Berita *Global

Aturan Pembatasan Hambat Distribusi, Pasokan Pupuk di China Makin Seret

Jumat, 01 April 2022 | 13:26 WIB
Aturan Pembatasan Hambat Distribusi, Pasokan Pupuk di China Makin Seret

Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pasokan pupuk ke sentra produksi pertanian di kawasan timur laut China terhambat aturan pembatasan Covid-19. Jika dibiarkan, gangguan yang terjadi sebulan setelah awal masa tanam musim semi itu, bakal menganggu panen jagung dan kedelai China di tahun ini.

Petani di China biasanya menyiapkan pupuk pada awal April sebelum menyebarkannya ke ladang di akhir bulan selama penanaman. Tetapi wabah Covid terburuk di China sejak pandemi dimulai dua tahun lalu, memicu kontrol ketat pada pergerakan orang dan barang. Pengiriman logistik pertanian pun turut terhambat.

Produsen, dealer, analis, dan asosiasi pupuk mengatakan aturan pembatasan yang menghambat pasokan seperti kewajiban pengemudi truk untuk melakukan tes Covid setiap 24 jam. Keharusan mendapat izin khusus untuk mengirimkan barang, serta penangguhan kegiatan produksi di pabrik juga berkontribusi terhadap pasokan yang seret.

"Produksi pupuk nitrogen dan persiapan pupuk untuk penanaman musim semi telah sangat terpengaruh," demikian pernyataan Asosiasi Industri Pupuk Nitrogen China, minggu ini.

Baca Juga: Pertumbuhan Pabrik Korea Selatan Melambat Karena Pesanan Ekspor Menyusut

Jilin, provinsi penghasil jagung terbesar kedua di China, termasuk daerah yang paling terdampak oleh aturan pembatasan. Sejak 14 Maret, saat kasus baru Covid mencapai ribuan per hari, 
pemerintah daerah setempat melarang pergerakan orang, baik  melintasi perbatasan provinsi.

"Pasokan pupuk di sini sangat ketat," kata seorang pedagang bermarga Yan di Jilin. Ia menyebut, pesanan pupuk dari pelanggan sebanyak 2.000 ton belum terpenuhi.

Kemacetan pasokan itu terjadi di saat harga pupuk di pasar dunia menyentuh rekor tertinggi, terdorong permintaan yang kuat, biaya energi yang tinggi serta sanksi negara Barat terhadap produsen utama pupuk, yaitu Rusia dan Belarusia. 

Terlepas dari upaya Beijing untuk menurunkan harga, indeks pupuk grosir China (CFCI) 40% lebih tinggi dari tahun lalu.

Itu telah membuat banyak dealer enggan membangun stok dalam beberapa bulan terakhir. Akibatnya, para pedagang kekurangan stok justru di periode pasar paling sibuk. Yao, seorang pedagang di Liaoning, mengatakan dia kekurangan sekitar sepertiga dari kebutuhan.

Pembatasan transportasi menjadi masalah utama pasokan bagi wilayah di timur laut, yang tidak memiliki cukup produksi pupuk lokal dan bergantung pada pengiriman dari provinsi lain. 

Padahal provinsi di timur laut, seperti Heilongjiang, Jilin dan Liaoning, bersama dengan Mongolia Dalam merupakan pemasok lebih dari 40% jagung dan 50% kedelai bagi kebutuhan China. Harga jagung dan kedelai melayang pada rekor tertinggi.

Baca Juga: Aktivitas Pabrik di Jepang Meningkat Seiring Meredanya Kasus Covid-19

Produsen pupuk terkemuka Sinofert Holdings masih memiliki sekitar 80.000-100.000 ton produk yang menunggu untuk dikirim, direktur eksekutif Ma Yue mengatakan kepada wartawan pada panggilan pendapatan minggu lalu. Kelambatan pengiriman tetap terjadi, padahal perusahaan telah mendapat sekitar 1.000 izin untuk pengoperasian truk.

Tiket khusus untuk mengirimkan barang-barang penting membutuhkan waktu untuk diproses dan harus diperbarui setiap hari. Ia juga menjadi semakin sulit untuk menemukan pengemudi yang mau bekerja di bawah pembatasan, kata dealer.

Tantangan datang bahkan ketika Beijing berulang kali menyerukan upaya habis-habisan untuk menjamin panen yang sukses di tengah kekhawatiran keamanan pangan global. 

Pupuk telah mencapai 68,8% dari rumah tangga pertanian Jilin pada hari Rabu, meskipun ada tantangan, surat kabar pemerintah Jilin Daily melaporkan, menambahkan bahwa pasokan bahan pertanian "teratur dan stabil".

Terbaru