Bank Mandiri (BMRI) Genjot Laba dari Proyek Infrastruktur

Selasa, 17 Mei 2022 | 04:45 WIB
Bank Mandiri (BMRI) Genjot Laba dari Proyek Infrastruktur
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhasil membukukan kinerja apik sepanjang kuartal I tahun ini. Bank milik negara ini mencetak pendapatan sebesar  Rp 20,48 triliun, naik 17,1% secara year on year (yoy). Sementara laba bersih BMRI naik 70% yoy menjadi Rp 10 triliun.

Analis Trimegah Sekuritas Prasetya Gunadi dalam riset pada 28 April 2022 menuliskan, perolehan laba bersih di atas ekspektasi yakni memenuhi 30,9% dan berdasarkan konsensus mencakup 30,6%. "Biaya provisi yang lebih rendah pada kuartal I-2022, Rp 3,9 triliun menjadi alasan apik laba BMRI," tulis dia.

Sementara, penyaluran kredit BMRI naik 2,2% secara kuartalan menjadi Rp 1.072,9 triliun. Tulis Prasetya, hal itu didorong kredit dengan yield tinggi seperti segmen mikro dan komersil yang menjadi fokus utama BMRI ke depan.

Baca Juga: Punya Fundamental Solid, Simak Ulasan Rekomendasi saham Bank Mandiri (BMRI)

Sementara Head of Research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy bilang, BMRI akan mendapatkan kredit dengan yield tinggi dari segmen infrastruktur mengingat posisinya sebagai salah satu bank Himbara. "BMRI juga memiliki captive client dari perusahaan BUMN yang masing-masing karyawannya dapat diarahkan untuk mengkonsumsi produk perbankan BMRI memiliki yield lebih tinggi," ujar dia, Jumat (13/5).

Pada kuartal I-2022, BMRI sukses memangkas nilai restrukturisasi Covid-19 dari Rp 69,7 triliun menjadi Rp 67,7 triliun. Sebanyak 44,2% dari jumlah tersebut merupakan pinjaman berisiko rendah dan 39,9% berisiko sedang.

Margin bunga

Prasetya menilai, BMRI bisa mencapai target pertumbuhan pinjaman, yakni di atas 8%, di tahun 2022. BMRI juga akan fokus memberikan pinjaman ke segmen dengan yield yang tinggi. Karena itu, ia mengekspektasikan net interest margin (NIM) BMRI pada tahun ini berkisar 5,1%-5,5%.

Baca Juga: Yuk Intip Rekomendasi Saham Bank Mandiri (BMRI)

Tren kenaikan suku bunga ke depan, jelas akan menjadi tantangan BMRI menjaga besaran NIM. "CoC (cost of credit) akan lebih rendah tahun ini di 1,4%-1,7%. Hal ini seiring BMRI punya manajemen risiko kualitas aset lebih baik," ujar Prasetya.

Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi mengungkapkan, tahun ini, BMRI akan fokus membidik penyaluran kredit ke sektor infrastruktur dalam rangka memperkuat bisnis wholesale sekaligus mengincar kredit dengan yield tinggi.  Dia melihat, kredit dengan yield tinggi memang menarik, hanya saja BMRI harus mengukur risiko. Ia meyakini, strategi itu sebagai cara BMRI menaikkan NIM. Apalagi, saat ini BMRI memiliki cost of fund rendah, di kisaran 1,2%, imbas struktur dana murah dengan perolehan CASA 70%.

Kata Tirta,  BMRI berhasil menjalankan strategi pertumbuhan digital organik lewat aplikasi Livin’ by Mandiri. Saat ini, jumlah pengguna 7 juta dengan nilai transaksi naik 49% yoy jadi Rp 508 triliun di kuartal I-2022.

Potensi kenaikan bunga acuan, menurut Tirta seharusnya tidak menjadi masalah untuk BMRI. Apalagi, kenaikan suku bunga tidak serta merta menyebabkan kenaikan suku bunga kredit. Sebab, perbankan juga butuh waktu penyesuaian hal tersebut.

Tahun ini, Prasetya memperkirakan pendapatan BMRI sebesar Rp 82,56 triliun dan  bersih Rp 32,48 triliun. Prasetya dan Robertus rekomendasi beli dengan target harga masing-masing Rp 9.200 dan Rp 9.100. Sedangkan Tirta menyarankan beli dengan target Rp 8.900 per saham.   

Baca Juga: Penyaluran Kredit Bank Mandiri ke Sektor ESG Tumbuh 22,8% hingga Kuartal I

Bagikan

Berita Terbaru

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:58 WIB

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini

Saham ritel berpotensi bangkit di sisa 2025. Simak proyeksi pertumbuhan laba 2026 dan rekomendasi saham ACES, MIDI, hingga ERAA.

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:40 WIB

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan

Penerapan sejumlah regulasi baru dan tingginya inflasi medis akan mempengaruhi bisnis asuransi jiwa di Indonesia di 2026

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:17 WIB

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?

Prospek kinerja DSNG di 2026 dinilai solid berkat profil tanaman sawit muda dan permintaan CPO yang kuat.

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:15 WIB

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana

Langkah ini  untuk menyederhanakan proses, meningkatkan kepastian layanan, dan memperkuat tata kelola pendaftaran produk investasi reksadana. 

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:11 WIB

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini

Kontrak tersebut terkait tambang Blackwater. Perpanjangan kontrak yang diperoleh pada 21 Desember 2025 tersebut bernilai sekitar A$ 740 juta. 

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:45 WIB

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya

Emiten sektor semen berpeluang memasuki fase pemulihan pada 2026 setelah melewati tahun yang menantang.

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras

Tercatat 290 perusahaan memperoleh tax holiday, dengan 102 perusahaan telah beroperasi dan merealisasikan investasi sebesar Rp 480 triliun.

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi

Kebijakan pemangkasan produksi nikel oleh Pemerintah RI diharapkan mendongkrak harga sehingga akan berefek positif ke emiten.

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:42 WIB

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan

Hingga saat ini, total investasi Grup Astra di bidang jasa kesehatan telah mencapai sekitar Rp 8,6 triliun.

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:39 WIB

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah

Kenaikan M2 lebih banyak ditopang oleh peningkatan uang kuasi, terutama simpanan berjangka dan tabungan di perbankan. ​

INDEKS BERITA

Terpopuler