Bangsa Besar! Apa Iya?

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia besar, Indonesia kuat, Indonesia cerah. Begitulah respon Presiden Prabowo Subianto menanggapi pembatalan investasi pengembangan baterai kendaraan listrik oleh konsorsium Korea Selatan di bawah komando LG Energy Solution di Indonesia. Orang nomor satu di Tanah Air ini optimistis ada investor lain yang akan tanam modal di industri pengembangan baterai kendaran listrik.
Sah-sah saja seorang pemimpin tetap percaya diri di tengah kabar negatif pembatalan investasi senilai hampir Rp 129 triliun tersebut. Namun, rasa optimisme tanpa diikuti evaluasi dan pembenahan adalah kecerobohan yang terus berulang.
Mengingat, lepasnya investor kakap dari luar negeri telah terjadi berkali-kali. Sebelumnya, Tesla yang digadang-gadang akan membangun pabrik mobil listrik di Indonesia, ternyata malah memilih Malaysia.
Raksasa Google juga batal investasi di Indonesia dan memilih Malaysia serta Singapura untuk penanaman modal senilai US$ 5 miliar. Begitu juga dengan Apple, yang didorong berinvestasi di Indonesia, ternyata pilih tanam modal US$ 15,84 miliar di Vietnam.
Masih di Vietnam, raksasa teknologi Nvidia memilih negara ini untuk membangun pusat penelitian dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan. Baru-baru ini, Vietnam juga menjadi pilihan Lego untuk membangun pabrik seluas 150.000 m2 dengan investasi sebesar US$ 1 miliar.
Jangan bangga dengan Indonesia kaya sumber daya, jika investor tak kunjung datang. Terlebih lagi, pengusaha dalam negeri juga tak sanggup mengolahnya.
Oleh karena itu, pemerintah perlu segera menyadari dan berbenah. Kendala investasi seperti perizinan yang tumpang tindih, pungli, kepastian hukum dan inkonsistensi kebijakan harus jadi prioritas untuk dibenahi.
Pemerintah dan DPR juga tak boleh sembarangan membuat atau merevisi undang-undang (UU). Ternyata, investor asing juga khawatir dengan perubahan UU yang bisa mengembalikan eksistensi Orde Baru.
Di sisi lain, percuma mengaku Indonesia kuat, jika digetok dengan kebijakan tarif oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kita langsung loyo. Saat negara lain berani pasang tameng, pemerintah Indonesia malah kelimpungan melobi penurunan tarif Trump. Parahnya lagi, Trump mengejek negara yang melobi tarif sebagai pengemis.
Lalu, apa kita masih bangsa yang besar dan kuat?