KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang Iran-Israel yang melibatkan Amerika Serikat (AS) berpotensi mengerek harga minyak mentah dunia semakin tinggi. Ini seiring dengan rencana Iran menutup Selat Hormuz.
Selat Hormuz merupakan salah satu jalur laut paling penting bagi lalu lintas pasokan minyak dunia. Hampir seperempat pengiriman minyak global melewati Selat Hormuz, perairan sempit yang berbatasan antara Iran dengan Oman dan Uni Emirat Arab (UEA).
Penutupan Selat Hormuz bisa membuat harga minyak naik signifikan. Saat ini, harga minyak jenis Brent sudah ada di kisaran US$ 80 per barel, naik hampir 16% dari posisi US$ 69 per barel sebelum Israel menyerang Iran. Jika penutupan Selat Hormuz sebagai skenario terburuk terjadi, harga minyak bisa melesat ke US$ 100 sebarel.
Buntutnya, harga bahan bakar minyak (BBM) bisa naik, khususnya non-subsidi. Saat harga minyak rata-rata di kisaran US$ 90 per barel pada September 2023 lalu, melompat dari sekitar US$ 80 per barel, harga Pertamax menembus Rp 14.000 per liter. Saat ini, harga BBM RON 92 ini Rp 12.100. Sedang harga BBM non-Pertamina, seperti Shell dan BP, tentu naik lebih tinggi lagi.
Kenaikan harga BBM semestinya menjadi momentum bagi banyak orang untuk mempertimbangkan kendaraan listrik sebagai alternatif. Sebab, kendaraan listrik menawarkan potensi penghematan biaya operasional karena biaya setrum untuk mengisi ulang baterai lebih rendah dari harga bensin.
Masalahnya, harga kendaraan listrik, baik sepeda motor maupun mobil, masih lebih tinggi dibanding yang berbahan bakar minyak. Belum lagi, stasiun pengisian baterai yang masih sedikit. Dan, harga jual kembali yang jatuh. Tiga faktor ini yang jadi pertimbangan masyarakat ogah beli kendaraan listrik.
Karena itu, umumnya, kendaraan listrik belum menjadi pilihan sebagai kendaraan pertama.
Cuma, pemerintah harus memberi contoh dalam adopsi kendaraan listrik untuk menambah populasinya. Caranya, kementerian dan lembaga menggunakan kendaraan listrik sebagai kendaraan dinas. Langkah ini bisa menambah jumlah stasiun pengisian baterai, setidaknya di kantor-kantor pemerintah.
Kalau sudah begitu, bakal semakin banyak merek dan jenis kendaraan listrik di Indonesia. Harga kendaraan listrik pun makin kompetitif. Bahkan, kompetitif dengan kendaraan konvensional. Ini tentu akan kian menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk memilikinya.