KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Demi mengejar target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada 2029, Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2025-2060 menetapkan konsumsi listrik per kapita 1.893 kilowatt hour (kwh) di 2025 dan 2.346 kwh di 2030. Angkanya naik dua kali lebih pada 2060 mencapai 5.038 kWh.
Dalam RUKN 2025-2060 yang merupakan pemutakhiran dari RUKN 2019-2038, pemerintah memproyeksikan, permintaan dan konsumsi listrik per kapita naik secara signifikan, khususnya pertumbuhan selama periode 2025-2029, rata-rata mencapai 6,9% per tahun.
Energi baru dan terbarukan (EBT) bakal menjadi andalan pemerintah dalam memenuhi pertumbuhan permintaan dan konsumsi listrik per kapita. Untuk itu, pemerintah menetapkan target penambahan kapasitas pembangkit listrik mencapai 71 gigawatt (GW) dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034 yang akan terbit dalam waktu dekat.
Sebanyak 60% dari total penambahan kapasitas pembangkit setrum dalam RUPTL PLN 2025-2034 akan menggunakan EBT. Ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam transisi energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Ya, Bumi makin panas. Dalam laporan terbarunya, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengonfirmasi, tahun 2024 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat, berdasarkan enam kumpulan data internasional. Dan, sepuluh tahun terakhir, 2015-2024, merupakan sepuluh tahun terpanas yang pernah tercatat, dalam serangkaian rekor suhu yang luar biasa.
Menurut analisis WMO, suhu permukaan rata-rata global mencapai 1,55 derajat Celcius, di atas suhu rata-rata 1850-1900. Ini membuktikan sekali lagi, pemanasan global adalah fakta yang nyata.
Suhu yang sangat tinggi pada 2024 butuh tindakan yang sangat besar, bukan hanya di 2025 tapi di tahun-tahun mendatang. Tantangan makin besar, lantaran Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump berencana keluar dari Perjanjian Paris 2015. Salah satu isi perjanjian ini: komitmen menjaga kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat Celcius.
Indonesia harus jalan terus sesuai rencana semula. Sekalipun, penambahan pembangkit EBT sejauh ini masih jauh dari harapan, bauran EBT baru 14% dari target 23% di 2025. Mengacu RUKN, kapasitas pembangkit listrik yang mencapai 443 GW pada 2060, sebanyak 79% berasal dari EBT. Target ini harus benar-benar terwujud.