Demam Tinggi Persepsi Risiko Indonesia

Kamis, 23 September 2021 | 06:15 WIB
Demam Tinggi Persepsi Risiko Indonesia
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko terhadap Indonesia yang tercermin dari level Credit Default Swap (CDS) kembali naik. Berdasarkan Bloomberg, level CSD Indonesia untuk tenor 5 tahun berada di 80,20 pada Selasa (21/9), angka tersebut naik tajam dibanding posisi akhir pekan lalu yang masih di level 69.

Jika dilihat, CDS tenor 5 tahun yang mengalami kenaikan tajam, mengindikasikan risiko untuk jangka pendek Indonesia mengalami peningkatan.

Begitupun level CDS Indonesia untuk tenor 10 tahun yang juga naik menjadi 138,78 pada Selasa (21/9) dibandingkan akhir pekan lalu yang masih 133,49.

Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Asset Management Indonesia Ezra Nazula menjelaskan, terdapat dua hal yang membuat CDS Indonesia mengalami kenaikan.

Salah satunya, rencana tapering-off bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve. Adapun, pada agenda rapat FOMC yang ditutup Rabu (22/9) ini, The Fed diharapkan memberikan klarifikasi dan timing atas rencana tapering.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha juga menyebut, sembari wait and see terhadap keputusan The Fed, pelaku pasar mengalihkan aset mereka ke safe haven sejak akhir pekan lalu.

Tapi, Ezra melihat, selama komunikasi Fed tentang rencana tapering cukup jelas dan tidak ada yang mengejutkan pasar, risk off hanya sesaat.

Jika teknis tapering sudah jelas, level CDS Indonesia akan berangsur turun. Apalagi, kondisi fundamental Indonesia saat ini solid dan akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap persepsi risiko investasi di Indonesia.

Di saat yang sama, muncul sentimen risiko gagal bayar perusahaan properti besar di China, Evergrande di awal pekan ini. Risiko gagal bayar yang bisa berdampak pada total liabilitas Evergrande yang mencapai US$ 300 miliar, menyebabkan ketidakpastian pasar. Karena itu, pelaku pasar memilih risk off terlebih dahulu. 

“Alhasil, di tengah isu tapering dan Evergrande ini, investor lebih memilih pegang uang tunai dan menjual aset mereka. Tak pelak, CDS Indonesia pun mengalami kenaikan,” jelas Yudha.

Yudha yakin, dampak dari Evergrande tidak akan berlarut-larut. Apalagi, pemerintah China juga tidak akan tinggal diam dengan masalah ini. Oleh sebab itu, dia mengingatkan, investor tak perlu panik, cukup mewaspadai dan mengamati perkembangan.

Dia memprediksi, kenaikan CDS bersifat sementara saja. Efek tapering pun sebenarnya sudah priced in di pasar sejak beberapa waktu lalu.

Ditambah lagi, fundamental Indonesia sudah cukup baik, baik dari pasar komoditas dan vaksinasi. Risiko terbesar yang membayangi saat ini masih seputar Covid-19.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Prabowo Tunjuk Rosan Jadi Nakhoda Danantara, Pandu & Dony Oskaria Jabat CIO & COO
| Minggu, 23 Februari 2025 | 15:01 WIB

Prabowo Tunjuk Rosan Jadi Nakhoda Danantara, Pandu & Dony Oskaria Jabat CIO & COO

Kabar yang masuk KONTAN, Menteri Investasi dan BKPM Rosan Roslani akan menjadi nakhoda BPI Danantara.

Nasib Pembudidaya eFishery di Ujung Tanduk, Gibran: Saya Tidak Menggelapkan Dana
| Minggu, 23 Februari 2025 | 14:12 WIB

Nasib Pembudidaya eFishery di Ujung Tanduk, Gibran: Saya Tidak Menggelapkan Dana

Co-Founder sekaligus CEO eFishery Gibran Huzaifah menyatakan tidak pernah menggelapkan dana eFishery sepeser pun.

Platform Mobkas Tangkap Peluang Pasar Kendaraan
| Minggu, 23 Februari 2025 | 14:00 WIB

Platform Mobkas Tangkap Peluang Pasar Kendaraan

Industri otomotif bergerilya tangkap pasar yang besar dari mobil bekas, melalui platform digital mereka tawarakan layanan mobil bekas.

Mengekas Protein dari Ternak Ayam Sendiri
| Minggu, 23 Februari 2025 | 13:00 WIB

Mengekas Protein dari Ternak Ayam Sendiri

Tren memelihara ayam di rumah kian digemari. Proses pemeliharaan yang mudah membuat banyak orang keranjingan melakukannya.

10 SWF Dengan Aset Terbesar, Ada Danantara
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:32 WIB

10 SWF Dengan Aset Terbesar, Ada Danantara

Indonesia segera meluncurkan SWF terbaru dengan aset jumbo yakni Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Wakil Menteri Investasi: Pemerintah Dorong Peluang Investasi Energi Terbarukan
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:31 WIB

Wakil Menteri Investasi: Pemerintah Dorong Peluang Investasi Energi Terbarukan

Pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif, kemudahan perizinan, dan skema feed-in tariff agar investasi energi hijau semakin menarik.

Saham Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Jadi Perhatian di Awal Tahun 2025
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:01 WIB

Saham Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Jadi Perhatian di Awal Tahun 2025

Direktur dan Chief Investor Relations Officer BRMS Herwin Hidayat mengerek target produksi emas pada tahun 2025 sebanyak 26,67% YoY.

Perang Bunga KPR Murah Membara di Awal Tahun
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:00 WIB

Perang Bunga KPR Murah Membara di Awal Tahun

Langsung tancap gas di awal tahun, bank gencar menawarkan promo bunga KPR untuk meningkatkan pembiayaan kredit rumah.

Kiat Memangkas Emisi dari Semburat Gas Bumi dan Juga Produksi Metana
| Minggu, 23 Februari 2025 | 09:00 WIB

Kiat Memangkas Emisi dari Semburat Gas Bumi dan Juga Produksi Metana

Tahun 2024, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) meraih rating ESG lebih baik. Namun awal tahun ini, PGN terseret kasus dugaan korupsi. 

 
Nakhoda Danantara
| Minggu, 23 Februari 2025 | 06:10 WIB

Nakhoda Danantara

​Pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) terus menjadi sorotan publik. Kenapa?

INDEKS BERITA

Terpopuler