyarakat makan tabungan akibat pendapatan yang lesu. 

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, nominal simpanan masyarakat kurang dari Rp 1 juta hingga di bawah Rp 2 juta di bank umum pada Agustus 2024 berjumlah Rp 529,38 triliun, turun 0,7% dibandingkan sebulan sebelumnya. Itu adalah simpanan  masyarakat menengah ke bawah, yang saat ini paling merasakan tekanan ekonomi. 

Dengan tekanan ekonomi yang makin berat, kalangan menengah ke bawah tak merasakan kehadiran negara. Mereka tidak terjamah bantuan sosial seperti yang diberikan pemerintah ke kalangan miskin. Masyarakat ekonomi menengah ke bawah harus berjuang sendiri untuk menjaga dapur tetap ngebul. 

Seharusnya, ada upaya pemerintah menjaga daya beli kalangan menengah ke bawah. Namun, alih-alih insentif, masyarakat berpenghasilan pas-pasan malah akan menghadapi tekanan yang lebih berat lagi.

Mulai tahun 2025, tarif pajak pertambahan nilai (PPN) naik menjadi 12% setelah sebelumnya meningkat dari 10% jadi 11% pada tahun 2022. Kenaikan itu adalah amanat UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. 

Kenaikan PPN akan memperburuk kondisi perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Harga barang dan jasa dipastikan naik jika PPN semakin besar. Kini, Jokowi pilih meninggalkan kenangan manis atau pahit.

Pembatalan kenaikan PPN bisa jadi kado indah yang diberikan Jokowi sebelum menanggalkan kekuasaannya. 

Bagikan

Berita Terbaru

Menilik Peluang FILM Menyusup ke MSCI Global Standard
| Rabu, 10 Desember 2025 | 20:31 WIB

Menilik Peluang FILM Menyusup ke MSCI Global Standard

Menurutnya, pergerakan harga FILM merupakan kombinasi antara dorongan teknikal dan peningkatan kualitas fundamental.

Emiten Terafiliasi Grup Bakrie Kompak Menguat Lagi, Simak Rekomendasi Analis
| Rabu, 10 Desember 2025 | 20:09 WIB

Emiten Terafiliasi Grup Bakrie Kompak Menguat Lagi, Simak Rekomendasi Analis

Konglomerasi Salim bawa kredibilitas korporat, akses modal yang kuat, network bisnis yang luas, sehingga menjadi daya tarik investor institusi.

Reli Cepat Berujung Koreksi, Ini Prediksi Arah Harga Saham Mandiri Herindo (MAHA)
| Rabu, 10 Desember 2025 | 19:56 WIB

Reli Cepat Berujung Koreksi, Ini Prediksi Arah Harga Saham Mandiri Herindo (MAHA)

PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (MAHA) mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham dengan dana sebanyak-banyaknya Rp 153,58 miliar.

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 11:00 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Selain inisiatif ekspansinya, FAST akan diuntungkan oleh industri jasa makanan Indonesia yang berkembang pesat.

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia
| Rabu, 10 Desember 2025 | 10:00 WIB

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia

Setelah pergantian kepemilikan, gerak LABA dalam menggarap bisnis baterai cukup lincah di sepanjang 2024.

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:30 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Industri jasa makanan Indonesia diproyeksikan akan mencatat pertumbuhan hingga 13% (CAGR 2025–2030). 

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:05 WIB

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara

Regulasi DHE 2026 mengurangi konversi valuta asing menjadi rupiah dari 100% ke 50%, membatasi likuiditas perusahaan batubara.

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:51 WIB

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya

Kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru bisa menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:49 WIB

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun

Emiten bahan bangunan milik konglomerat Hermanto Tanoko itu berencana menambah tiga gerai baru tahun depan.

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:35 WIB

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO

Emiten yang memiliki basis kebun kelapa sawit di Kalimantan diprediksi relatif lebih aman dari gangguan cuaca.

INDEKS BERITA

Terpopuler