Bisnis E-Commerce Gulung Tikar

Sabtu, 11 Januari 2025 | 02:27 WIB
Bisnis E-Commerce Gulung Tikar
[ILUSTRASI. Warga mencari barang di lokapasar atau marketplace, Depok, Jawa Barat, Jumat (5/1/2023). ANTARA FOTO/Mecca Yumna/sgd/YU]
Rahma Sugihartati | Guru Besar Sains Informasi FISIP Universitas Airlangga

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun 2025, eforia perkembangan bisnis e-commerce tampaknya benar-benar mencapai anti klimaks. Ekonomi digital yang semula digadang-gadang bakal menjadi tulang punggung perkembangan bisnis di Indonesia, ternyata kenyataan di lapangan tidak seperti yang diharapkan.

Dalam 10 tahun terakhir, sejumlah platform e-commerce dilaporkan telah gulung tikar.

PT Bukalapak.com Tbk yang disebut-sebut sebagai platform e-commerce potensial, misalnya, justru berencana akan menutup layanan marketplace dalam waktu dekat.

Platform ini secara resmi telah mengumumkan bakal menutup layanan penjualan produk fisik di marketplace per Februari 2025 nanti, dan berencana akan fokus pada penjualan produk virtual, seperti pulsa, paket data, token listrik, angsuran kredit, BPJS Kesehatan, TV kabel, dan lain-lain (KONTAN, 9 Januari 2025).

Sebelum Bukalapak mengumumkan mengurangi segmen bisnisnya, tidak sedikit platform e-commerce lain yang telah terlebih dahulu menutup bisnisnya. Pegipegi, misalnya, setelah 12 tahun beroperasi, akhirnya startup ini ini menghentikan layanannya mulai 10 Desember 2023 lalu.

Demikian pula JD.ID, Fabelio, Elevenia, dan lain-lain dilaporkan sudah tidak lagi beroperasi. Ada indikasi kuat, bisnis e-commerce tidak lagi menjanjikan.

Dalam lima tahun-sepuluh tahun terakhir, e-commerce awalnya adalah layanan belanja daring yang makin marak berkembang di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Selama kurang lebih satu dekade, muncul berbagai jenis e-commerce yang menawarkan kemudahan dan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Tetapi, ketika pandemi telah berakhir, dan mobilitas masyarakat konsumen kembali pada pola semula, maka perilaku berbelanja konsumen pun tak lagi selalu online.

Para pelaku bisnis e-commerce yang berkembang karena mendapatkan suntikan dana dari investor lokal maupun asing, pelan-pelan mulai menyadari bahwa pasar daring cenderung stagnan bahkan berkurang. Pertumbuhan platform e-commerce yang luar biasa pesat akhirnya mencapai titik jenuh. 

Di tengah iklim persaingan yang makin ketat, sejumlah e-commerce yang semula berkembang di Indonesia, akhirnya tidak lagi mampu mempertahankan kelangsungan bisnisnya.

Satu per satu platform e-commerce akhirnya harus memberhentikan pegawainya dan bahkan menutup usahanya. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan platform e-commerce harus gulung tikar.

Pertama, karena para investor cenderung makin selektif dalam menanamkan modalnya, dan mereka kini beralih ke instrumen investasi yang lebih aman ketimbang harus menyuntikkan dana ke e-commerce. Banyak investor mulai bersikap realistis.

Mereka tidak lagi sekadar hanya menanamkan modalnya untuk bisnis e-commerce, tapi mulai melihat situasi pasar yang tidak lagi bersahabat. Persaingan antarplatform e-commerce yang makin ketat menyebabkan bisnis belanja daring ini mulai mengalami titik jenuh dan tidak lagi berkembang seperti yang diharapkan.

Kedua, berkaitan dengan masalah keamanan dalam transaksi bisnis online yang belum sepenuhnya memadai. Di Indonesia, tidak sedikit muncul kasus penipuan dan tindak kejahatan siber yang merugikan konsumen.

Data pribadi konsumen, misalnya, tidak terlindungi dengan baik, sehingga di masyarakat wajar jika muncul kekhawatiran bakal menjadi korban cyber crime.

Selama ini, kekurangan e-commerce yang meresahkan adalah sering terjadinya praktik penipuan dan transaksi palsu yang merugikan konsumen.

Dalam beberapa kasus, terkadang masih terjadi konsumen yang sudah terlanjur memesan sebuah barang dan telah membayarnya, ternyata platform yang diakses abal-abal. Uang konsumen pun hilang karena korban penipuan daring.

Ketiga, kemampuan pelaku e-commerce dalam melakukan promosi dan pengembangan web, diakui atau tidak masih belum sepenuhnya memadai. Berbagai kendala, seperti tautan yang tidak berfungsi ketika diakses konsumen atau web yang tidak bisa dibuka, tidak jarang membuat konsumen kecewa dan kemudian mencari platform yang lain.

