KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki fase ketujuh tambang emas Batu Hijau, produksi emas dan tembaga PT Amman Mineral Nusa Tenggara diprediksi akan stagnan. Perusahaan ini hanya akan mengolah persediaan atau stockpile.
Bahkan, usia produksi fase ketujuh hanya sampai tahun 2025 mendatang. Namun, Amman Mineral yang sebelumnya bernama PT Newmont Nusa Tenggara ini tidak berhenti melakukan eksplorasi di beberapa lokasi.
Presiden Direktur PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Rahmat Makkasau mengatakan, mereka sudah melakukan eksplorasi sejak tiga tahun yang lalu, dimulai dari tambang Elang yang sempat berhenti. "Program eksplorasi 60 kilometer (km) dari Batu Hijau dan Elang berjalan lancar," kata dia kepada para jurnalis saat acara Buka Bersama, Kamis (16/5).
Anak usaha Grup Medco ini juga melakukan eksplorasi di sekitar Pit Batu Hijau secara besar-besaran. Manajemen Amman Mineral berharap menemukan kembali cadangan tembaga dan emas di sekitar tambang Batu Hijau. "Sesuai harapan kami mudah-mudahan menjadi Batu Hijau baru," ungkap Rahmat.
Amman Mineral juga tetap berkomitmen membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di Sumbawa Barat. Sampai Februari 2019, progresnya sudah mencapai 13,83%.
Untuk mendapatkan rekomendasi ekspor konsentrat tembaga, menurut Rahmat, pada Juli nanti, smelter tersebut akan kembali dievaluasi. "Ketika menjadi perusahaan nasional, maka pemegang saham berkomitmen membangun smelter meski tidak mudah, dari yang tidak ada rencana, menjadi punya rencana," klaim Rahmat.
Proyek smelter di Sumbawa Barat itu memiliki kapasitas 1,3 juta ton konsentrat. Saat ini persiapan terus dilakukan dan diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2022. "Tentu tidak mudah ke kapasitas maksimum. Mungkin tahun 2023 baru bisa maksimum produksinya," ujar dia.
Amman Mineral belum akan menggandeng mitra untuk membangun smelter itu. "Tetapi jika di perjalanan nanti ada yang mau bermitra, kami tidak menutup," kata Rahmat.