Dibayangi Kecemasan Akan Inflasi, Saham Berbagai Sektor di Bursa AS Melemah

Rabu, 12 Mei 2021 | 05:56 WIB
Dibayangi Kecemasan Akan Inflasi, Saham Berbagai Sektor di Bursa AS Melemah
[ILUSTRASI. Papan nama jalan: Wall Street di luar New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, New York, AS. 3 Januari 2019. REUTERS/Shannon Stapleton]
Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bursa saham Amerika Serikat (AS), Selasa (11/5) ditutup melandai karena pasar mencemaskan ancaman inflasi dalam jangka pendek. Kecemasan itu muncul seiring dengan kenaikan harga komoditas dan lemahnya pasokan tenaga kerja di Negeri Paman Sam.

Kendati tiga indeks acuan saham di AS mampu bangkit dari posisi terendahnya, namun aksi jual tersebar merata di seluruh sektor. “Sektor-sektor lain seperti membuntuti saham teknologi yang sudah lebih dulu melemah di bulan ini,” kata Ryan Detrick, ahli strategi pasar senior di LPL Financial di Charlotte , North Carolina.

Data Kementerian Tenaga Kerja yang dirilis kemarin, memperlihatkan ketersediaan lowongan di perusahaan AS melonjak ke rekor tertinggi pada bulan Maret. Ini disebut sebagai tambahan bukti atas dugaan kekurangan tenaga kerja yang diisyaratkan oleh laporan ketenagakerjaan yang mengecewakan pada hari Jumat.

Baca Juga: Harga Bitcoin jatuh, terseret saham Tesla yang anjlok

Laporan tersebut menunjukkan bahwa pasokan tenaga kerja tidak mengikuti lonjakan permintaan karena pengusaha berebut untuk menemukan pekerja yang memenuhi syarat.

Jaringan Burrito Chipotle Mexican Grill mengumumkan akan menaikkan upah rata-rata per jam para pekerjanya menjadi US$ 15. Kabar ini juga memperkuat sinyal bahwa keterbatasan tenaga kerja di saat permintaan naik, akan menambah bahan bakar untuk lonjakan inflasi.

Hal ini berkontribusi pada apa yang disebut The Fed sebagai lonjakan harga yang tak terhindarkan. The Fed juga menyatakan bahwa lonjakan harga itu tidak harus diterjemahkan sebagai inflasi jangka panjang.

Namun di pasar, “Kekhawatiran inflasi terus berlanjut,” kata Detrick. Masalah rantai pasokan, plus rekor stimulus, ditambah dengan pasar tenaga kerja yang tampaknya lebih ketat merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kekhawatiran bahwa inflasi dapat cenderung lebih tinggi selama bulan-bulan musim panas.

Baca Juga: Rata-rata nilai transaksi BEI tumbuh 3,27% pada 10-11 Mei 2021

Dengan mencemaskan inflasi, Detrick menyebut pasar pesimistis The Fed bisa memegang janjinya untuk tidak menaikkan bunga sampai setelah 2023.

Pelaku pasar akan mengamati laporan IHK Departemen Tenaga Kerja, yang akan dirilis Rabu pagi, untuk tanda-tanda lebih lanjut dari potensi tekanan inflasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average, Selasa (12/5) melemah 473,66 poin, atau 1,36% menjadi 34.269,16. Sementara S&P 500 tergerus 36,33 poin, atau 0,87% menjadi 4.152,1 dan Nasdaq Composite turun 12,43 poin, atau 0,09% menjadi 13.389,43.

Dari 11 sektor utama di indeks S&P 500, hanya saham material yang mengakhiri sesi hijau. Energi mengalami persentase kerugian terbesar, ditutup turun 2,6%. Indeks Volatilitas CBOE, ukuran kecemasan investor, ditutup pada 21,85, level tertinggi sejak 11 Maret.

 

Saham yang menurun melebihi jumlah yang menguat di bursa New York, Selasa, dengan rasio 2,85 banding 1. Di Nasdaq, rasionya 1,62 berbanding 1 untuk saham-saham yang melemah. S&P 500 membukukan tujuh rekor tertinggi baru selama 1 tahun terakhir dan satu terendah baru. Sedang indeks komposit Nasdaq mencatat 28 tertinggi baru dan 224 terendah baru.

Volume di bursa AS adalah 11,78 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,33 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Selanjutnya: Yuk! Cermati tips investasi aset kripto dari Analis Ekonomi dan Keuangan BNI

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pertaruhan Besar Nikel RI: Banjir Pasokan di Gudang LME, Kalah Saing Lawan LFP
| Minggu, 28 Desember 2025 | 13:00 WIB

Pertaruhan Besar Nikel RI: Banjir Pasokan di Gudang LME, Kalah Saing Lawan LFP

Indonesia mengalami ketergantungan akut pada China di saat minat Negeri Tirai Bambu terhadap baterai nikel justru memudar.

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 11:15 WIB

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026

Restrukturisasi finansial saja tidak cukup untuk mengembalikan kepercayaan pasar secara total terhadap GIAA.​

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:27 WIB

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali

Perkiraan dana pembelian kembali menggunakan harga saham perusahaan pada penutupan perdagangan 23 Desember 2025, yaitu Rp 710 per saham.

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:12 WIB

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026

Tahun depan, PALM siap berinvetasi di sektor-sektor baru. Kami juga terbuka terhadap peluang investasi pada perusahaan tertutup.

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:03 WIB

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas

HCM,  kontraktor kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi pada Wilayah Kerja Selat Madura berdasarkan production sharing contract dengan SKK Migas.

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:00 WIB

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering

Penyesuaian pola belanja pemerintah pasca-efisiensi di tahun 2025 bisa membuat bisnis hotel lebih stabil.

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:20 WIB

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran

Diversifikasi reksadana campuran memungkinkan investor menikmati pertumbuhan saham sekaligus stabilitas dari obligasi dan pasar uang 

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:15 WIB

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi

Ekonomi dan konsumsi masyarakat berpotensi menguat di 2026. Simak strategi yang bisa Anda lakukan supaya keuangan tetap aman.

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:02 WIB

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang

Ramainya rencana penerbitan obligasi yang berlangsung pada awal  tahun 2026 dipengaruhi kebutuhan refinancing dan pendanaan ekspansi.

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:00 WIB

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026

Faktor cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah memaksa wisatawan domestik memilih destinasi yang dekat.​

INDEKS BERITA

Terpopuler