AS Dituding Menciptakan Musuh Imajiner, Keterlibatan China Dipersoalkan

Selasa, 27 Juli 2021 | 02:32 WIB
AS Dituding Menciptakan Musuh Imajiner, Keterlibatan China Dipersoalkan
[ILUSTRASI. Bendera AS dan di depan uang kertas dollar yang menampilkan wajah Benjamin Franklin and uang kertas yang bergambar Mao Zedong. 20 Mei 2019. REUTERS/Jason Lee/Illustration]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Diplomat dari Amerika Serikat dan China menggelar pertemuan di saat hubungan kedua negara mmeburuk. Kementerian Luar Negeri AS menyebut pertemuan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman dan Wakil Mneteri Luar Negeri China di kota utara Tianjin sebagai pertemuan yang jujur dan terbuka.

Tidak ada hasil spesifik yang disepakati dari pertemuan itu.  Prospek pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping juga tidak dibahas, kata pejabat senior pemerintah AS setelah pembicaraan yang berlangsung sekitar empat jam.

"Presiden terus percaya pada diplomasi tatap muka. Itu adalah sesuatu yang telah lama dia anjurkan. Tetapi itu tidak muncul dalam konteks pertemuan ini. , dan itu bukan tujuan pertemuan ini," kata Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki.

Baca Juga: Perkuat hubungan untuk lawan China, Menteri Pertahanan AS ke Asia Tenggara

Dalam pertemuan itu, Wakil Menteri Luar Negeri China Xie Feng menyebut Pemerintah AS menciptakan musuh imajiner untuk mengalihkan perhatian publiknya dari masalah domestik, dan menekan China.  

“Seolah-olah begitu pembangunan China ditekan, masalah domestik dan eksternal AS akan teratasi, dan Amerika akan menjadi hebat lagi, dan hegemoni Amerika dapat dilanjutkan,” imbuh Xie.

Sedang Sherman memaparkan kekhawatiran AS atas kiprah China di berbagai tempat, mulai Hong Kong dan Xinjiang hingga Tibet dan serangan dunia maya. Ia juga menambahkan bahwa China seharusnya tidak melakukan pendekatan transaksional ke berbagai bidang yang menjadi perhatian global, seperti perubahan iklim dan Afghanistan.

Sherman, yang juga bertemu dengan Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri Wang Yi, mengemukakan kekhawatiran tambahan, termasuk tentang apa yang dilihat Washington sebagai keengganan China untuk bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia dalam penyelidikan tahap kedua tentang asal-usul Covid-19, dan akses media asing di Tiongkok.

Baca Juga: Ekonom Celios: LCS dengan China bisa tekan volatilitas rupiah jangka panjang

Hubungan antara Beijing dan Washington memburuk parah saat AS berada di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Pengganti Trump, Joe Biden mempertahankan tekanan pada China dalam sikap yang menikmati dukungan bipartisan tetapi mengancam untuk memperdalam ketidakpercayaan.

“Ketika kedua negara melihat satu sama lain sebagai musuh, bahayanya adalah bahwa itu menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya,” kata Cheng Xiaohe, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Renmin di Beijing.

Pembicaraan Senin terjadi di tengah hubungan yang tegang antara Beijing dan Washington yang telah memburuk dalam beberapa bulan sejak pertemuan diplomatik awal pada Maret di Anchorage, yang pertama di bawah pemerintahan Biden.

Pada pertemuan Alaska, pejabat China, termasuk Wang, mencerca negara demokrasi AS. Sementara pejabat AS menuduh pihak China sombong.

Selanjutnya: Hari Ini Amerika Serikat Akan Meneken Kesepakatan Pengakhiran Misi Tempur di Irak

 

Bagikan

Berita Terbaru

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:20 WIB

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan

PT Multitrend Indo Tbk (BABY) ikut memanfaatkan tren shoppertainment di TikTok Shop dan berhasil mengerek penjualan lewat kanal ini.

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:03 WIB

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto

Reputasi global tidak serta-merta menjadi jaminan keamanan dana nasabah yang anti-bobol, mengingat celah oknum internal selalu ada.

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)
| Selasa, 09 Desember 2025 | 08:29 WIB

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)

Faktor kebijakan pemerintah ikut memengaruhi kinerja dan prospek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:54 WIB

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B

Penurunan penjualan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) diimbangi oleh menyusutnya rugi bersih hingga 82%.

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:36 WIB

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?

Akuisisi korporasi adalah keputusan investasi sangat strategis. Akuisisi  menjadi alat sebuah perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat. ​

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:19 WIB

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo

Jumlah obligasi yang jatuh tempo pada 6 Desember 2025 terdiri dari pokok sebesar Rp 199,17 miliar dan bunga keempat sebesar Rp 3,596 miliar.

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:10 WIB

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/12).​

Investor Asing Masih Hati-Hati
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:08 WIB

Investor Asing Masih Hati-Hati

Kendati tampak pemulihan, investor asing masih berhati-hati berinvestasi, terlihat dari arus keluar dana asing yang dominan di pasar obligasi.​

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:54 WIB

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026

SPKS juga menyoroti munculnya perusahaan seperti Agrinas Palma yang mengelola1,5 juta ha lahan sawit dan berpotensi menguasai pasokan biodiesel

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:51 WIB

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar juga mewaspadai kurs rupiah yang terus melemah mendekati Rp 16.700 per dolar AS. Kemarin rupiah tutup di Rp 16.688 per dolar AS.

INDEKS BERITA

Terpopuler