Asa Konsolidasi Operator Seluler Tetap Terbuka

Sabtu, 23 Februari 2019 | 08:22 WIB
Asa Konsolidasi Operator Seluler Tetap Terbuka
[]
Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mendorong operator telekomunikasi untuk melakukan merger atau konsolidasi. Harapannya, industri telekomunikasi bisa lebih sehat, efisien dan terus berkembang.

Di sisi lain, tekanan pada industri operator telekomunikasi akibat perang tarif data semakin memperkuat perlunya konsolidasi. Kendati demikian, konsolidasi bukan perkara mudah.

Direktur Utama PT XL Axiata Tbk (EXCL) Dian Siswarini menilai, konsolidasi memang diperlukan untuk membuat industri telekomunikasi di Indonesia semakin sehat. "Jumlah pemain yang lebih sedikit membuat persaingan antar operator berkurang sengitnya," katanya kepada KONTAN, Kamis (21/2).

Adapun hal positif yang bisa dipetik bagi industri telekomunikasi jika semakin sedikit kompetitor adalah tarif yang lebih sehat. Maklum, tarif menjadi salah satu upaya bagi para operator telekomunikasi untuk meningkatkan jumlah pelanggannya.

Kalau dulu pendapatan operator telekomunikasi berasal dari tarif voice dan SMS, kini masyarakat lebih memilih membeli paket data karena lebih efisien. Maklum, aplikasi seperti WhatsApp, Line, dan lainnya memungkinkan pengguna untuk melakukan lebih dari sekedar telepon dan pesan singkat.

Akibat perang tarif data, margin keuntungan operator semakin tergerus. Sebagai gambaran, pada tahun 2018 lalu, XL Axiata mencatat rugi bersih Rp 3,3 triliun, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) mencatat rugi bersih Rp 2,3 triliun sampai kuartal III-2018, dan PT Indosat Tbk (ISAT) mencatat rugi bersih Rp 1,54 triliun sampai kuartal III-2018.

Sementara pendapatan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) di segmen mobile turun dari Rp 69,5 triliun menjadi Rp 65,7 triliun.

Direktur Utama Indosat Chris Kanter menilai, untuk kebaikan industri, konsolidasi memang menjadi salah satu jalan keluar. "Sebaiknya memang konsolidasi, tapi internal fokus pada perluasan jaringan dan inovasi," ujarnya.

Direktur Utama Smartfren Telecom Tbk Merza Fachys mengungkapkan, diskusi-diskusi yang dilakukan antaroperator telekomunikasi terkait dengan konsolidasi juga sudah sering dilakukan. Namun sejauh ini belum ada yang menyepakatinya.

Menurut Merza, Smartfren sangat terbuka terhadap berbagai diskusi tentang merger antaroperator telekomunikasi. "Soal FREN akan diakuisisi atau akan mengakuisisi, kami manajemen tidak bisa bilang itu," akunya.

Dian pun mengamini bahwa komunikasi antaroperator sudah sering dilakukan untuk opsi merger tersebut. "Hampir semua operator mencari solusi konsolidasi," ungkap dia.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Orang Kaya Makin Kaya, Jurang Antara Si Kaya dan Si Miskin di Indonesia Kian Parah
| Selasa, 01 April 2025 | 16:49 WIB

Orang Kaya Makin Kaya, Jurang Antara Si Kaya dan Si Miskin di Indonesia Kian Parah

Pemilik rekening bersaldo di atas Rp 100 juta mencapai 7,08 juta atau 1,15%,  tapi menguasai 88,01% duit di bank atau senilai Rp 7.921 triliun.

Nilai Kekayaan Tahir dan Keluarga Menyusut Triliunan Rupiah di 3 Bulan Pertama 2025
| Selasa, 01 April 2025 | 14:00 WIB

Nilai Kekayaan Tahir dan Keluarga Menyusut Triliunan Rupiah di 3 Bulan Pertama 2025

Nilai kekayaan Dato Sri Tahir dan keluarganya hingga akhir kuartal I 2025 tersisa US$ 4,9 miliar, turun US$ 400 juta.

Profit 33,81% Setahun, Harga Emas Antam Terbang(1 April 2025)
| Selasa, 01 April 2025 | 09:50 WIB

Profit 33,81% Setahun, Harga Emas Antam Terbang(1 April 2025)

Harga emas Antam (1 April 2025) ukuran 1 gram masih Rp 1.826.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,81% jika menjual hari ini.

Kinerja Operasional Tertekan, BUMI Sukses Kerek Laba Bersih di 2024
| Selasa, 01 April 2025 | 08:51 WIB

Kinerja Operasional Tertekan, BUMI Sukses Kerek Laba Bersih di 2024

Penjualan batubara BUMI pada 2024 mencapai 75,8 juta ton atau turun dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 78,7 juta ton.

Cek 13 Portofolio Saham JPMorgan Chase & Co di IDX30, Saham Bank Mendominasi
| Selasa, 01 April 2025 | 08:20 WIB

Cek 13 Portofolio Saham JPMorgan Chase & Co di IDX30, Saham Bank Mendominasi

Harga pasar 9 dari 13 saham konstituen IDX30 yang dimiliki JPMorgan berada di bawah harga perolehan rata-rata. 

Intervensi Nilai Tukar Rupiah Berisiko Menggerus Cadangan Devisa
| Selasa, 01 April 2025 | 07:00 WIB

Intervensi Nilai Tukar Rupiah Berisiko Menggerus Cadangan Devisa

Pada akhir Februari 2025, cadangan devisa Indonesia berada di posisi US$ 154,5 miliar, turun US$ 1,6 miliar dari akhir bulan sebelumnya

Ini Kata JP Morgan Soal Laba Bersih Sumber Alfaria (AMRT) yang Menurun
| Selasa, 01 April 2025 | 07:00 WIB

Ini Kata JP Morgan Soal Laba Bersih Sumber Alfaria (AMRT) yang Menurun

Kinerja PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) di kuartal keempat 2025 berada di bawah ekspektasi JP Morgan dan konsensus analis. 

Nilai Kekayaan Chairul Tanjung Menciut US$ 1 miliar, Kini Jadi Orang Terkaya RI ke-11
| Selasa, 01 April 2025 | 06:45 WIB

Nilai Kekayaan Chairul Tanjung Menciut US$ 1 miliar, Kini Jadi Orang Terkaya RI ke-11

Sepanjang kuartal I 2025 harga saham Bank Mega (MEGA), Allo Bank (BBHI), dan Garuda Indonesia (GIAA) terkoreksi.

IHSG Anjlok 8,04% di Kuartal I-2025, Cek Posisi Sepuluh Saham Jawara Market Cap
| Selasa, 01 April 2025 | 05:10 WIB

IHSG Anjlok 8,04% di Kuartal I-2025, Cek Posisi Sepuluh Saham Jawara Market Cap

PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) terlempar dari 10 besar emiten berkapitalisasi besar per akhir kuartal I 2025.

Potensi Profit 32,67% Setahun, Harga Emas Antam Tidak Ada Update (31 Maret 2025)
| Selasa, 01 April 2025 | 03:09 WIB

Potensi Profit 32,67% Setahun, Harga Emas Antam Tidak Ada Update (31 Maret 2025)

Harga emas Antam (31 Maret 2025) ukuran 1 gram masih Rp 1.806.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 32,67% jika menjual hari ini.

INDEKS BERITA