Bahas Tudingan atas Georgieva, Dewan Eksekutif IMF Jadwalkan Pertemuan Lanjutan Jumat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) belum mengambil sikap atas tudingan terhadap direktur pelaksananya, Kristalina Georgieva. Mantan chief executive Bank Dunia itu dituding telah menekan staf Bank Dunia untuk mengubah data yang menguntungkan China dalam penyusunan peringkat Ease of Doing Business.
Seorang sumber menyatakan, dewan eksekutif IMF akan bertemu lagi pada Jumat untuk, setelah mewawancarai Georgieva. "Dewan Eksekutif tetap berkomitmen untuk melakukan tinjauan menyeluruh, objektif dan tepat waktu, dan berharap untuk segera bertemu lagi untuk diskusi lebih lanjut," kata juru bicara itu.
Georgieva pada Rabu (6/10), kembali membantah tuduhan yang termuat dalam laporan investigasi eksternal Bank Dunia, bahwa dia menerapkan "tekanan yang tidak semestinya" pada staf Bank Dunia untuk mengubah data China, hingga peringkat negeri itu meningkat dalam laporan “Doing Business 2018.” Pada periode itu, Bank Dunia yang dipimpin Georgieva sedang mencari dukungan dari Beijing untuk meningkatkan modalnya.
Baca Juga: IMF rekomendasikan kebijakan untuk kurangi risiko keuangan aset kripto
Dalam pernyataan tertulis rinci, yang salinannya dilihat Reuters, Georgieva mengatakan kepada dewan bahwa firma hukum yang melakukan penyelidikan, WilmerHale, salah mengartikan tindakannya saat menjabat sebagai kepala eksekutif Bank Dunia. Dan, firma itu, menurut Georgieva, berbohong kepadanya dengan bahwa dia bukan subjek dari penyelidikannya.
Georgieva menolak kesimpulan WilmerHale bahwa dia dan sejumlah pejabat senior Bank Dunia yang lain, menekan staf untuk mengubah data China, hingga peringkat negeri itu meningkat dalam laporan Ease of Doing Business di tahun 2018. Atau, apa pun yang mengkaitkannya dengan upaya peningkatan modal.
“Dugaan bahwa saya, setelah hampir 20 tahun di Bank Dunia, tiba-tiba mulai menekan staf bank secara tidak tepat untuk mengubah informasi dalam sebuah laporan adalah keterlaluan dan tidak benar," kata Georgieva kepada dewan IMF. "Bank berserta dananya hidup karena data dan analisis kami. Mengkorupsi data merupakan hal yang tidak dapat diterima.”
Baca Juga: Indonesia ternyata punya utang tersembunyi kepada China, berapa besarannya?
IMF berlomba dengan waktu untuk menyelesaikan tinjauannya atas tuduhan terhadap Georgieva. IMF dan Bank Dunia akan menggelar pertemuan tahunan mulai minggu depan, di mana kedua institusi itu akan mengungkap proyeksi ekonomi terbarunya.
Georgieva, yang menghadapi seruan untuk dikeluarkan dari IMF, mengatakan kepada dewan bahwa dia tetap berkomitmen sepenuhnya untuk memenuhi misi vital IMF.
Sejauh ini, pemerintah yang menjadi anggota IMF paling berpengaruh, termasuk Amerika Serikat (AS), yang merupakan pemegang saham utama, telah menahan penilaian publik saat proses peninjauan berlangsung.
Sumber yang mengetahui situasi di dewan IMF, mengatakan Georgieva mendapat dukungan dari negara-negara Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Namun sikap Amerika Serikat masih tertutup.
Kementerian Keuangan AS mendorong pelaksanaan perhitungan yang menyeluruh dan adil atas semua fakta dalam tinjauan yang sedang berlangsung, kata Alexandra LaManna, juru bicara kementerian itu. “Tanggung jawab utama kami adalah menegakkan integritas lembaga keuangan internasional,” demikian pernyataan Kementerian Keuangan AS.
WilmerHale tidak segera memberikan tanggapan.
Skandal kecurangan data Bank Dunia telah merusak reputasi penelitian di kedua lembaga keuangan global itu, memunculkan pertanyaan kritis mengenai apakah kegiatan penelitian itu tunduk pada pengaruh pemegang saham, mantan staf, serta pernyataan pejabat pemerintah dan pakar dari luar.
Baca Juga: IMF Ingatkan Efek Negatif Aset Kripto
Pada hari Senin, anggota dewan IMF menghabiskan waktu selama lima jam untuk menanyai pengacara dari firma WilmerHale tentang laporan investigasi mereka dan bagaimana hal itu dilakukan.
Seorang sumber yang berasal dari Eropa mengatakan para pejabat Bank Dunia merisaukan terbatasnya pemberitahuan dari WilmerHale ke Georgieva dan pihak lain yang tertuding, sebelum merilis temuannya. Sementara, Shanta Devarajan, mantan pejabat Bank Dunia yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan Doing Business 2018, mengatakan dia tidak pernah ditekan oleh Georgieva untuk mengubah laporan.
Georgieva juga mempermasalahkan penanganan WilmerHale atas penyelidikan tersebut, dengan mengatakan bahwa beberapa komentarnya diambil di luar konteks. Dia diberi janji palsu bahwa kesaksiannya bersifat rahasia. Georgieva juga menyatakan tidak pernah mendapat kesempatan untuk meninjau keakuratan kesaksiannya.
Selanjutnya: BI: Tappering Off Membawa Risiko Tekanan Nilai Tukar