Reporter:
Dina Mirayanti Hutauruk |
Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) bakal semakin meningkat dengan terbentuknya holding ultra mikro. Penggabungan dengan Pegadaian dan Permodalan Nasional Mandani (PNM) membuat ekosistem ultra mikro BRI akan semakin luas. Dengan begitu akan mendorong penyaluran kredit BRI.
Berdasarkan laporan keuangan BRI kuartal I 2021 yang telah diaudit dan diterapkan perikatan keyakinan memadai oleh KAP PSS (firma anggota Ernst & Young Global Limited), aset konsolidasi BRI sebesar Rp 1.411 triliun yang terdiri terdiri dari liabilitas Rp 1.216 triliun dan ekuitas 195 triliun.
Setelah penggabungan Pegadaian dan PNM maka total aset BRI per Maret 2021 menjadi Rp 1.515 triliun yang terdiri dari liabilitas Rp 1.289 triliun dan ekuitas Rp 226 triliun. Artinya terjadi kenaikan aset 7,3% atau Rp 104 triliun.
Sementara pada kuartal II 2021, BRI mencatatkan peningkatan aset Rp 39 triliun. Jika ditambah dengan capaian itu maka total aset BRI per Juni 2021 termasuk dengan konsolidasi holding ultra mikro ini akan lebih dari Rp 1.554 triliun.
Meski begitu, penambahan aset pembentukan holding ultra mikro ini tak lantas membuat BRI bisa langsung kembali merebut posisi bank dengan aset terbesar di Tanah Air.
Posisi tertinggi masih tetap dipegang Bank Mandiri dengan aset per Juni 2021 mencapai Rp 1.580 triliun. Aset bank ini meningkat pesat pasca merger bank syariah BUMN menjadi PT Bank Syariah Indonesia (BSI).
Kinerja meningkat
Namun, posisi BRI masih berpeluang naik mengingat potensi pembiayaan mikro dan kecil masih menganga lebar. BRI optimistis pertumbuhan kinerja pasca rights issue akan semakin tinggi.
Sunarso Direktur Utama BRI mengatakan, jika aksi rights issue yang akan digelar BRI pada September ini terserap optimal, maka dalam lima tahun ke depan pertumbuhan kredit dalam ekosistem usaha ultra mikro diperkirakan tumbuh 14% per tahun.
Sedangkan jika investor publik mengeksekusi hanya 50% saja maka rata-rata pertumbuhan kredit dalam lima tahun ke depan diperkirakan 10,7% per tahun. "Revenue akan ikut naik maka income juga ikut naik," kata Direktur Utama BRI Sunarso, Rabu (1/9).
BRI telah menetapkan harga rights issue Rp 3.400 per saham. Dengan menerbitkan 28,21 miliar saham seri B dengan nominal Rp 50 per saham, BRI berpotensi meraup dana dan hasil imbreng saham Rp 95,92 triliun. Pemerintah akan melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (inbreng) sesuai PP No. 73/2021.
Seluruh saham Seri B milik Pemerintah dalam Pegadaian dan PNM akan dialihkan ke BRI lewat mekanisme inbreng senilai Rp 54,7 triliun.
Dana segar yang berpotensi diraup dari publik mencapai Rp 41,1 triliun. Dana di antaranya akan dimanfaatkan BRI untuk pembentukan Holding BUMN UMi dan mendanai modal kerja.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.