Beragam Alasan yang Membuat Bisnis Sepeda Motor Listrik Tancap Gas
KONTAN.CO.ID - Tahun 2022 menjadi titik tolak bagi industri sepeda motor listrik di Tanah Air. Gaung penggunaan sepeda motor listrik santer di tahun macan air tersebut. Apalagi ada beragam merek hadir meramaikan pasar. Diler-diler sepeda motor listrikpun hadir bak jamur di musim penghujan. Sepeda motor listrik semakin memikat saat tampilannya yang semakin stylish
Tangkas Motor Listrik Depok Dua, di Depok Jawa Barat adalah salah satu diler sepeda motor listrik yang hadir di awal tahun 2022. Meski baru berusia setahun, namun pembeli antusias datang belanja. "Cukup amazing juga dengan respon konsumen. Penjualan terbilang tinggi. Bahkan pernah merasakan penjualan 80 unit per bulan," kata Andi Nismardani, sebagai Brand Store Tangkas Motor Listrik Depok Dua.
Sejak buka, rata-rata penjualan sepeda motor listrik di diler Tangkas Motor Listrik Depok Dua bisa mencapai 40 unit per bulan. Penjualan motor listrik yang menggembirakan juga dialami PT Sumber Tenaga Optima (STO), salah satu diler sepeda motor listrik di Pontianak, Kalimantan Barat.
Nico Adidharma, Brand Manager PT Sumber Tenaga Optima menceritakan, penjualan sepanjang tahun 2022 naik 300% jika dibandingkan penjualan tahun sebelumnya. Hasil kenaikan penjualan, manajemen STO inisiatif menambah merek sepeda motor listrik di dilernya.
Mula-mula, STO hanya memasarkan dua merek, yaitu Gesits dan Uwinfly saja. Namun kemudian, STO menambah pilihan dengan menjual sepeda motor listrik Pacific, Goodrich, dan Jarvis. "Tahun lalu kami pegang lima merek. Dan tahun ini bakal nambah lagi yaitu Rakata dan Davigo," ujar Nico.
Yang pasti, kata Nico, seluruh sepeda motor listrik yang mereka pasarkan sudah memiliki surat menyurat. Antusiasme masyarakat akan masa depan motor listrik juga ditunjukkan dari bertumbuhnya diler-diler sepeda motor listrik ini. Sebelumnya, pemain sepeda motor listrik lebih banyak memasarkan produk di marketplace.
Kehadiran diler-diler tak lepas dari peran pemilik merek sepeda motor listriknya. Mereka juga agresif memasarkan produknya. Seperti yang dilakukan Smoot Electrik, salah satu pemilik merek sepeda motor listrik yang mengaspal sejak pertengahan tahun 2021. Smoot Electrik rajin membuka kerjasama diler dengan menggandeng mitra. Dengan komitmen penjualan minimal 15 unit per bulan, mitra bisa menjalankan usahanya.
"Kami beri limit requirement per bulan 15 unit karena jika tidak tercapai di angka itu diler tidak bisa cover cost," terang Rosyeni, Director of Sales and Partnership Smoot Electrik.
Tawaran kerjasama diler Smoot Electrik ini mendapat sambutan antusias dari investor yang ingin mendapatkan cuan dari sepeda motor listrik. Rosyeni bilang, dalam tempo tiga bulan saja sejak tawaran kerjasama diler dilakukan, pihaknya mendapat banyak pengajuan kerjasama.
"Sepanjang tahun 2022 saja kami sudah memiliki 200 diler yang kebanyakan milik mitra," terang Rosyeni. Selain di Jakarta, diler Smoot Electrik hadir di Depok, Tangerang, dan Bekasi. Diler Smoot juga bukadi Sumatera, Kalimantan, Bali, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, hingga Sulawesi. Tahun ini Smoot menargetkan bisa menambah 100 diler lagi.
Untuk memonitor penjualan, Rosyeni bersama mitra diler sudah membuat proyeksi bisnis selama enam bulan ke depan. Dengan adanya komitmen dari diler tersebut, Smoot Electrik memproyeksikan penjualan 2000 unit per bulan."Target tahun ini, Smoot bisa terserap pasar 50.000 unit sampai 100.000 unit," harap Rosyeni.
Pemain baru di bisnis sepeda motor listrik lainnya adalah Polytron. Perusahaan elektronik ini mulai memasarkan motor listrik tahun 2021. Tekno Wibowo, Direktur Marketing Polytron bilang, pihaknya mematok target penjualan tahun ini sebanyak 5000 unit.
Tekno bilang, sepeda motor listrik tipe Evo yang diluncurkan akhir 2021 lalu sudah terjual ratusan unit. "Kalau tipe terbaru kami yang Fox-R daftar tunggunya sudah ratusan unit," terang Tekno.
Polytron hadir di bisnis sepeda motor listrik usai melihat potensi pasarnya yang besar. Apalagi tren masyarakat global yang kini mulai mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dan beralih ke listrik.
