KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cita Mineral Investindo Tbk menargetkan produksi sebesar 9 juta ton metallurgical grade bauxite (MGB) sepanjang tahun ini. Agar operasional bisnis berjalan mulus, mereka menyediakan dana belanja modal atawa capital expenditure (capex) senilai Rp 180 miliar yang bersumber dari kas internal.
Dana belanja modal tahun ini untuk membiayai operasional produksi serta perawatan jalan dan infrastruktur di area pertambangan Cita Mineral. Selama Januari hingga Mei 2019, Cita Mineral sudah menyerap 53,06% capex atau sekitar Rp 95,51 miliar.
Asal tahu, target produksi 9 juta ton MGB tahun ini hampir dua kali lipat ketimbang realisasi produksi tahun lalu yang mencapai 4,6 juta ton.
Tahun lalu, Cita Mineral menjual 80% MGB ke pasar internasional. Barulah 20% sisanya mereka jual ke entitas asosiasi yakni PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. Well Harvest Winning kemudian mengolah MGB menjadi produk bernama smelter grade alumina (SGA).
Pasar utama Cita Mineral di luar negeri adalah China. Perusahaan berkode saham CITA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut menyebutkan Negeri Tembok Raksasa memang sedang haus dengan produk turunan bauksit. Makanya, produk mereka laris di sana.
Meskipun pasar Tiongkok menggiurkan, Cita Mineral berupaya mencari peluang pasar baru. "Sudah ada pembicaraan dengan beberapa pembeli, tapi China masih jadi penyerap mayoritas," kata Yusak Lumba Pardede, Direktur PT Cita Mineral Investindo Tbk saat paparan publik, Kamis (27/6).
Mengacu laporan keuangan per 31 Maret 2019, ada tiga pelanggan dengan nilai transaksi lebih dari 10% terhadap total penjualan Cita Mineral. Ketiganya meliputi Pengtai International Trading Pte Ltd dengan transaksi Rp 420,23 miliar, Chalco Shandong International Trading Co Ltd dengan transaksi sebesar Rp 252,23 miliar dan King Metore International Pte Ltd dengan transaksi Rp 102,05 miliar.
Sejalan dengan perluasan pasar ekspor, Cita Mineral bakal mengajukan tambahan kuota ekspor sebesar 4 juta ton MGB. Maklumlah, sejauh ini mereka hanya mengantongi kuota ekspor sebanyak 3,28 juta ton yang telah diperoleh pada Oktober 2018. Kalau rencana berjalan mulus, komposisi tujuan penjualan MGB tahun ini terdiri dari 7,2 juta ton luar negeri dan 1,8 juta ton dalam negeri.
Adapun hingga April 2019, Cita Mineral sudah menghasilkan 2,7 juta ton MGB atau 30% dari target produksi tahun ini. Artinya dalam delapan bulan mereka harus mengejar sisa target produksi sebanyak 6,3 juta ton MGB.
Meskipun pasar ekspor ekspor sangat menjanjikan, ada kekhawatiran lain yang tumbuh di benak Cita Mineral. Maklum, pemerintah akan menyetop ekspor mineral mentah mulai tahun 2022 mendatang. Makanya mereka juga memacu investasi fasilitas pembangunan pemurnian konsentrat atau smelter.
Satu fasilitas SGA tahap I berkapasitas 1 juta ton per tahun sudah beroperasi melalui entitas asosiasi yakni Well Harvest Winning. "Kalau mau pertambangan bauksit tetap tumbuh, kami harus mengejar smelter karena sekarang meski produksi banyak tapi hanya terserap sekitar 1 juta saja," ungkap Yusak.
Proyek SGA II Meraih Pendanaan
cita-cita PT Cita Mineral Investindo Tbk membangun SGA tahap II berkapasitas 1 juta ton per tahun semakin mendekati kenyataan. Mereka memperkirakan kredit perbankan akan cair dalam sebulan hingga dua bulan ke depan.
Kebutuhan biaya pembangunan proyek mencapai US$ 400 juta. "Konstruksi akan mulai setelah dana dari bank masuk karena kami targetkan Januari 2021 berproduksi," ujar Hidayat Sugiarto, Direktur PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, Kamis (27/6).
PT Cita Mineral Investindo Tbk mengempit 30% saham Well Harvest Winning. Selebihnya milik China Hongqiao Group Ltd, Winning Invesment Company Ltd. dan Shandong Weiqiao Aluminium and Electric Co. Ltd.
Sementara ini, Well Harvest Winning mengoperasikan fasilitas pemurnian yang mengolah metallurgical grade bauxite (MGB) menjadi SGA dengan kapasitas produksi mencapai 1 juta ton per tahun. Mereka menaksi realisasi produksi SGA per Juni 2019 sebanyak 500.000 ton.