KONTAN.CO.ID. Tahun 2023 sudah berjalan lima bulan. Secara umum hampir semua instrumen investasi mencatat imbal hasil positif kecuali berbasis saham. Lalu ke mana pilihan investasi yang layak?
Tahun 2023 tahun fluktuatif investasi, terutama di pasar modal. Diawali iklim investasi menarik karena inflasi tahunan yang sempat 5,47% pada Februari. Inflasi turun ke 4,33% secara tahunan atau year on year (yoy) di akhir April 2023.
Penurunan inflasi mengakibatkan ekspektasi penurunan suku bunga. Namun ketidakpastian ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan antisipasi kenaikan bunga Fed menjadi katalis negatif yang menekan IHSG ke level 6.600-an di pertengahan Mei
Di sisi lain, Indonesia menyelenggarakan pemilu tahun depan, yang diperkirakan berdampak positif ke roda perekonomian. Kampanye identik dengan pengeluaran yang besar dan dapat mendorong konsumsi masyarakat.
Ditambah terpilihnya pemimpin baru membuka kesempatan dan juga kepastian dalam berusaha. Dengan potensi demikian menjadi menarik mencoba peruntungan dan berinvestasi tahun ini.
Untuk Anda yang memiliki profil risiko risk averse dan cenderung konservatif, deposito menjadi pilihan, pada tahun 2023 sejalan dengan inflasi yang sempat naik.
Bank Indonesia (BI) sudah menetapkan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5,75%. Hingga akhir tahun ini diperkirakan mengalami penurunan inflasi. Sehingga suku bunga ini sulit naik dan bisa menurun bila suku bunga Fed turun.
Tapi ingat, pendapatan bunga terkena pajak final 20%. Jika bunga 5,75%, netnya 4,6%. Alternatif deposito adalah reksadana pasar uang yang menempatkan sebagian besar dana di deposito. Keunggulannya, karena penempatan dana besar dapat menegosiasi bunga lebih tinggi.
Bagi yang mengharapkan imbal hasil di atas deposito dan sanggup menerima risiko fluktuasi harga dengan risiko terukur obligasi bisa menjadi alternatif.
Baca Juga: Mengintip Rahasia Robert Kiyosaki agar Bisa Kaya Raya
Untuk investor perorangan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) bisa jadi pilihan. Tahun 2023 rata-rata imbal hasil obligasi ORI diperkirakan 6,25%. Investasi obligasi terkena pajak penghasilan 10%.
Bagi yang berani mengambil risiko, pasar saham Indonesia masih tergolong murah setelah mengalami fluktuasi di tahun 2023. Banyak studi membuktikan, dalam jangka panjang investasi di instrumen ini menguntungkan.
Jadi bila Anda memiliki horizon jangka panjang tidak ada salahnya berinvestasi saham. Pada artikel sebelumnya bila sanggup berinvestasi di atas 10 tahun rata-rata imbal hasil bisa 11%-13%.
Anda dapat membeli saham langsung. Tapi harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar menganalisa agar tidak terjerumus membeli saham berfundamental tidak baik. Alternatif lain, reksadana saham
Bila Anda tidak tertarik dengan pasar modal bisa memegang mata uang asing seperti dollar AS. Di 2023 nilai tukar dollar AS melemah 6% dari Rp 15.731 ke Rp 14.810 terkait kekhawatiran decoupling dollar akibat panasnya geopolitik dengan China.
Baca Juga: Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Eksportir Saat Ekonomi AS Melambat
Deposito dollar AS menghasilkan rata-rata 2%. Investor juga bisa berinvestasi dalam dollar AS melalui reksadana. Salah satu pilihan baru adalah reksadana syariah global yang dapat menempatkan 100% dana ke luar negeri.
Alternatif berikut, membeli emas. Di 2023 harga emas berfluktuasi dari US$ 1.835 ke US$ 2.056 per ons troi sampai tutup US$ 1.984 per ons troi atau naik 8,1%. Pertimbangkan faktor likuiditas dan keamanan saat berinvestasi logam mulia.
Tak ada yang bisa menebak arah ekonomi kita. Sebaiknya investor diversifikasi. Bagi investor risk averse, mayoritas dana sebaiknya di deposito atau reksadana pasar uang.
Bagi moderat, beriorientasi 3 tahun, alokasinya 50% berbasis obligasi, 30% berbasis saham dan 20% instrumen pasar uang. Porsi saham bisa untuk instrumen alternatif lain tapi risiko juga meningkat.