KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cadangan devisa per Maret naik hingga posisi tertinggi selama 11 bulan terakhir. Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa bertambah US$ 1,2 miliar dari posisi terakhirnya menjadi US$ 124,5 miliar di akhir Maret 2019.
"Cadangan devisa ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko, Senin (8/4).
Setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan cadangan devisa naik. Pertama, intervensi Bank Indonesia di pasar valuta asing sebulan terakhir relatif kecil lantaran nilai tukar rupiah sepanjang Maret 2019 stabil. Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah sepanjang Maret relatif stabil di level Rp 14.100–Rp 14.200 per dollar Amerika Serikat (AS).
Kedua, dana asing di portofolio keuangan di dalam negeri mengalami peningkatan pada Maret 2019 lalu. Dalam pengamatan Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, terjadi peningkatan arus modal asing yang masuk (inflow) ke pasar keuangan dalam negeri. Josua memperkirakan inflow ke pasar saham mencapai US$ 117,6 juta dan inflow ke pasar surat berharga negara (SBN) mencapai US$ 1,8 miliar sepanjang bulan Maret 2019 lalu.
Ketiga, BI meningkatkan volume lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) valuta asing menjadi U$ 597,3 juta. Keempat, volume konsumsi bahan bakar minyak (BBM) tidak mengalami lonjakan, sehingga kebutuhan valas untuk impor tidak BBM meningkat. Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan kenaikan harga minyak membuat neraca migas mengalami surplus pada Maret 2019, karena konsumsi di dalam negeri relatif stabil.
Secara umum, menurut hitungan Bank Indonesia nilai cadangan devisa sebesar US$ 124,5 miliar tersebut setara dengan kebutuhan pembiayaan impor selama tujuh bulan, plus kebutuhan valas untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Artinya posisi cadangan devisa ini berada di atas standar kecukupan internasional yakni sekitar tiga bulan kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.