Co Founder McEasy, Hendrik Ekowaluyo: Mengoleksi Saham Berfundamental Solid

Sabtu, 17 September 2022 | 04:05 WIB
Co Founder McEasy, Hendrik Ekowaluyo: Mengoleksi Saham Berfundamental Solid
[]
Reporter: Aris Nurjani | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi Hendrik Ekowaluyo, Co-founder McEasy, investasi merupakan salah satu cara untuk menghasilkan uang. Pria yang pernah bersekolah di luar negeri ini mengaku mengenal investasi sejak masih kecil.

Namun, Hendrik baru memulai berinvestasi saat menerima gaji pertama. Hal itu terjadi di tahun 2011 saat dia baru selesai kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan otomotif.

"Saya kuliah di jurusan teknik mesin di Purdue University, Amerika Serikat. Begitu selesai kuliah, saya langsung diterima bekerja di Ford, divisi mobil bagian desain struktural dan manajemen program," ujar Hendrik.

Baca Juga: COO Aplikasi Emiten, Vania Valencia: Investasi Karena Ingin Uang yang Kerja

Gaji pertama yang Hendrik terima, sejurus kemudian sebagiannya berubah menjadi portofolio saham. Kala itu, ia membeli satu lot saham Google. "Ketika saya menerima gaji, baru berani berinvestasi," kenangnya.

Hendrik ingin berinvestasi menggunakan dana yang memang sudah disiapkan untuk investasi. "Saya memang membuat budget untuk menabung dan investasi. Komposisinya saya jaga. Saya juga memastikan menggunakan uang dingin supaya tidak gelisah saat dalam menghadapi fluktuasi hasil investasi," kata dia.

Sebab menurut Hendrik, jika menggunakan uang panas alias uang untuk kebutuhan sehari-hari, biasanya tidak memakai logika karena impulsif yang berlebihan  dan ujung-ujungnya malah merugi. "Kalau saya termasuk konvensional sehingga lebih berhati-hati dan ingin gol yang bisa terukur," katanya.

Fundamental saham

Meski kuliah di jurusan teknik, Hendrik mengaku tidak asing dengan dunia investasi dan keuangan karena latar belakang keluarganya dari dunia perbankan dan bisnis. Dari orang tuanya juga dia belajar bahwa prinsip berinvestasi itu untuk jangka panjang.

"Karena ajaran dari keluarga dan orang tua. Mindset yang diturunkan ke saya adalah tidak boleh gambling, tidak ada hal luar biasa yang bisa dicapai dalam waktu singkat dan tanpa kerja keras," kata pria kelahiran Surabaya ini.

Hendrik berpendapat, sesuatu yang cepat datang biasanya cepat hilang juga, karena karakter short-term investment biasanya ingin cepat merasakan untung. Karena itu, dia lebih lebih memilih investasi jangka panjang.

Baca Juga: Co Founder Lifepal, Benny Fajarai : Penganut Fanatik Value Investing

Hingga kini, lulusan magister dari Purdue University (AS) ini mengaku, saham merupakan portofolio investasi favorit. Tidak sembarangan memilih saham, dia lebih banyak menanam saham dengan fundamental cukup kuat. Memang, ia bukan seorang akuntan dan tidak pernah belajar akuntansi secara profesional.

Hendrik mengaku saat berinvestasi dia menggunakan pola pikir logis seorang insinyur (engineering logical thinking). "Saya mencoba menggunakan engineering logical thinking untuk memahami financial metrics dan trend. Nah, menurut saya, saham bluechips yang berpegang pada fundamental ini memiliki performa yang lebih stabil," tutur dia.

Karena itu, investasi Hendrik di saham lebih banyak pada saham bluechip yang tercatat di bursa Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Menurut dia, saham bluechip menggambarkan perusahaan terkenal dan berkualitas tinggi yang memimpin di industri. Saham-saham bluechips pendapat dia, cenderung menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan mampu membayar dividen.

Saat ini komposisi kepemilikan saham Hendrik lebih banyak di saham yang tercatat di bursa Amerika Serikat. Alasan Hendrik adalah karena pilihan perusahaan dan industrinya lebih banyak. 

Saat ini mayoritas kue portofolio Hendrik diisi saham. Terdiri dari kepemilikan saham di Amerika Serikat di sektor teknologi, manufaktur dan perbankan sebesar 35%. Kepemilikan saham di pasar saham Indonesia 30%, obligasi dan reksadana 20%. Sedangkan deposito dan valuta asing sebanyak 15%. 

Hendrik menambahkan menabung dalam berbagai macam bentuk investasi sangatlah penting. Kondisi ini membuat dirinya harus belajar kondisi ekonomi dalam negeri dan global. Terlebih Hendrik memegang prinsip berinvestasi harus menggunakan logika fundamental. Hendrik mengaku saat berinvestasi tidak ingin menempatkan di satu keranjang tapi lebih terdiversifikasi.                   

