Reporter:
Dina Mirayanti Hutauruk |
Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan super apps menjadi senjata utama bagi bank-bank konvensional untuk memenuhi kebutuhan nasabah di era digitalisasi. Sebab untuk berubah menjadi bank digital dalam waktu singkat merupakan hal yang cukup sulit dilakukan karena menyangkut ketersediaan infrastruktur hingga sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.
Untuk mengembangkan super apps, bank besar alokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) jumbo. Super apps sebagai satu aplikasi yang bisa diakses nasabah untuk berbagai layanan keuangan sekaligus.
Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Anung Herlianto mengatakan, peran bank di masa depan di era digital akan terbagi tiga.
Pertama, bank sebagai distributor. Artinya, bank berperan sebagai penyedia layanan bagi pihak ketiga. Contohnya adalah Citi Group.
Kedua, bank sebagai agregator. Artinya, bank berperan menggabungkan produk atau layanan yang disediakan pihak ketiga untuk perluasan layanan bank dan meningkatkan pengalaman nasabah. Contohnya ING Group.
Ketiga, bank sebagai orkestrator atau super apps. Dalam hal ini, bank akan menyediakan platform yang mengintegrasikan produk dan layanan bank dan pihak ketiga.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) salah satu bank besar yang tengah fokus mengembangan super apps. Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI, Indra Utoyo mengatakan, inovasi dan penambahan fitur baru terus dilakukan untuk menjadikan BRImo yang sebelumnya hanya sebagai mobile banking menjadi super apps.
Fitur yang sudah di kembangkan BRI antara lain QR pedagang, asuransi, donasi, terintegrasi dengan sistem kredit (BRISpot). "BRImo disiapkan untuk dapat mengintegrasikan seluruh kapabilitas perusahaan anak termasuk BRI Agro dan juga termasuk terintegrasi dengan ekosistem startup di luar bank," kata Indra, Jumat (15/10).
Ke depan, BRI akan masuk ke berbagai ekosistem dan membangun financial supermarket di dalam BRImo. Untuk itu tahun ini, BRI menyiapkan capex cukup besar untuk pengembangan teknologi informasi (TI) yakni mencapai Rp 4,5 triliun.
Hingga September 2021, penyerapannya telah mencapai 73%. Sementara tahun depan, BRI masih akan meningkatkan capex TI dari anggaran tahun ini. Langkah tersebut untuk mendukung beberapa inisiatif transformasi BRI di BRIVolution 2.0.
Bank Tabungan Negara (BTN) juga sedang mengembangkan mobile banking menjadi super apps. Andi Nirwoto Direktur IT dan Operasi Bank BTN mengatakan, super apps ini akan menawarkan kemudahan dalam melakukan transaksi ritel.
Tahun ini, BTN menganggarkan capex TI sebesar Rp 500 miliar. Hingga September, perseroan ini telah menyerap sekitar 50%.
Bank Mandiri (BMRI) menggadang Livin' yang sudah diluncurkan sebagai super app sejak Maret 2021, sebagai pengembangan dari Mandiri Online. Pada awal Oktober, fitur tarik tunai tanpa kartu di ATM telah tersedia di Livin'. Aplikasi Kopra untuk nasabah korporasi juga baru meluncur.
Sementara bank kecil seperti MNC Bank yang mendapat izin OJK sebagai bank digital lewat aplikasi MotionBanking juga sudah mulai ngegas. MNC Bank mengembangkan fitur tambahan seperti credit scoring berbasis artificial intelligence (AI), pengintegrasian MotionPay.
Lalu pengembangan kartu kartu kredit virtual, MotionWallet, MotionInsure, MotionTrade dan aplikasi fintech terkait milik MNC Group maupun pihak eksternal.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.