Bisnis Asuransi Rangka Kapal Masih Tersendat

Sabtu, 23 Maret 2019 | 06:29 WIB
Bisnis Asuransi Rangka Kapal Masih Tersendat
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis asuransi rangka kapal atau biasa disebut marine hull masih belum berkembang pesat. Malahan premi asuransi rangka kapal ini trennya mengalami penurunan.

Berdasarkan laporan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), per 2018, perolehan premi asuransi ini turun 1,41% secara year on year (yoy), dari Rp 1,59 triliun per 2017 menjadi Rp 620 miliar. Tahun ini pun diprediksi tidak akan ada banyak perubahan dari bisnis marine hull ini. "Kalaupun tumbuh, tidak signifikan," kata Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe, Direktur Eksekutif AAUI.

Ketua Umum AAUI Dadang Sukresna menambahkan bahwa lini bisnis ini memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi industri asuransi umum. Alasannya, risiko yang dilindungi oleh jenis asuransi ini besar sekali.

Sementara itu, kapal-kapal yang dijamin sudah berumur tua. "Industri kelautan juga masih sangat bisa dibilang belum benar-benar diperhatikan secara intensif," kata dia, Rabu (13/3).

Oleh karena itu, menurut Dody, pertumbuhan asuransi rangka kapal baru akan tinggi jika kapal-kapal Indonesia diremajakan dan patuh pada pemeliharaan kapal.

Di sisi lain, perusahaan asuransi juga perlu meningkatkan kemampuan para underwriter. Menurut Dody, agar bisa bertahan dalam lini bisnis ini, underwriter memerlukan pengetahuan khusus dan pengalaman terkait asuransi rangka kapal.

Perusahaan tersebut juga perlu memiliki kemampuan memperhitungkan arus kas perusahaan. Alasannya, nilai klaim asuransi rangka kapal cukup besar.

PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) mencatat, per tahun 2018, premi asuransi rangka kapal menurun 20,6% secara tahunan menjadi sekitar US$ 11,46 juta. Presiden Direktur Tugu Insurance Indra Baruna mengatakan, penurunan premi terjadi karena harga pasar asuransi ini sempat melemah. "Porsinya mencakup 6% dari premi total pada tahun 2018," kata dia.

Bagi Indra, tantangan pertama adalah untuk memperoleh akurasi data kerugian maupun pergerakan kapal, mengingat nilai klaim yang cukup besar.Direktur PT Asuransi Central Asia (ACA) Debbie Wijaya mengatakan, premi asuransi rangka kapal perusahaannya juga menurun.

Alasannya ekonomi nasional yang sedang lesu. "Pengiriman barang berkurang. Dengan begitu, pemasukan berkurang sehingga tidak bisa membayar premi asuransi," ujar Debbie.

Bagikan

Berita Terbaru

Menjelang Libur Akhir Pekan, Cek Dulu Rekomendasi Saham Hari Ini, Jumat (3/10)
| Jumat, 03 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Menjelang Libur Akhir Pekan, Cek Dulu Rekomendasi Saham Hari Ini, Jumat (3/10)

Meski indeks menguat, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih alias net sell sekitar Rp 1,4 triliun.

Ekonomi Belum Matang, Rupiah Jadi Rentan
| Jumat, 03 Oktober 2025 | 06:29 WIB

Ekonomi Belum Matang, Rupiah Jadi Rentan

Pergerakan rupiah dalam jangka pendek diperkirakan masih rentan                                     

Masih Merugi, Fast Food Indonesia (FAST) Tutup 19 Gerai KFC
| Jumat, 03 Oktober 2025 | 06:26 WIB

Masih Merugi, Fast Food Indonesia (FAST) Tutup 19 Gerai KFC

Imbas penutupan gerai, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 400 karyawan.​

Pengusaha Bisa Agunkan Patriot Bond ke Himbara
| Jumat, 03 Oktober 2025 | 06:25 WIB

Pengusaha Bisa Agunkan Patriot Bond ke Himbara

Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Sjahrir mengatakan, Patriot Bond bersifat tradable dan dapat dijadikan agunan di bank Himbara.​

Utilitas Produksi Tekstil Terus Menciut
| Jumat, 03 Oktober 2025 | 06:25 WIB

Utilitas Produksi Tekstil Terus Menciut

Kondisi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional masih menghadapi tekanan berat pada tahun ini.

Sinar Mas Agro (SMAR) Akan Melunasi Obligasi Jatuh Tempo Senilai Rp 548 Miliar
| Jumat, 03 Oktober 2025 | 06:21 WIB

Sinar Mas Agro (SMAR) Akan Melunasi Obligasi Jatuh Tempo Senilai Rp 548 Miliar

PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) akan melunasi obligasi jatuh tempo senilai Rp 548 miliar. ​

Rupiah Masih Bisa Menguat pada Jumat (3/10)
| Jumat, 03 Oktober 2025 | 06:20 WIB

Rupiah Masih Bisa Menguat pada Jumat (3/10)

Pada Kamis (2/10), rupiah menguat 0,22% jadi Rp 16.598 per dolar AS. Jisdor BI juga menguat 0,41% secara harian ke level Rp 16.612 per dolar AS. 

Berharap Ada Insentif demi Mendorong Pangsa Pasar Perbankan Syariah
| Jumat, 03 Oktober 2025 | 06:20 WIB

Berharap Ada Insentif demi Mendorong Pangsa Pasar Perbankan Syariah

Aset perbankan syariah mencapai Rp 967,3 triliun per Juni 2025, tumbuh 7,83% YoY. Pangsa pasarnya ke total aset perbankan hanya 7,41%.​

Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Kejar Target Ekspansi 1.000 Gerai Baru di 2025
| Jumat, 03 Oktober 2025 | 06:15 WIB

Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Kejar Target Ekspansi 1.000 Gerai Baru di 2025

Hingga semester I-2025, realisasi penambahan gerai PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sudah sebanyak 500 unit.​

Mandat Baru Berisiko Gerus Independensi BI
| Jumat, 03 Oktober 2025 | 06:14 WIB

Mandat Baru Berisiko Gerus Independensi BI

Menilik nasib BI, OJK, dan LPS dalam rancangan beleid PPSK hasil harmonisasi                        

INDEKS BERITA

Terpopuler