Baca Juga: CIO TRIN, Riska Afriani: Belajar Tak Konsumtif dengan Investasi

Menyeimbangkan Waktu Antara Bekerja dan Keluarga

Hendrik Ekowaluyo, Co-founder McEasy memiliki kegemaran bermain musik. Salah satu genre musik favoritnya adalah jazz. Sejak TK, dia mengaku mengikuti les musik dan membuatnya sudah terbiasa bermusik. Meski saat ini memang bermusik hanya dilakukan di saat senggang.

Maklum kesibukannya dalam mengelola bisnisnya McEasy ini membuatnya tak banyak memiliki waktu luang untuk serius bermusik. "Saya berusaha menjadi kepala keluarga yang baik. Saya juga berusaha menyeimbangkan waktu antara keluarga dan bekerja," cerita Hendrik. 

Apalagi di masa pandemi kemarin anak-anak belajar di rumah. Hendrik mengaku berusaha membantu istri untuk mengurus dua anaknya.

Kalau saat ini, Hendrik mengaku, saat libur bekerja lebih mengutamakan menghabiskan waktu bersama keluarga karena kalau saat hari kerja sudah memiliki kesibukan sendiri-sendiri.

Hendrik saat ini memang tengah sibuk untuk membangun bisnis di bidang transportasi. Pada tahun 2017, ia membentuk McEasy untuk memproduksi sepeda motor hybrid di Surabaya. Namun setelah dilakukan penelitian komprehensif, pasar Indonesia sedang bergeser ke arah digital, bukan hybrid. Lalu, ia memutuskan untuk membuat pelacak pintar untuk sepeda motor. 

Namun karena biaya yang mahal, ia banting setir untuk menjadikan McEasy sebagai perusahaan digital untuk logistik B2B dan otomotif pada tahun 2018. Sektor logistik dipilih lebih menjanjikan di masa pandemi.       

Baca Juga: Direktur Keuangan BEBS Pio Wehantouw Telaten Berinvestasi Properti hingga Bisnis F&B  

Bagikan

Berita Terbaru

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol
| Minggu, 23 November 2025 | 09:10 WIB

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol

Ajakan gagal bayar pinjol makin marak. Pahami risikonya agar tak ikut terjebak.                     

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol
| Minggu, 23 November 2025 | 09:10 WIB

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol

Ajakan gagal bayar pinjol makin marak. Pahami risikonya agar tak ikut terjebak.                     

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol
| Minggu, 23 November 2025 | 09:10 WIB

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol

Ajakan gagal bayar pinjol makin marak. Pahami risikonya agar tak ikut terjebak.                     

Meski Valuasi Sudah Mulai Premium, Namun Dividen IPCC Masih Menggoda
| Minggu, 23 November 2025 | 09:00 WIB

Meski Valuasi Sudah Mulai Premium, Namun Dividen IPCC Masih Menggoda

Analis menilai penguatan harga PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) lebih banyak didorong momentum dan sentimen musiman.

Risiko Belum Bottom, Hati-Hati Menadah Aset Kripto Diskon
| Minggu, 23 November 2025 | 08:15 WIB

Risiko Belum Bottom, Hati-Hati Menadah Aset Kripto Diskon

Kapitalisasi pasar aset kripto global turun tajam, seiring Bitcoin cs ambles. Waktunya menadah kripto harga diskon?

Ambisi Mencetak Ladang Angin Terganjal Banyak Masalah
| Minggu, 23 November 2025 | 06:20 WIB

Ambisi Mencetak Ladang Angin Terganjal Banyak Masalah

Pengembangan pembangkit tenaga bayu masih jalan di tempat. Pemerintah siap mencetak lebih banyak lagi ladang angin. Tapi, masih banyak PR.

Menyulap Proses Antrean dan Klaim Asuransi Jadi Sekejap
| Minggu, 23 November 2025 | 06:15 WIB

Menyulap Proses Antrean dan Klaim Asuransi Jadi Sekejap

Perusahaan makin ke sini tidak hanya mencari asuransi kesehatan bagi karyawan, tetapi juga pengalaman layanan yang cepat dan efisien. 

Cara Praktis Membaca Buku bagi yang Sibuk
| Minggu, 23 November 2025 | 06:10 WIB

Cara Praktis Membaca Buku bagi yang Sibuk

Secara global, nilai pasar industri audiobook terus meningkat. Pengembang aplikasi lokal belum ada yang fokus menghadirkan platform buku audio. 

Rakyat Tak Lagi Was-Was Molot Tambang Sumur Minyak
| Minggu, 23 November 2025 | 06:05 WIB

Rakyat Tak Lagi Was-Was Molot Tambang Sumur Minyak

Aktivitas penambangan minyak rakyat kini punya payung hukum jelas. Masyarakat bisa mengelola sumur rakyat melalui koperasi, UMKM, serta BUMD.

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Sentimen Eksternal
| Minggu, 23 November 2025 | 06:00 WIB

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Sentimen Eksternal

Mengutip data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup naik 0,12% secara harian ke Rp 16.716 per dolar AS pada Jumat (21/11)

INDEKS BERITA

Terpopuler