Banyak Kontrak Baru, Emiten Konstruksi Makin Menarik di Tahun Politik

Kamis, 14 Maret 2019 | 06:47 WIB
Banyak Kontrak Baru, Emiten Konstruksi Makin Menarik di Tahun Politik
[]
Reporter: Aldo Fernando, Intan Nirmala Sari | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di awal tahun ini emiten konstruksi berupaya maksimal mengejar target kontrak baru. Selama periode Januari hingga Februari, beberapa emiten konstruksi sudah mencatatkan pertumbuhan kontrak baru.

Salah satunya adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Perusahaan pelat merah ini berhasil mencatatkan kontrak baru Rp 2,1 triliun hingga akhir Februari 2019. "Tahun ini, target kontrak baru kami Rp 56 triliun," kata Shastia Hadiarti, Sekretaris Perusahaan WSKT kepada Kontan, Rabu (13/3).

Dalam dua bulan pertama, realisasi kontrak baru WSKT 3,75%. Sekadar mengingatkan, pada akhir 2018, WSKT membukukan nilai kontrak baru Rp 27,22 triliun. Di mana, target akhir kontrak baru 2018 adalah sebesar Rp 25 triliun hingga Rp 30 triliun.

Selain itu, ada PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang dikabarkan sudah membukukan kontrak baru hingga Februari 2019 sebanyak Rp 1,18 triliun. Di mana, dominasi proyek berasal dari pembangunan Oyama Plaza Apartemen di Sunter.

Sebagai gambaran, tahun lalu ADHI sukses menembus target capaian kontrak baru sebesar Rp 23,3 triliun. Sepanjang 2018, emiten pengembang proyek LRT tersebut sukses bukukan kontrak baru sebanyak Rp 24,8 triliun.

Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan ADHI Ki Syahgolang Permata mengungkapkan bahwa target kontrak baru 2019 diharapkan bisa tumbuh 5% dari tahun lalu atau sekitar Rp 26,04 triliun. Alhasil, hitungan di atas kertas realisasi kontrak baru ADHI per Februari 2019 sebesar 6,91%.

Hal ini dipengaruhi kondisi politik yang belum dapat diprediksi menjelang pemilu 2019. "Selain itu kontrak baru yang didapat didominasi proyek BUMN, pemerintah dan Swasta," ungkap dia.

Analis memprediksi, realisasi kontrak baru sektor emiten konstruksi akan cerah tahun ini. Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menilai, per Januari 2019 realisasi kontrak baru emiten konstruksi masih rendah.

Menurut catatan Valdy, WIKA baru membukukan kontrak baru sebesar 1,98% dari target sampai Januari lalu, WSKT 1,82% dari target, ADHI 2,55% dari target. "Tapi hal ini relatif wajar, mengingat perolehan kontrak baru emiten konstruksi umumnya besar di kuartal III atau kuartal IV, atau mendekati akhir tahun," jelas Valdy.

BUMN lebih menarik

Sementara, analis Reliance Sekuritas Kornelis Wicaksono memprediksikan, bisnis emiten konstruksi akan melambat terlebih dahulu tahun ini karena adanya Pemilu 2019. "Di masa itu para pemegang kepentingan akan wait-and-see, dan baru akan mengambil keputusan ketika sudah ada kejelasan siapa presiden baru," jelas Kornelis.

Dia menjelaskan, harga saham konstruksi dalam tiga gelaran Pemilu terakhir selalu naik dengan rata-rata kenaikan 53,20%. Sehingga sektor ini masih menarik di tahun ini. Namun ada baiknya investor mencermati timing pembelian sahamnya dengan pemilu.

Kornelis lebih menjagokan saham-saham emiten konstruksi BUMN ketimbang swasta. Terutama, karena anggaran APBN infrastruktur yang naik mencapai Rp 415 triliun di tahun ini.

Rekomendasi Kornelis beli PTPP karena harga saat ini masih jauh dari target harga konsensus di Rp 2.750. Untuk emiten swasta ia merekomendasikan hold TOTL karena target harga konsensus analis sudah dekat di Rp 630.

Valdy juga merekomendasikan emiten konstruksi BUMN. Ia mempertimbangkan emiten konstruksi BUMN memiliki size usaha yang relatif besar. "Dari sisi kondisi keuangan juga relatif baik dan likuiditas relatif tinggi," tambah dia.

Valdy menyarankan beli WIKA dengan target harga Rp 1.800-Rp 1.850. Sedang target harga WSKT antara Rp 1.900–Rp 1.935. Target harga ADHI di Rp 1.500–Rp 1.545 dan target harga PTPP sebesar Rp 2.000–2.050.

Bagikan

Berita Terbaru

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%
| Jumat, 22 November 2024 | 23:44 WIB

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%

Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya, telah menyerap 60% capex untuk teknologo informasi (TI) yang dianggarkan mencapai Rp 790 miliar di 2024

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku
| Jumat, 22 November 2024 | 15:14 WIB

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku

Kepemilikan Prajogo Pangestu dalam emiten Gozco Group, diakitkan dengan investasi Gozco di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB),  

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI
| Jumat, 22 November 2024 | 14:33 WIB

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI

Dua nama calon menteri Donald Trump yang pro energi fosil, yakni Doug Burgum calon Menteri Dalam Negeri dan Chris Wright calon Menteri Energi.

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

INDEKS BERITA

Terpopuler