Co Founder Zipmex Indonesia Raymond Sutanto: Menaruh Telur dalam Satu Keranjang

Sabtu, 11 Desember 2021 | 04:15 WIB
Co Founder Zipmex Indonesia Raymond Sutanto: Menaruh Telur dalam Satu Keranjang
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menyadari pentingnya investasi, Raymond Sutanto sudah mulai berinvestasi sejak usia muda. Co-Founder Zipmex Indonesia mengenang, ia pertama kali berinvestasi saat memasuki usia 24 tahun. 

Kala itu, Raymond mencoba menjadi seorang trader. Ia memilih instrumen saham dan forex sebagai aset untuk mendulang cuan. Berbekal berbagai buku analisa teknikal yang dibeli, Raymond memulai perjalanannya sebagai trader. 

Raymond belajar mengenai indikator teknikal, seperti cara membaca candlestick dan berbagai indikator teknikal lain. "Sayangnya, usaha tersebut tidak langsung berbuah manis," kenang Raymond. 

Baca Juga: Harga Bitcoin hari ini (7/12) kembali ke level US$ 50.000, apakah akan naik lagi?

Ini menjadi momen learning by doing bagi Raymond dan mencari pengalaman. "Bagi saya merasa penting untuk segera mengenal dunia investasi saat itu," kenang Raymond. 

Sampai kemudian pada 2011, Raymond membaca mengenai mata uang kripto bitcoin melalui forum online. Sejak saat itu, dia langsung tertarik dan mulai mencari tahu lebih jauh soal bitcoin, dengan membaca seluk-beluk proyek yang dibuat Satoshi Nakamoto. 

Raymond mengaku kagum ketika sudah lebih memahami konsep, cara kerja, dan tujuan dibuatnya bitcoin. Menurut dia, bitcoin menghadirkan dobrakan konsep desentralisasi dan bisa menjadi uang inklusif bagi semua orang. 

Menyadari potensi bitcoin di masa yang akan datang, saat itu pria berusia 41 tahun ini pun mulai mencoba mengoleksi duit kripto ini. Raymond mengisahkan, saat itu membeli bitcoin masih merepotkan karena belum ada exchange seperti saat ini. 

Raymond kala itu kerap mining langsung menggunakan komputer atau membeli melalui forum. Menurut dia, saat itu sekali mining bisa memperoleh lebih dari 50 BTC. Selain itu, ia bisa membeli di forum bermodalkan beberapa dollar AS.

Selepas 2013, sosok yang meraih gelar Bachelor of Business Administration ini bilang sudah tidak terlalu intens ke bitcoin dan membiarkan kepemilikan. Ia baru kembali lagi ke dunia bitcoin pada 2017 ketika harga sudah mulai naik. 

Baca Juga: Makin populer, simak prospek aset kripto buatan dalam negeri

Sayangnya, alih-alih memberi hasil manis, kenaikan harga tersebut justru menjadi kenangan pahit. "Ternyata wallet yang saya gunakan untuk menyimpan bitcoin sudah tidak lagi bisa diakses karena penyedianya sudah tidak beroperasi. Alhasil, seluruh bitcoin yang saya punya harus direlakan hilang begitu saja," ujar Raymond. 

Fokus ke kripto

Walau merugi, pria lulusan Bond University Australia ini justru semakin yakin dengan potensi dan prospek bitcoin. Ia pun mulai membangun lagi portofolio bitcoin melalui mekanisme arbitrage, yakni beli bitcoin dari luar negeri untuk kemudian dijual di Indonesia. Ia melakukan ini lantaran harga bitcoin di pasar luar negeri dan pasar Indonesia bisa berbeda, di mana harga beli di luar negeri jauh lebih murah.

Selisih perbedaan harga antara pasar luar negeri dan dalam negeri itu menjadi profit bagi Raymond. Sejak saat itu hingga sekarang, Raymond masih terus menambah portofolio bitcoin. Bahkan, ia mengaku 90% portofolio investasinya merupakan bitcoin. Sementara sisanya pada properti dan aset lain. 

Bagi Raymond, menyimpan telur dalam beberapa keranjang tidak cocok dengan cara investasinya. "Jika return ingin optimal, justru harus menyimpan telur dalam satu keranjang, harus agresif," pendapat pria kelahiran Jakarta ini. 

Baca Juga: Bitcoin terjun bebas 40% dari all time high, saatnya buy the dip?

Raymond mengaku juga tidak begitu tertarik pada aset selain bitcoin. Bagi dia, return dari bitcoin sudah menjanjikan. Instrumen investasi konvensional tidak ada yang memiliki kinerja lebih baik dari bitcoin. 

Tapi Raymond mengingatkan, investor harus bisa melihat tren dan momentum harga saat berburu aset kripto. Perhatikan pertumbuhan komunitas aset tersebut serta analis teknikal maupun on-chain. "Perlu diingat, aset kripto risikonya sangat tinggi, jadi sebaiknya alokasinya juga jangan terlalu besar dan angan lupa hold bitcoin," ujar dia.

Selain itu, Raymond juga mengingatkan prinsip yang tak kalah penting dalam berinvestasi, yaitu sudah mempersiapkan exit strategy. Raymond menyarankan, investor punya target harga, disiplin mengikuti target yang dibuat.     

Ingin Buka Akses Transaksi Lebih Mudah

Kekaguman dan keyakinan Raymond Sutanto terhadap teknologi blockchain memberi inspirasi untuk mendirikan Zipmex Indonesia. Raymond memang cukup yakin atas prospek bitcoin. 

Karena itu, tak hanya sebatas menjadikan bitcoin sebagai portofolio investasi. Raymond akhirnya mendirikan digital asset & cryptocurrency exchange. Ia menyebut, berdirinya Zipmex Indonesia berawal dari pertemuannya dengan entrepreneur Marcus Lim pada 2018. 

Saat itu, Marcus sedang mencari peluang untuk mendirikan sebuah perusahaan di Indonesia. Raymond kemudian menceritakan soal bitcoin. Dia memang telah aktif memperjualbelikan bitcoin sejak tahun 2012. Cerita Raymond ternyata cukup menarik perhatian Marcus. 

Keduanya meyakini jika ada potensi dari Bitcoin. "Padahal saat itu pasar kripto justru tengah bearish dan banyak investor yang sudah kapok bermain aset kripto. Tapi, karena kami berdua punya gagasan yang sama dan percaya terhadap potensi, serta adanya peluang, maka lahirlah Zipmex Indonesia," kata Raymond.

Baca Juga: Apresiasi nakes, Zipmex Indonesia bagikan 3.000 makanan siap santap di Wisma Atlet

Sejak saat itu, seiring dengan perkembangan industri aset kripto di Indonesia, Zipmex Indonesia pun terus berkembang dan semakin besar. Apalagi saat itu produk investasi kripto sulit diakses. Padahal Raymond sudah menikmati keuntungan dari aset investasi ini. Kini, Zipmex Indonesia menjadi pedagang aset kripto yang sudah mendapat izin dari Bappebti. Selain di Indonesia, Zipmex mempunyai izin di Singapura, Thailand dan Australia.   

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA

Terpopuler