Sebelum masuk ke industri ini, Polytron juga telah melakukan riset pasar kurang lebih setahun lamanya. Dengan membuat divisi khusus yang menangani sepeda motor listrik, Polytron menjadi perusahaan yang pertama merilis sepeda motor listrik di tahun 2021. "Mumpung pemain otomotif besar belum masuk ke industri ini," ujar Tekno seraya tertawa.
Salah satu kelebihan dari sepeda motor listrik Polytron adalah, adanya layanan sewa baterai. "Kendala dalam industri ini kan ada di baterai. Inilah yang bikin harga kendaraan listrik ini mahal. Nah kami coba berikan solusi sewa baterai ini, jadi secara unit harganya jauh lebih murah," terang Tekno.
Jika satu unit sepeda motor listrik dijual lengkap dengan baterainya, harganya bisa mencapai Rp 36 juta. Tapi jika dipangkas harga baterai, maka harga unit bisa separuhnya. Sebagai gambaran, tarif sewa baterai Polytron di jaringan penyewaan miliknya adalah Rp 200.000 per bulan. Strategi ini dirasa bisa meringankan biaya pengguna sepeda motor listrik.
Sementara itu, Smoot punya kekuatan lain supaya sepeda motor listrik merek bisa diminati pasar. Smoot sudah bekerjasama dengan Alfamart, Alfamidi, dan Lion Paxel untuk membuka SWAP Poin di mana pengguna motor listrik Smoot bisa melakukan penukaran baterai. Saat ini sudah ada 800 SWAP Poin.
"Bisa dibilang untuk kawasan Jadetabek setiap 2 kilometer sudah ada SWAP Poin, pengguna bisa cek di aplikasi," klaim Rosyeni.
Selain itu, Smoot Electrik juga membuka layanan after sales pada setiap diler Smoot. Diler tersebut nantinya juga bisa menjadi tempat servis. Smoot juga sudah bermitra dengan beberapa bengkel tradisional yang konversi ke bengkel kendaraan listrik. "Kami juga bekerjasama dengan Planet Ban, jadi nantinya pengguna Smoot bisa servis di jaringan Planet Ban," tambah Rosyeni.
Menanti stimulus
Secara internal, para pelaku industri motor listrik di tahun 2022 merasakan ada kemajuan bisnis yang positif dalam realisasi penjualan mereka. Namun dalam catatan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), dari total 43 merek sepeda motor listrik yang ada di Indonesia, rata-rata baru terjual 1000 unit per bulan.
Dalam sembilan bulan pertama tahun 2022 misalnya, secara industri, sepeda motor listrik baru terjual 28.000 unit
Sementara itu, Presiden Joko Widodo sudah memberikan target produksi sepeda motor listrik sebanyak 2 juta unit pada tahun 2025. Namun, Kementerian Perindustrian meyakini, target tersebut bisa dicapai tahun 2024. Mengingat sedikitnya ada 35 pabrikan yang siap memproduksi motor listrik dengan kapasitas 1 juta unit per tahun.
Nah untuk mendukung target tersebut, pemerintah akan mengaungkan akan memberikan insentif pembelian kendaraan bermotor. Dalam rencana, insentif pembelian sepeda motor listrik adalah Rp 8 juta per unit. Untuk sepeda motor listrik konversi direncanakan insentif Rp 5 juta.
"Tapi itu (insentif) belum ada kepastian. Saya lihat justru membuat pembeli malah menunda pembelian karena menunggu kebijakan tersebut. Kan konsumen mikirnya lumayan ada potongan Rp 8 juta," kata Tekno.
Menurut Tekno, subsidi ini memang akan menarik bagi konsumen, sehingga membuat penyerapan motor listrik lebih cepat. Tapi kalau skemanya belum jelas tapi sudah buru-buru disampaikan ke publik, justru membuat pasar wait and see.
Hal ini juga dikeluhkan Andi. Sebagai ujung tombak penjualan, sejak akhir tahun lalu pihaknya sering mendapatkan telepon dari konsumen mengenai insentif tersebut. "Akhirnya mereka menunggu kapan insentif turun, tidak jadi membeli," terang Andi.
Andi merasakan, sejak akhir tahun 2022 hingga bulan Januari ini, penjualan di dilernya justru menurun. Jika sebelumnya bisa 30 unit hingga 40 unit per bulan. Dua bulan terakhir hanya laku 20 unit per bulan.
Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata menyarankan, rencana insentif subsidi alat transportasi listrik itu sebaiknya diberikan untuk daerah yang kesulitan mendapatkan BBM ketimbang digunakan untuk subsidi semua kendaraan listrik. "Sebaiknya tidak diberikan untuk konsumen kendaraan listrik di perkotaan, apalagi di Pulau Jawa," ujar Djoko.
Djoko memberikan contoh, pada tahun 2007 lalu warga di Kota Agats Kabupaten Asmat, Papua Selatan sudah menggunakan motor listrik untuk mobilitas. Hal tersebut dilakukan karena daerahnya kesulitan mendapatkan pasokan BBM. p