Bisa Jadi Backbond Kelistrikan, Bisnis Pembangkit Geothermal Kian Panas
Jumat, 30 Juli 2021 | 06:00 WIB
Reporter:
Filemon Agung |
Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan realisasi investasi panas bumi hingga semester I 2021 mencapai US$ 357 juta. Jumlah ini setara 48,9% dari target tahun ini sebesar US$ 730 juta.
Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM, Harris mengungkapkan, keseluruhan investasi ini bersumber dari proyek-proyek existing. "Seluruhnya dari lapangan yang sudah ada, karena sejak awal tahun 2020 tidak ada investasi baru yang masuk," ungkap dia ke KONTAN, Kamis (29/7).
Harris menambahkan, perizinan yang terakhir terbit untuk kegiatan pengelolaan panas bumi berupa Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSEP). Izin ini terjadi pada Januari 2020.
Jika dirinci, besaran investasi hingga semester I 2021 terdiri dari investasi sebesar US$ 284 juta untuk Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) yang sudah beroperasi, US$ 63 juta untuk lapangan tahap eksploitasi hingga konstruksi dan sebesar US$ 10 juta untuk lapangan tahap eksplorasi.
"Rendahnya realisasi investasi untuk lapangan tahap eksplorasi sampai konstruksi disebabkan oleh aktivitas atau pekerjaan fisik di lapangan terkendala oleh pembatasan-pembatasan akibat Covid 19, bahkan proyek-proyek PSPE umumnya terhenti," katanya.
Memasuki semester II-2021, Kementerian ESDM masih menargetkan tambahan investasi bersumber dari PLTP yang sudah beroperasi. Dampak pandemi Covid-19 masih berpotensi menghambat investasi pada lapangan yang dalam tahapan eksplorasi sampai tahapan konstruksi.
"Selain itu, tambahan realisasi yang diharapkan adalah dari pengeboran eksplorasi yang sedang dilaksanakan oleh Badan Geologi (Government Drilling)," imbuh Harris.
Banyak pemain
Produsen panas bumi di Indonesia di antaranya PT Pertamina Geothermal Energy, PT Geo Dipa, PT PLN G&G, Medco Power, Star Energy.
Pertamina Geothermal Energy (PGE), misalnya, mengalokasikan investasi mencapai US$ 58,62 juta untuk pengembangan panas bumi tahun ini. Secara umum, PGE menargetkan pengembangan panas bumi bisa meningkat dua kali lipat hingga tahun 2026 mendatang.
"Untuk tahun 2021, PGE menganggarkan investasi sebesar US$ 58,62 juta," kata Public Relation PT Pertamina Geothermal Energy, Sentot Yulianugroho kepada KONTAN, Kamis (29/7). Saat ini PGE memiliki kapasitas PLTP sebesar 672 Megawatt (MW).
PLN juga terus menambah proyek geothermal. Saat ini PLN mengoperasikan PLTP dengan total kapasitas 572 MW dan menghasilkan listrik 4.128 GWh.
Dalam pengembangan panas bumi ini, PLN menyiapkan proyek PLTP dengan kapasitas hingga 360 MW dan sinergi BUMN sebesar 230 MW. Tidak hanya itu, pengembangan dilakukan dengan meningkatkan kapasitas PLTP yang telah beroperasi.
"Keberhasilan ini merupakan hasil dari sinergi BUMN, antara PLN, Pertamina Geothermal Energy dan Geodipa Energy," ujar Agung Murdifi, Senior Vice President CSR and Corcomm PT PLN.
Bukan hanya BUMN, swasta juga gencar mengembangkan panas bumi. Star Energy, anak usaha PT Barito Pacific Tbk, terus memacu ekspansi panas bumi. Untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis panas bumi di tahun 2021, Star Energy Geothermal menyediakan dana belanja modal (capex) sekitar US$ 110 juta.
Berdasarkan materi paparan publik BRPT pada November 2020, Star Energy Geothermal memiliki tiga operasi panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 875 MW. Di antaranya adalah PLTP Wayang Windu di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang memiliki kapasitas terpasang sebesar 227 MW, PLTP Salak di Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat, yang berkapasitas 377 MW, serta PLTP Darajat di Kabupaten Garut dan Bandung, Jawa Barat berkapasitas 271 MW.
PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) juga baru mengoperasikan PLTP dengan kapasitas mencapai 48 MW. Proyek PLTP Sorik Marapi di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Sorik-Marapi-Roburan-Sampuraga memiliki target pengembangan total hingga 240 MW.
Ada pula Medco Power yang telah mengoperasikan PLTP Sarulla dengan kapasitas 330 MW.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.