KONTAN.CO.ID - BATAM. Lion Air Group membutuhkan anggaran Rp 10 triliun untuk pengembangan jangka panjang fasilitas maintenance, repair & overhaul (MRO) Batam Aero Technic di Batam, Kepulauan Riau. Luas area pengembangan proyek mencapai 30 hektare (ha). Perusahaan itu sudah mengantongi kontrak sewa lahan selama 50 tahun.
Selain biaya pembangunan proyek, anggaran tersebut mencakup belanja peralatan. "Kami akan mencari pendanaan dari internal kas maupun perbankan selama itu feasible (layak dan memungkinkan)," kata Edward Sirait, Direktur Utama Lion Air Group di Batam, pekan lalu.
Sesuai dengan rancang bangun, pembangunan Batam Aero Technic akan berlangsung dalam lima tahap. Lion Air Group sudah sampai tahap III pengembangan. Mereka juga sedang mendekati Honeywell International Inc, perusahaan yang bergerak dalam sistem aeronautika dan jasa teknik untuk bergabung.
Sejauh ini Batam Aero Technic sudah mengoperasikan empat hanggar yang mampu menampung hingga 15 pesawat berbadan sempit. I Nyoman Rai Pering, Presiden Direktur Batam Aero Technic berharap, pada tahun 2029 nanti kapasitasnya meningkat menjadi 42 pesawat.
Selain mengembangkan Batam Aero Technic, tak menutup kemungkinan Lion Air Group mengantarkan salah satu anak usaha menjadi perusahaan publik. Maret 2019 kemarin tersiar kabar jika perusahaan milik Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Rusdi Kirana tersebut, menyiapkan rencana initial public offering (IPO).
Manajemen Lion Air Group menilai, IPO bisa berdampak positif bagi perusahaan. "Selain transparansi, bisa menjadi salah satu sumber dana dan menumbuhkan kepercayaan diri bagi pengelola," tutur Edward, tanpa menyebutkan target realisasinya.