Selain itu, koneksi antara konsumen dan pebisnis seringkali juga belum dikembangkan dengan baik, sehingga keterlekatan konsumen belum terbangun erat. Bagi konsumen, kemudahan berbelanja dan keamanan bertransaksi adalah dua hal yang mereka ingin peroleh ketika berbelanja online.

Berbeda dengan berbelanja langsung di pasar, berbelanja secara online butuh kepercayaan yang besar, sebab antara penjual dan pembeli tidak bertemu langsung secara fisik.

Keempat, karena mobilitas masyarakat kembali hilir mudik secara fisik, terutama setelah pencabutan kebijakan PPKM di seluruh wilayah Indonesia pada akhir Desember 2022 lalu.

Masyarakat, yang mulai mengenal transaksi daring, pelan-pelan kembali menikmati berbelanja di supermarket, mal, dan berbagai toko konvensional ketimbang mengakses platform e-commerce.

Bagi konsumen, mereka yang sudah terbiasa menikmati aktivitas berbelanja sambal jalan-jalan, tampaknya rindu kembali pada kebiasaan lamanya. Belanja luring tetap jadi daya tarik tersendiri.

Titik jenuh

Dalam satu-dua tahun terakhir, berbelanja di platform e-commerce harus diakui makin kehilangan pelanggannya. Akibat pasar yang berkurang dan tidak ada lagi suntikan dana dari investor, membuat para pelaku bisnis e-commerce berusaha mengurangi kerugian dengan cara mengurangi promosi.

Saat ini, tidak sedikit platform e-commerce yang justru menambah biaya administrasi dan potongan penjualan kepada penjual. 

Padahal, ketika penjual membebankan kenaikan biaya administrasi ini kepada konsumen, konsekuensinya harga berbagai produk yang ditawarkan dalam platform menjadi tidak lagi kompetitif.

Konsumen yang di awal sering mendapat tawaran diskon dan promosi lainnya, kini makin jarang mendapatkannya. Keasyikan membeli produk di e-commerce pun tidak lagi diperoleh. Pada titik inilah animo masyarakat membeli daring menjadi berkurang.

Dalam beberapa tahun belakangan, satu per satu platform e-commerce mulai bertumbangan. Tidak jarang, belum setahun berdiri, platform e-commerce justru menutup usahanya dan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawannya.

Satu per satu platform e-commerce gulung tikar karena situasi pasar yang sudah jenuh. Daya beli masyarakat yang turun dan kondisi perekonomian nasional yang tak kunjung membaik, membuat usaha perdagangan online kehilangan konsumennya.

Saat ini, e-commerce yang bertahan adalah pemain-pemain kuat yang memiliki jaringan kuat. Peluang pemain baru di e-commerce menjadi sangat kecil karena iklim persaingan yang makin ketat. Semakin banyak persaingan, semakin sulit perusahaan online untuk mencari pelanggan baru.

Mereka makin sulit memenangkan perlombaan dalam menawarkan layanan dan produk terbaik, karena bisnis ini memang sudah mencapai titik jenuh. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk
| Selasa, 30 Desember 2025 | 15:00 WIB

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk

Menurut analis, model bisnis RMKE memiliki keunggulan, terutama dari sisi efektifitas biaya, keselamatan, kepatuhan regulasi, dan biaya.

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama
| Selasa, 30 Desember 2025 | 11:00 WIB

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama

Goldman Sachs dalam risetnya menilai pasar minyak global masih akan berada dalam kondisi kelebihan pasokan pada 2026.

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi
| Selasa, 30 Desember 2025 | 09:22 WIB

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi

Di masa lalu, kekayaan ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terdengar mustahil. Hari ini, angka-angka itu menjadi berita rutin. 

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:12 WIB

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026

Di sejumlah negara dengan pendekatan populis yang kuat, peran pemerintah melalui jalur fiskal begitu kuat, mengalahkan peran ekonomi swasta.

Bayar Tagihan Ekologis
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:02 WIB

Bayar Tagihan Ekologis

Penerapan kebijakan keberlanjutan di sektor perkebunan dan pertambangan tak cukup bersifat sukarela (voluntary compliance).

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:06 WIB

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting

ESDM mencatat, realisasi lifting minyak hingga akhir November 2025 berada di kisaran 610.000 bph, naik dari capaian 2024 yang sekitar 580.000 bph.

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:05 WIB

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki

Di sepanjang tahun 2025, kinerja saham emiten properti terus melaju. Alhasil, indeks saham emiten properti ikut terdongkrak.

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:01 WIB

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan

Sektor mineral dan batubara turut menopang anggaran negara melalui setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara

Fokus utama PRDA diarahkan pada pengembangan layanan kesehatan masa depan, terutama di bidang terapi regeneratif 

INDEKS BERITA

Terpopuler