Alat Negosiasi

Rabu, 22 Oktober 2025 | 06:10 WIB
Alat Negosiasi
[ILUSTRASI. Yuwono Triatmodjo]
Yuwono Triatmodjo | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum reda polemik utang jumbo berbunga tinggi yang menjerat PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) pengelola kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh), kini publik disuguhkan kabar pembelian jet tempur Chengdu J-10 dari China, senilai USD 9 miliar (Rp 148 triliun).

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa seperti dikutip beberapa waktu lalu menyatakan, semua hal terkait pembelian pesawat siap, tinggal menunggu jadwal kedatangan pesawat dari Beijing ke Jakarta.

Sebagai bendahara negara, Purbaya menyetujui anggaran pembelian pesawat tersebut yang telah disusun oleh Sjafrie Sjamsoeddin dan aparatnya di Kementerian Pertahanan. Namun dengan tegas, Purbaya menegaskan urusan utang Whoosh, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, merupakan urusan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Dasarnya jelas, Danantara kini telah mengelola dan menerima dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sebelumnya masuk ke kantong negara, lewat Kementerian Keuangan. Selain itu, utang pembiayaan Whoosh juga merupakan kesepakatan business to business (B2B), bukan Government to Government (G2G).

"Jangan kalau enak diambil, kalau tidak enak diserahkan ke negara," tukas Purbaya. Whoosh jelas bikin Danantara pusing. Pendapatan tiket Whoosh senilai Rp 1,5 triliun, belum cukup untuk membayar bunga utang per tahun sebesar USD 120,9 juta atau setara Rp 2 triliun.

Namun utang tetaplah utang. Gagal bayar memiliki konsekuensi besar bagi Indonesia. Mahfud MD Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Periode 2019—2024 mengingatkan, China berpeluang meminta kompensasi yang sangat merugikan Indonesia.

Misalnya saja, Indonesia bisa berisiko kehilangan wilayah Natuna Utara jika gagal membayar utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ke China, beber Mahfud dalam kanal Youtube pribadinya @Mahfud MD Official, Selasa (14/10).

Patut disayangkan, apabila pembelian jet tempur J-10 melenggang begitu saja tanpa dijadikan alat negosiasi, termasuk negosiasi utang Whoosh yang dinilai dibebani bunga mahal, di level 2% per tahun. Pemerintahan Prabowo tak bisa tutup mata, meski kesepakatan diambil oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo. 

Jika negosiasi utang beres, tentu perlu diurai, apakah ada indikasi korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam mewujudkan Whoosh?

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Laba ACES Diproyeksi Turun 20% di 2025, bisa Rebound Berkat Low Base Effect di 2026
| Senin, 08 Desember 2025 | 07:57 WIB

Laba ACES Diproyeksi Turun 20% di 2025, bisa Rebound Berkat Low Base Effect di 2026

Strategi rejuvenasi PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) meliputi revamp flagship store dan gerai Neka.

Asing Rajin Borong Saham TLKM, JP Morgan hingga Invesco Serok Ratusan Juta Lembar
| Senin, 08 Desember 2025 | 07:30 WIB

Asing Rajin Borong Saham TLKM, JP Morgan hingga Invesco Serok Ratusan Juta Lembar

Mayoritas analis berdasarkan konsensus Bloomberg masih memandang bullish saham PT Telkom Indonesia Tbk.

Awal Pekan Sambil Menanti Data Ekonomi, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Senin, 08 Desember 2025 | 07:07 WIB

Awal Pekan Sambil Menanti Data Ekonomi, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar mencermati rilis sejumlah data ekonomi domestik pekan ini. Mulai  penjualan sepeda motor, IKK serta data penjualan ritel bulan Oktober. 

Kinerja Emiten Rumah Sakit Masih Akan Bertumbuh di 2026
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:45 WIB

Kinerja Emiten Rumah Sakit Masih Akan Bertumbuh di 2026

Kenaikan kinerja seiring permintaan layanan kesehatan yang terus meningkat dan pertumbuhan kuat dari segmen pasien pribadi.

Rupiah di Awal Pekan Menanti Arah Angin Fed
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah di Awal Pekan Menanti Arah Angin Fed

Rupiah pada awal pekan ini akan dipengaruhi sentimen pasar yang mulai fokus ke keputusan FOMC pada 9-10 Desember 2025. 

Banjir Turut Menggerus Pertumbuhan Ekonomi
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:25 WIB

Banjir Turut Menggerus Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berpotensi di bawah 5%                                 

Tata Kelola BPD Dipertanyakan
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:20 WIB

Tata Kelola BPD Dipertanyakan

Terbaru, terjadi kasus tindak pidana perbankan di Bank kaltimtara yang melibatkan pimpinan kantor cabang dan kantor wilayah bank ​

Bank Kecil Prediksi Tahun Depan Masih Menantang
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:20 WIB

Bank Kecil Prediksi Tahun Depan Masih Menantang

Kinerja pembiayaan bank-bank kecil di jajaran kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 1 semakin melempem.​

Harga Logam Mulia Tersengat Sentimen The Fed
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:15 WIB

Harga Logam Mulia Tersengat Sentimen The Fed

Belakangan ini, harga logam mulia bergerak variatif, Harga emas terkoreksi tipis, sementara perak justru mencatat penguatan cukup tinggi. 

Membawa Pembangkit Surya ke Puluhan Ribu Desa
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:13 WIB

Membawa Pembangkit Surya ke Puluhan Ribu Desa

Pemerintah siap menggulirkan proyek satu desa satu megawatt PLTS. Tapi, masih banyak tantangan yang siap mengadang.

INDEKS BERITA

Terpopuler