Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain

Selasa, 04 November 2025 | 16:38 WIB
Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain
[ILUSTRASI. Virtual currencies Bitcoin, Ethereum, and Dogecoin placed on a pile of fake gold bars in Clermont-Ferrand France on March 25 2025.]
Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja bitcoin di Oktober 2025 sangat volatil dengan catatan harga tertinggi di level US$ 126.199 dan harga terendahnya di level US$ 103.598. Alhasil, di akhir periode, bitcoin mencatatkan return negatif 3,69% di level US$ 109.556 di Oktober, mematahkan return historis positif yang biasanya terjadi.

Bitcoin juga tercatat kembali tertekan pagi ini, karena berada di level US$ 108.115 atau turun 1,69% dalam 24 jam terakhir. Penurunan ini menambah tekanan mingguan bitcoin yang sudah terkoreksi 5,99% dalam sepekan belakangan. Adapun secara bulanan, bitcoin berada di zona merah dengan penurunan 11,48% dalam 30 hari terakhir,

Melihat hal ini Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur memproyeksi tren koreksi bisa saja masih berlanjut di November 2025.

Dia menilai bahwa secara historis, November merupakan salah satu bulan terbaik bagi bitcoin dengan median return 11,2%.

"Jika support di US$ 110.000 mampu dipertahankan dan investor institusional kembali akumulasi, pasar berpeluang berbalik arah menuju zona US$ 120.000–US$ 140.000," ujarnya kepada KONTAN, Senin (3/11).

Namun, lanjut dia, tanpa katalis baru bitcoin kemungkinan akan bergerak konsolidatif di kisaran US$ 108.000–US$ 115.000 sepanjang November.

Asal tahu saja, kinerja bitcoin yang anjlok 3,69% di Oktober 2025 menandai pelemahan tajam dari tren historis bulan tersebut yang biasanya kuat. Volatilitas tinggi dipicu oleh aksi ambil untung institusional, sinyal teknikal yang melemah, serta ketidakpastian kebijakan The Fed.

Dalam sepekan terakhir, bitcoin bahkan turun 5,9% dan gagal mempertahankan level penting di US$ 114.900. Tekanan jual makin terasa setelah dana keluar besar-besaran dari ETF bitcoin spot senilai US$ 799 juta, sementara ETF solana justru mencatat arus masuk US$ 199 juta.

"Hal ini menandakan terjadinya rotasi modal dari bitcoin ke aset berisiko lebih tinggi," imbuh Fyqieh.

Meski tekanan jangka pendek masih terasa, beberapa faktor makro memberi harapan stabilisasi. The Fed baru-baru ini menyuntikkan likuiditas sebesar US$ 29,4 miliar, terbesar sejak tahun 2000, dan PBoC di Tiongkok juga menambah stimulus untuk menahan deflasi. Likuiditas global yang meningkat bisa menjadi katalis pemulihan harga, apalagi jika arus masuk ETF kembali positif.

Panji Yudha Financial Expert Ajaib menyebutkan bahwa November secara historis adalah bulan terkuat untuk BTC, mencatatkan rata-rata return yang fenomenal sebesar 42,50%.

"Data historis ini memberikan baseline bullish yang kuat, dengan katalis pendorong penghentian quantitative tightening (QT) pada 1 Desember dan berakhirnya ketidakpastian perdagangan AS-Tiongkok pasca-KTT APEC. Jika sentimen risk-on pulih, inflow ETF akan kembali dominan," urai Panji Yudha.

Panji Yudha mengemukakan selain bitcoin, ada beberapa koin crypto yang layak dicermati karena memiliki katalis spesifik yang signifikan dalam beberapa bulan ke depan yakni ethereum dan solana.

Ethereum (ETH) berada dalam watchlist karena dijadwalkan meluncurkan upgrade besar bernama Fusaka ke mainnet pada 3 Desember 2025.

Upgrade ini, yang merupakan kelanjutan dari konsep Dencun, berfokus pada skalabilitas, ketersediaan data (PeerDAS), dan peningkatan kapasitas Layer-2, menjadikannya aset fundamental yang kuat di kuartal IV dan kuartal I.

Sementara itu, Solana (SOL) didukung oleh katalis ETF dan Likuiditas Institusional. Persetujuan ETF Solana Bitwise (BSOL) Staking di AS telah membuka akses likuiditas baru dari pasar keuangan tradisional, yang memungkinkan investor mendapatkan eksposur SOL dengan mudah dan yield tambahan.

"Peningkatan akses institusional ini diharapkan dapat mendorong permintaan dan harga SOL secara bertahap. Secara historis, baik Ethereum maupun Solana menunjukkan kinerja yang kuat di kuartal-I dan kuartal-IV," ujarnya. 

Sebagai informasi saja, berdasarkan data dari Tradingview, pada periode Januari hingga Maret, pihaknya mencatatkan rata-rata return yang solid untuk ETH sebesar 11,36% dan SOL sebesar 13,38%, dengan bulan Maret menjadi bulan terbaik bagi keduanya.

Sementara itu, kuartal-IV secara rata-rata kinerja kedua koin tersebut lebih bullish, menghasilkan return rata-rata sebesar 21,37% untuk ETH dan 23,43% untuk SOL.

Bulan November secara khusus menonjol sebagai bulan dengan rata-rata return bulanan tertinggi untuk kedua aset tersebut, dengan ETH mencetak rata-rata 27,08% dan SOL mencatat 25,56%. Kinerja historis ini menegaskan potensi kedua aset untuk mencetak reli signifikan di akhir tahun.

