KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim bagi-bagi dividen belum usai. Masih ada sejumlah emiten yang bakal membagi dividen dari laba bersih tahun buku 2018 dalam waktu dekat.
Ada 27 emiten yang memiliki cum date dividen jelang akhir Juni ini. Dari jumlah ini, beberapa di antaranya memiliki tingkat keuntungan atau yield dividen menarik. Bahkan, ada yang sampai dua digit.
Anda tentu sudah tahu, harga saham cenderung naik mendekati cum date. Pasalnya, pelaku pasar kerap memanfaatkan momen tersebut untuk memburu saham pembagi dividen.
Cum Date Dividen Emiten Pekan Ini | ||||
---|---|---|---|---|
Emiten | Cum Date | Dividen (per saham) |
Harga Saham |
Yield |
MAIN | 28 Juni | Rp 22 | Rp 1.080 | 2% |
SMRA | 28 Juni | Rp 5 | Rp 1.200 | 0,4% |
BYAN* | 27 Juni | US$ 0,09 | Rp 18.575 | 6,8% |
RICY | 27 Juni | Rp 3 | Rp 170 | 1,7% |
SRIL | 26 Juni | Rp 3 | Rp 338 | 0,8% |
SMAR | 26 Juni | Rp 750 | Rp 5.450 | 13,7% |
DLTA | 27 Juni | Rp 478 | Rp 7.400 | 6,4% |
PJAA | 28 Juni | Rp 53 | Rp 1.295 | 4,1% |
MYOR | 28 Juni | Rp 29 | Rp 2.470 | 1,2% |
IPCC | 27 Juni | Rp 56,15 | Rp 1.240 | 4,5% |
* Nilai dividen per saham BYAN menggunakan asumsi kurs Rp 14.147 per dollar AS. | ||||
Sumber: Kustodian Sentral Efek Indonesia |
Kenaikan harga bisa semakin kencang jika dividen tersebut menawarkan yield yang tinggi. "Terutama untuk saham pembagi dividen dengan yield di atas 2,5%, biasanya harga sahamnya akan cenderung menguat," terang analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji, Senin (24/6).
Setali tiga uang, Chris Apriliony, analis Jasa Utama Capital, mengatakan, kriteria saham pembagi dividen bisa dilihat dari yield. Namun, dia memiliki kriteria yang lebih tinggi. "Biasanya yang yield-nya di atas 5%," jelas dia.
Meski begitu, yield bukan satu-satunya acuan. Beberapa faktor tetap harus menjadi pertimbangan investor, terutama jika investor tersebut memiliki time frame investasi jangka panjang.
Nafan menyarankan, investor jangan terjebak oleh tingginya yield. "Yang tak kalah penting, investor juga perlu mencermati kinerja fundamental untuk jangka panjang," tandas Nafan.
Chris memiliki pandangan senada. Faktor fundamental tetap menjadi pertimbangan.
Ambil contoh, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR). Pay out ratio dividen emiten ini memang hanya 22% dari laba bersih atau setara Rp 131,34 miliar. Laba bersih SMAR tahun lalu turun 49% menjadi Rp 597,32 miliar. Akibatnya, earning per share (EPS) SMAR turun dengan persentase yang hampir sama menjadi Rp 208 per saham.
Sementara, nilai dividen per saham SMAR tahun buku 2018 Rp 750 per saham, naik sekitar 25 kali lipat dibanding tahun buku 2017 yang hanya sebesar Rp 30 per saham. "EPS hanya Rp 208, tapi bagi dividen Rp 750. Dikhawatirkan ini akan membebani kas perusahaan," terang Chris.
Jika mempertimbangkan tambahan faktor fundamental, HOKI menjadi salah satu jagoan Chris. "HOKI adalah perusahaan beras yang produknya merupakan kebutuhan sehari-hari sehingga prospeknya akan terus tumbuh," tambah Chris.