Bihun Instan

Kamis, 11 Agustus 2022 | 08:00 WIB
Bihun Instan
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kalau berdiri di depan rak makanan instan di ritel modern, niscaya kita akan menemukan berbagai macam menu. Tidak hanya mie instan, saat ini macam-macam pasta, makaroni, bihun, misoa instan sudah tersedia di situ.

Kita tinggal pilih sesuai selera saja. Tidak heran, tahun 2021 lalu, menurut Instannoodles.org, milik World Instant Noodles Association, konsumsi mie instan di Indonesia mencapai 13,37 miliar bungkus. Masih dalam situs yang sama, disebutkan sajian mie instan paling favorit di Indonesia adalah mie goreng.

Mie instan jadi perhatian, karena dibilang bakal mengalami kenaikan harga sampai tiga kali lipat.

Sebabnya, pasokan gandum langka, karena perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan. Jadi, kalau Anda sekarang membeli mie instan goreng kegemaran seharga Rp 2.850, saat naik, banderolnya Rp 8.550 per bungkus. Mahal? 

Kabar kenaikan harga tiga kali lipat ini sudah dibantah oleh Indofood, sebagai penguasa pasar mie instan Indonesia. Bisa jadi harga mie instan mengalami kenaikan, tapi tidak sebanyak itu, karena pasokan gandum Indonesia aman. 

Toh di balik heboh kenaikan harga mie instan, Pemerintah menyadari bahwa pasokan pangan kita masih bergantung pada impor, terutama gandum, jagung, dan kedelai.

Tahun lalu, impor gandum Indonesia mencapai 11,69 juta ton. Impor jagung tahun lalu 987 ribu ton, dan impor kedelai sebanyak 2,5 juta ton.

Gandum agak berbeda dengan jagung dan kedelai yang bisa dibudidayakan di Indonesia. Ditjen Tanaman Pangan mengatakan, sejak tahun 2000, Pemerintah sudah mencari lahan yang tepat untuk budidaya gandum, tapi tak ketemu.

Upaya swasembada gandum ini, sejatinya juga sudah dimulai jauh sebelum itu. F Rahardi, pemerhati agribisnis, mencatat bahwa Pemerintah Orde Baru pernah bergandengan dengan produsen tepung terigu terbesar di Indonesia, mendatangkan bibit gandum tropis dari India, China, dan Meksiko.

Bibit ini disebar ke 18 provinsi untuk ditanam. Tapi, tidak ada satupun yang membuahkan hasil. Makanya, sampai kini, kita masih jadi importir gandum terbesar dunia. Jangan lupa pula, bahwa gandum yang kita impor belakangan, merupakan gandum tropis dari India. 

Jika substitusi gandum sulit, sebaiknya para produsen instants noodles mulai banyak mempromosikan mie yang terbuat dari tepung beras, yakni bihun. Bukankah kita sudah swasembada beras? Jadi, harga bihun instan, semestinya lebih stabil.

Bagikan

Berita Terbaru

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 10:10 WIB

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?

Sepanjang tahun 2025 berjalan, harga saham emiten kapal mengalami kenaikan harga signifikan, bahkan hingga ratusan persen.

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII  Malah Terbang 31,85%
| Minggu, 21 Desember 2025 | 09:05 WIB

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII Malah Terbang 31,85%

Peluncuran produk baru seperti Veloz Hybrid diharapkan bisa menjadi katalis penahan penurunan volume penjualan. 

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:31 WIB

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika

Kebijakan QE akan mengubah perilaku investor, perbankan dan institusi memegang dana lebih hasil dari suntikan bank sentral melalui obligasi. 

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,16% secara harian ke Rp 16.750 per dolar AS pada Jumat (19/12)

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:15 WIB

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar

Transformasi bertahap ini dirancang untuk memperkuat ketahanan BUMI, mengurangi ketergantungan pada satu siklus komoditas.

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:06 WIB

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?

Tantangan utama bagi Grup Merdeka pada 2026 masih berkaitan dengan volatilitas harga komoditas, terutama nikel. 

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:42 WIB

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun

Dana bersih dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja. 

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025

Dana kelolaan reksadana syariah mencapai Rp 81,54 triliun per November 2025, meningkat 61,30% secara year-to-date (ytd). 

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG

Di tengah dorongan transisi menuju ekonomi rendah karbon, perbankan diposisikan sebagai penggerak utama pembiayaan berkelanjutan.

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi

​ Pemerintah, dengan semangat dan ambisi besar seperti biasanya, menargetkan 2026 sebagai pijakan awal menuju mimpi pertumbuhan ekonomi 8%.

INDEKS BERITA

Terpopuler