Sementara itu, Fyqieh Fachrur melihat beberapa altcoin seperti Solana (SOL), Cardano (ADA), Chainlink (LINK), Litecoin (LTC), dan Uniswap (UNI)  menarik untuk dicermati.

Membaiknya sentimen pasar didorong oleh meningkatnya likuiditas global, dinilai oleh Fyqieh membuat investor kembali melirik aset berisiko.

"Dalam kondisi ini, beberapa token seperti solana (SOL), cardano (ADA), chainlink (LINK), litecoin (LTC), dan uniswap (UNI) dinilai menarik karena menunjukkan tanda-tanda akumulasi, penguatan teknikal, serta potensi kenaikan harga jangka pendek," kata dia.

Solana (SOL) tetap menjadi sorotan utama setelah mencatat arus masuk besar ke ETF Solana senilai US$199 juta, menunjukkan adanya rotasi modal dari bitcoin ke altcoin.

Ekosistem solana yang aktif di sektor DeFi dan staking terus memperkuat fundamentalnya, dan jika tren ETF berlanjut, harga SOL berpotensi bergerak ke kisaran US$ 300–US$ 400.

Sementara itu, cardano (ADA) menarik perhatian dengan rencana peluncuran sidechain Midnight yang dapat memperluas fungsionalitas jaringannya. Fyqieh mengatakan, meski belum mencatat inflow institusional besar, proyek ini dianggap sebagai salah satu altcoin dengan potensi fundamental jangka menengah yang solid.

Selain dua nama besar tersebut, chainlink (LINK) juga muncul sebagai kandidat kuat untuk reli di November. Setelah anjlok lebih dari 15% pada Oktober, data on-chain menunjukkan whale menambah kepemilikan hingga 11,46 juta LINK senilai sekitar US$ 205 juta. Struktur harga yang membentuk pola symmetrical triangle dengan kemungkinan breakout di atas US$ 18,25 mengindikasikan potensi kenaikan menuju US$ 20–US$ 23.

CEO NoOnes, Ray Youssef, menilai akumulasi whale setelah koreksi merupakan sinyal klasik “smart money” yang bersiap menghadapi ekspansi aset RWA.

Sementara itu, litecoin (LTC) dan uniswap (UNI) juga patut diperhatikan. ETF litecoin baru saja mencetak rekor volume US$ 1,1 juta hanya dalam dua jam pertama peluncuran, diiringi akumulasi 110.000 LTC oleh kelompok investor besar. Jika harga mampu menembus resistensi US$ 98, LTC berpotensi melanjutkan kenaikan menuju US$ 106–US$ 135.

Di sisi lain, UNI menunjukkan pola inverse head and shoulders di grafik 12 jam, menandakan pergeseran momentum ke arah bullish. Breakout di atas US$ 6,90 bisa membuka jalan menuju US$ 8,17, atau kenaikan sekitar 29%.

"Dengan kombinasi akumulasi on-chain dan struktur teknikal yang membaik, kelima altcoin ini menjadi kandidat utama yang berpotensi mencatat performa positif sepanjang November 2025," tutup Fyqieh.

Selanjutnya: Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Business Insight

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja
| Selasa, 04 November 2025 | 19:18 WIB

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja

Setelah anak usahanya, PT Indofarma Global Medika pailit, Indofarma (INAF) mencoba tetap bertahan dengan melaksanakan pengurangan karyawan.

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh
| Selasa, 04 November 2025 | 19:09 WIB

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh

Industri batubara Indonesia kini perlu bersiap-siap dengan risiko bisnis besar sejalan dengan turunnya ekspor ke Tiongkok.

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain
| Selasa, 04 November 2025 | 16:38 WIB

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain

Ethereum (ETH) berada dalam watchlist karena dijadwalkan meluncurkan upgrade besar bernama Fusaka ke mainnet pada 3 Desember 2025.

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh
| Selasa, 04 November 2025 | 14:57 WIB

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh

Prabowo tekankan tidak ada masalah pembayaran utang Whoosh, namun belum jelas sumber dana dari APBN atau dari BPI Danantara.

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR
| Selasa, 04 November 2025 | 09:09 WIB

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR

Hingga akhir 2025 MYOR menargetkan laba bersih sebesar Rp 3,1 triliun atau cuma naik sekitar 0,8% dibandingkan tahun lalu.​

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru
| Selasa, 04 November 2025 | 08:49 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru

Investor diharapkan bisa berinvestasi pada saham profit tinggi, valuasi harga dan volatilitas rendah.

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian
| Selasa, 04 November 2025 | 08:45 WIB

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian

Saratoga juga mencatat kerugian bersih atas instrumen keuangan derivatif lainnya Rp 236 juta per 30 September 2025.

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah
| Selasa, 04 November 2025 | 08:16 WIB

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah

Sepanjang Oktober 2025 investor asing institusi lebih banyak melakukan pembelian saham UNTR ketimbang mengambil posisi jual.

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit
| Selasa, 04 November 2025 | 08:02 WIB

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit

PT PAM Mineral Tbk (NICL) meraih pertumbuhan penjualan dan laba bersih per kuartal III-2025 di tengah tren melandainya harga nikel global.

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025
| Selasa, 04 November 2025 | 07:52 WIB

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025

Mayoritas emiten farmasi mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di periode Januari hingga September 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler