Ramuan Anti Masuk Angin Ternyata Mujarab, Buktinya Kinerja Sido Muncul Menguat

Sabtu, 27 Juli 2019 | 06:15 WIB
Ramuan Anti Masuk Angin Ternyata Mujarab, Buktinya Kinerja Sido Muncul Menguat
[]
Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk herbal anti masuk angin memang terbukti manjur buat PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO). Kontribusi lini produk ini membuat kinerja SIDO di semester I-2019 melejit. Salah satunya berasal dari sumbangan produk anti masuk angin selama musim mudik lebaran.

"Momentum Lebaran juga turut meningkatkan penjualan produk herbal kami, khususnya Tolak Angin Cair," ungkap David Hidayat, Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk kepada KONTAN, Jumat (26/7).

Ditambah strategi efisiensi yang dijalankan sejak tahun lalu, kinerja Sido Muncul pun terjaga. Pada semester I-2019, produsen jamu dan obat herbal ini mencatatkan pendapatan Rp 1,41 triliun, meningkat 11% dibandingkan pendapatan di periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1,27 triliun.

Pada semester pertama tahun ini, margin laba kotor SIDO mencapai 53,77%, lebih tinggi daripada tahun lalu yang berada di angka 49,90%. 

Pasalnya, kenaikan beban pokok penjualan di semester I-2019 lebih rendah daripada kenaikan penjualan.

SIDO juga mampu meraup laba bersih senilai Rp 374,12 miliar di semester pertama tahun ini. Jumlah itu meningkat 28,22% ketimbang laba di periode yang sama tahun lalu. 

Meski demikian, arus mudik dan balik lebaran juga memberikan tantangan tersendiri bagi Sido Muncul, khususnya terkait proses distribusi barang. Hal itu imbas dari larangan lalu lintas mobil besar untuk pengiriman barang menjelang Lebaran dan setelah Lebaran.

Tolak Angin dan produk herbal lainnya masih mujarab

Pada paruh kedua tahun ini, Sido Muncul tetap optimistis bisnis jamu dan obat herbal bisa semakin bertumbuh. Bahkan, manajemen SIDO membidik pertumbuhan kinerja akan lebih baik ketimbang enam bulan pertama di tahun ini.

SIDO menargetkan pendapatan dan laba bersih hingga akhir tahun ini naik masing-masing 10% dibandingkan realisasi pendapatan dan laba bersih pada tahun lalu.

"Penjualan jamu herbal dan suplemen masih menjadi penopang pendapatan SIDO pada tahun ini," terang David.

Kontribusi segmen tersebut mencapai Rp 943,10 miliar atau 66,88% dari total pendapatan semester pertama.

Sedangkan bisnis makanan dan minuman mencatatkan penjualan Rp 403,45 miliar atau 28,61% dari total pendapatan. Adapun sisa pendapatan berasal dari segmen farmasi.

Seiring dengan tren back to nature, kata David, pasar produk herbal, baik obat maupun suplemen, tentu akan semakin membaik. "Saat ini, masyarakat Indonesia mulai menyukai produk herbal ketimbang produk yang mengandung kimia," ungkap dia.

Melihat peluang itu, SIDO juga menyasar pasar global, khususnya untuk jenis suplemen herbal. Mereka berharap produk itu perlahan masuk segmen ekspor.

Bagikan

Berita Terbaru

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 18:00 WIB

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence

Akuisisi PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) oleh sejumlah perusahaan yang bergerak di bisnis kendaraan listrik mulai terlaksana.

Sentimen Harga Emas dan Infrastruktur Pabrik Bawa Kinerja BRMS Melonjak
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 17:17 WIB

Sentimen Harga Emas dan Infrastruktur Pabrik Bawa Kinerja BRMS Melonjak

Kinerja emiten tambang PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) diprediksi semakin cemerlang hingga 2027 mendatang.

Sejumlah Emiten Diuntungkan Melalui Deregulasi Kebijakan Impor
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 17:01 WIB

Sejumlah Emiten Diuntungkan Melalui Deregulasi Kebijakan Impor

Kebijakan deregulasi impor memberi ruang memperlancar rantai pasok bahan baku, komponen produksi, hingga barang konsumsi tertentu.

Menilik Peluang dan Risiko Penguatan Rupiah di Semester II 2025
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 16:41 WIB

Menilik Peluang dan Risiko Penguatan Rupiah di Semester II 2025

Tantangan terhadap rupiah juga cukup besar dengan data PMI yang terkontraksi dan proyeksi defisit anggaran yang lebih tinggi menjadi 2,78%.

Volume Batubara dan Curah Hujan Tinggi, Kinerja UNTR Diproyeksi Turun
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 16:25 WIB

Volume Batubara dan Curah Hujan Tinggi, Kinerja UNTR Diproyeksi Turun

Tekanan harga batubara berasal dari akumulasi turunnya permintaan impor dari China sebanyak 5% year on year (YoY).

Menebak Motivasi Haji Isam di Hulu Ternak Ayam dari Pembelian Anak Usaha KFC (FAST)
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 15:05 WIB

Menebak Motivasi Haji Isam di Hulu Ternak Ayam dari Pembelian Anak Usaha KFC (FAST)

Pernyataan mengenai percepatan pelaksanaan proyek-proyek strategis, di dalam tujuan transaksi 15% saham FAST, memancing sas sis sus di pasar saham

Profit 26,68% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Seuprit (5 Juli 2025)
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 09:00 WIB

Profit 26,68% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Seuprit (5 Juli 2025)

Harga emas Antam hari ini (5 Juli 2025) Rp 1.908.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 27,07% jika menjual hari ini.

Dari Perakit Mobil Menuju Posisi Puncak
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 08:25 WIB

Dari Perakit Mobil Menuju Posisi Puncak

Donald Rachmat tidak tiba di posisi puncak saat ini lewat jalur instan. Dia meniti kariernya dari bawah.

Janji Ekonomi
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 07:05 WIB

Janji Ekonomi

Tidak mudah untuk bisa merealisasikan target pertumbuhan ekonomi hingga 8% yang saat ini saja masih jauh dari target tersebut.

Menakar Geopolitik Komoditas Nikel
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 07:00 WIB

Menakar Geopolitik Komoditas Nikel

Dominasi negara China di industri nikel dalam negeri, efeknya dapat tidak menguntungkan bagi Indonesia.

INDEKS BERITA

Terpopuler