Banjir Itu soal Nyali

Rabu, 05 Maret 2025 | 03:18 WIB
Banjir Itu soal Nyali
[ILUSTRASI. TAJUK - Hasbi Maulana]
Hasbi Maulana | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banjir seperti yang melanda Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor hari-hari ini dipicu oleh curah hujan yang tinggi. Namun, ulah manusia juga yang menyebabkan curahan air dari langit itu tidak terserap dan tertampung danau, telaga, atau sungai.

Banjir bukanlah fenomena baru di Jabodetabek. Hanya saja sering kali kita lupa untuk memperhatikan akar masalahnya. Banjir bukan cuma tentang curah hujan yang tinggi, melainkan juga soal bagaimana kita memperlakukan alam.

Lahan-lahan hijau yang seharusnya menjadi daerah resapan air telah berubah menjadi beton dan aspal. Sungai-sungai yang seharusnya menjadi saluran pembuangan air justru dipenuhi sampah dan dipersempit oleh bangunan-bangunan.

Berbeda dengan gempa bumi, letusan gunung berapi, atau terjangan tsunami; banjir adalah bencana yang seharusnya bisa dicegah. Tak kurang banyak teori pencegahan banjir yang bisa diterapkan. 

Bahkan bencana yang satu ini seharusnya bisa kita kendalikan sejak air masih berada di lingkungan rumah tangga. Pemerintah bisa menyusun regulasi yang mewajibkan setiap rumah untuk membuat sumur resapan di pekarangan rumah.

Tentu upaya dari tingkat rumah tangga saja tidak cukup. Pemerintah juga bisa memaksa perusahaan, pabrik-pabrik, pengembang properti, hingga pengelola kawasan industri untuk bertanggung jawab atas air hujan yang jatuh di area mereka. Selama ini, air hujan yang jatuh ke atap gedung-gedung tinggi, pabrik, kompleks perumahan, maupun kawasan industri langsung dialirkan ke sungai atau saluran umum. Padahal, seharusnya mereka bisa menahan air hujan tersebut dengan membuat sistem penampungan atau resapan air di area mereka sendiri.

Dengan kombinasi antara regulasi yang tegas, partisipasi aktif masyarakat, dan tanggung jawab dari pelaku bisnis, penanganan banjir bisa dilakukan secara lebih efektif. Banjir mungkin tidak bisa dihentikan dalam semalam, tetapi dengan kesadaran dan tindakan nyata, kita bisa mengurangi dampaknya. 

Tidak ada teori baru tentang penyebab banjir maupun cara pencegahannya. Rumusnya sederhana. Biarkan air hujan meresap sebanyak-banyaknya ke dalam tanah. Hanya sisanya yang boleh mengalir dengan lancar ke laut lewat sungai.

Wah, jika memang sesimpel itu, kenapa banjir terus menghantui warga Jakarta dan sekitarnya? Jawabannya, tak lain dan tak bukan: tak ada pejabat yang punya nyali menerapkan teori sederhana tadi.

Bagikan

Berita Terbaru

Tidak Lagi Kendalikan BUMN, Kementerian BUMN Justru Tambah Dua Pejabat Deputi
| Kamis, 29 Mei 2025 | 13:51 WIB

Tidak Lagi Kendalikan BUMN, Kementerian BUMN Justru Tambah Dua Pejabat Deputi

Pejabat yang dilantik Erick Thohir adalah Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko serta Deputi Bidang Penciptaan Nilai BUMN.

LPS Pangkas Tingkat Bunga Penjaminan, Saham dari Sektor-Sektor Ini Bakal Diuntungkan
| Kamis, 29 Mei 2025 | 12:05 WIB

LPS Pangkas Tingkat Bunga Penjaminan, Saham dari Sektor-Sektor Ini Bakal Diuntungkan

Pemangkasan tingkat bunga penjaminan (TBP) oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) diiharapkan bisa mendorong pertumbuhan kredit bank.

Tren Konsumsi Kopi tak Diimbangi Produksi, Indonesia Berisiko Jadi Net Importer
| Kamis, 29 Mei 2025 | 10:47 WIB

Tren Konsumsi Kopi tak Diimbangi Produksi, Indonesia Berisiko Jadi Net Importer

Selain produktivitas yang rendah, upaya peremajaan tanaman kopi yang sudah lama didengungkan juga belum berjalan baik.

Pembangunan Dimulai, Pabrik Bahan Baku Kalbe-Livzon Ditargetkan Beroperasi 2027
| Kamis, 29 Mei 2025 | 10:19 WIB

Pembangunan Dimulai, Pabrik Bahan Baku Kalbe-Livzon Ditargetkan Beroperasi 2027

Pabrik yang dibangun kongsi Kalbe Farma (KLBF) dengan Livzon Group akan memproduksi bahan baku obat, terutama untuk pasar ekspor.

Profit 28,4% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kian Rendah (29 Mei 2025)
| Kamis, 29 Mei 2025 | 08:58 WIB

Profit 28,4% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kian Rendah (29 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (29 Mei 2025) 1.874.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,4% jika menjual hari ini.

Kiat Agar Para Pensiunan Bisa Hidup dengan Tenang
| Kamis, 29 Mei 2025 | 08:09 WIB

Kiat Agar Para Pensiunan Bisa Hidup dengan Tenang

Perang dagang antara AS dan China masih simpang siur, sehingga penempatan dana pada instrumen saham kemungkinan bakal diturunkan lagi.

Akankah Rupiah Menguat ke Rp 16.000? Ini Prediksi Kiwoom Sekuritas Indonesia
| Kamis, 29 Mei 2025 | 07:28 WIB

Akankah Rupiah Menguat ke Rp 16.000? Ini Prediksi Kiwoom Sekuritas Indonesia

Lewat Monthly Market Outlook-nya, Kiwoom Sekuritas Indonesia memprediksi rupiah masih berpeluang menguat ke kisaran Rp 16.100–Rp 16.000.

Entitas Usaha PTBA ini Pernah Ungkap Mau IPO, Begini Bisnis dan Targetnya di 2025
| Kamis, 29 Mei 2025 | 06:00 WIB

Entitas Usaha PTBA ini Pernah Ungkap Mau IPO, Begini Bisnis dan Targetnya di 2025

Rencana IPO Satria Bahana Sarana merupakan bagian dari strategi jangka panjang PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

IHSG Turun 0,53% di Pekan Terakhir Tapi Menguat 6,04% Sepanjang Bulan Mei
| Kamis, 29 Mei 2025 | 05:00 WIB

IHSG Turun 0,53% di Pekan Terakhir Tapi Menguat 6,04% Sepanjang Bulan Mei

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.175,82 pada perdagangan terakhir Mei, Rabu (28/5). 

Stimulus Ekonomi dan Tantangan Kinerja BUMN
| Kamis, 29 Mei 2025 | 04:00 WIB

Stimulus Ekonomi dan Tantangan Kinerja BUMN

Pemerintah berencana memberikan berbagai stimulus ekonomi melalui enam paket guna menjaga daya beli masyarakat dan meningkatkan konsumsi domestik.

INDEKS BERITA

Terpopuler