Bunga The Fed Berpeluang Turun, Sektor Properti Bakal Melaju

Rabu, 12 Juni 2019 | 06:28 WIB
Bunga The Fed Berpeluang Turun, Sektor Properti Bakal Melaju
[]
Reporter: Yoliawan H | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspektasi bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga kembali menyeruak di bursa global, termasuk di Tanah Air. Sentimen ini ikut mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat.

Angka penyerapan tenaga kerja swasta AS periode Mei yang cuma mencapai 75.000 menjadi pencetus spekulasi penurunan bunga The Fed. Angka tersebut jauh lebih rendah ketimbang rata-rata tahun lalu, yang umumnya di atas 200.000 per bulan.

Data ketenagakerjaan merupakan salah satu dasar penentuan kebijakan The Fed. Sebab, bank sentral AS ingin suku bunganya tetap mendorong ekspansi, tetapi bisa mencapai target inflasi.

Ditambah lagi, Gubernur The Fed Jerome Powell pekan lalu menyatakan, akan bertindak sepantasnya untuk mendorong ekspansi. Mengutip CME Fedwatch Tool, pelaku pasar kian yakin The Fed akan memangkas bunga. Pemangkasan diyakini mulai dilakukan dalam rapat FOMC bulan ini.

Sektor properti

Penurunan bunga The Fed jadi perhatian pelaku pasar lantaran bisa mempengaruhi kebijakan moneter global. Di dalam negeri, penurunan suku bunga The Fed bisa mendorong Bank Indonesia (BI) menurunkan 7-day reverse repo rate. Bank sentral di Australia dan India juga mulai menggelar pelonggaran moneter.

Pada tahun ini, The Fed masih mempertahankan bunga di 2,25%–2,5%, yang ditetapkan sejak Desember 2018. Sedangkan BI masih mempertahankan bunga di level 6% sejak Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2018.

Bila BI mulai menurunkan bunga, sejumlah sektor saham diyakini mendapat angin segar. "Yang paling terdampak oleh penurunan bunga adalah properti," kata Kepala Riset MNC Sekuritas Thendra Crisnanda, kemarin. Dia menjagokan CTRA, BSDE, BEST untuk sektor properti.

Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony menjelaskan, dampak penurunan atau pelonggaran kebijakan suku bunga akan menumbuhkan daya beli masyarakat terhadap properti, khususnya melalui skema kredit atau cicilan. Sektor properti tentu akan baik karena jika suku bunga turun, ada kemungkinan bunga cicilan juga bisa turun, ujar Chris.

Menurut dia, valuasi saham-saham properti sudah cenderung murah saat ini. Ia menilai ada beberapa saham properti yang prospeknya positif, yakni ASRI, CTRA dan SMRA.

Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su menambahkan, sektor properti bak dihembus angin segar. Sebab, selama ini, sektor tersebut tertinggal secara performa.

Sepanjang tahun 2018, indeks sektor saham properti dan real estate terpangkas sampai minus 15,44%, jauh lebih dalam ketimbang IHSG yang turun 8,8%. Sepanjang tahun ini, sektor ini sudah membaik dengan kenaikan 4,8% year to date.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

INDEKS BERITA