KONTAN.CO.ID -. Efek wabah Covid-19 menghantam sejumlah sektor usaha. Akibat kasus positif Covid-19 melonjak, pemerintah menerapkan kebijakan PPKM Darurat, bahkan berpotensi diperpanjang hingga akhir Juli 2021. Industri pariwisata dan bisnis penunjangnya menjadi salah satu sektor usaha yang paling telak dihantam pandemi Covid-19.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Bahriyansah Momod menjelaskan, kebijakan PPKM Darurat sejak 3 Juli hingga 20 Juli 2021 tidak memungkinkan adanya pergerakan wisatawan. Kondisi ini menambah panjang masa pembatasan perjalanan wisata yang sudah terjadi sejak tahun lalu. Imbasnya, pelaku usaha tak bisa menerima pemasukan.
"Kami harus memperpanjang masa tidak ada aktivitas. Sebesar 100% [penurunan pendapatan di Jawa-Bali], karena hampir semua kota dan kabupaten menerapkan syarat vaksin dan bukti PCR," ungkap dia, Jum'at (16/7).
Bukan hanya di Jawa dan Bali, pelaku bisnis pariwisata di beberapa destinasi seperti Sumatra Barat dan Nusa Tenggara Barat juga mengalami hal serupa.
Selain pariwisata, bisnis ritel pun menjadi salah satu sektor usaha yang mendapat pukulan telak atas pemberlakuan PPKM Darurat hingga akhir bulan ini.
Direktur Utama PT Mega Perintis Tbk (ZONE) Franxiscus Afat Adinata Nursalim mengatakan, penjualan merosot selama PPKM darurat. “Bisnis ritel pasti sangat terdampak. Penutupan pusat belanja dan pembatasan mobilitas akan berdampak langsung terhadap sektor ritel,” kata dia, Minggu (18/7).
Meski sudah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi penurunan penjualan, ZONE memproyeksikan, bila PPKM Darurat diperpanjang, maka penjualan ZONE selama bulan Juli berpotensi menurun hingga 80%. “Kami proyeksikan penjualan akan turun sekitar 70%-80% dari kondisi sebelum PPKM Darurat,” sebut Afat.
Direktur Penjualan & Pemasaran PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) Adji Andjono Purwo bilang, ada penurunan penjualan es krim akibat terbatasnya mobilitas masyarakat. "Karena es krim adalah impulse snack, maka yang mengonsumsi 89% adalah mereka yang berada di luar rumah. Kini, mereka harus stay di rumah karena PPKM Darurat," ungkap Adji, kemarin.
Sekor transportasi juga terkena imbas PPKM Darurat. Setidaknya ini tercermin dari penurunan kinerja PT Blue Bird Tbk (BIRD). Merujuk Laporan Tahunan 2020 BIRD, pendapatan dari segmen taksi merosot hingga 54,2% menjadi Rp 1,47 triliun.
Sedangkan pendapatan dari non-taksi turun 30,75% Rp 578,71 miliar di sepanjang tahun lalu. Oleh sebab itu, BIRD mengatur strategi untuk mengimbangi merosotnya kinerja bisnis dari segmen taksi. "Penguatan dilakukan pada segmen rental harian melalui Golden Bird Special Care dan layanan pengiriman barang lewat Bird Kirim," ungkap Head of Investor Relations Blue Bird Michael Tene kepada KONTAN, kemarin.
Bisnis keramik juga demikian. Ketua Umum ASAKI Eddy Suyanto memproyeksikan utilitas produksi keramik nasional akan turun ke level 50% menyusul PPKM Darurat. "Padahal utilitas industri keramik di semester I 2021 sudah mendekati 75%," ujar dia.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.